Rutinitas dan Emosi

155 41 1
                                    

Setelah kejadian yang penuh emosi itu, Ahyeon dan Rora perlahan-lahan mulai membangun rutinitas masing-masing, mencoba kembali ke keseharian mereka dengan fokus baru.

Ahyeon memulai harinya dengan bangun lebih awal dari biasanya. Setelah membersihkan diri, ia meluangkan waktu untuk meditasi singkat di balkon mansion Pharita, mencoba menenangkan pikiran dan mengisi dirinya dengan energi positif sebelum memulai aktivitas. Pharita, yang sering bergabung, membuat ritual pagi itu menjadi lebih spesial. Mereka saling mendukung untuk memulai hari dengan semangat dan ketenangan.

Hari-hari Ahyeon sering diisi dengan jadwal latihan intensif. Setelah sarapan bersama Pharita, dia berangkat menuju studio latihan untuk persiapan comeback albumnya. Ia bekerja keras, mempersiapkan setiap detail comebacknya dengan penuh dedikasi. Saat break, Ahyeon sering berbicara dengan para anggota timnya, bercanda dan tertawa, perlahan-lahan merasa bahwa ia bisa menikmati momen tanpa terbebani oleh masa lalu.

Pada malam hari, setelah sesi latihan berakhir, Ahyeon biasanya memilih untuk pulang ke mansion Pharita daripada apartemennya. Mansion itu telah menjadi tempatnya berlindung dan menemukan ketenangan. Terkadang, Ahyeon dan Pharita akan duduk di ruang tamu sambil berbicara tentang berbagai hal, dari mimpi-mimpi mereka hingga rencana masa depan. Pharita selalu mendukung Ahyeon untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, dan kehadirannya membuat Ahyeon merasa lebih kuat.

.

.

.

Di sisi lain, Rora menjalani hari-harinya dengan perasaan yang lebih berat. Setiap pagi, ia bangun dan menatap apartemennya yang terasa sepi. Setelah membersihkan diri, ia membuat secangkir kopi, menghabiskan beberapa menit untuk menenangkan diri di jendela, merenungkan langkah-langkah yang telah ia ambil dan bagaimana ia harus melanjutkan hidup.

Jadwal syuting drama yang sudah selesai membuat Rora punya lebih banyak waktu luang, tapi itu justru membuatnya sulit mengalihkan pikiran dari rasa rindunya pada Ahyeon. Dia mulai mengisi waktunya dengan proyek-proyek lain, seperti menghadiri workshop akting dan mengambil kelas memasak. Meski awalnya terasa sulit, Rora ingin tetap produktif dan mencari pelarian dari rasa kesepiannya.

Beberapa kali dalam seminggu, Rora mengunjungi taman kota untuk jogging, mencoba melepaskan stres sambil mendengarkan musik. Namun, kenangan bersama Ahyeon terkadang muncul tanpa permisi, membuatnya terdiam sejenak sebelum kembali melangkah maju.

Saat malam tiba, Rora sering merasa sendirian. Ia akan duduk di sofa sambil menonton drama atau membaca buku. Namun, di balik aktivitas itu, ada perasaan hampa yang sulit ia hilangkan. Kadang-kadang, ia masih menatap ponselnya, berharap melihat pesan dari Ahyeon, meskipun ia tahu harapan itu sia-sia.

———

Ahyeon sedang berjalan santai di sepanjang trotoar sebuah jalan kecil yang penuh dengan pepohonan. Udara musim semi di Seoul terasa sejuk, dan dia sedang menikmati waktu luangnya sebelum kembali ke mansion Pharita. Namun, saat dia berhenti di depan sebuah kafe untuk mengikat tali sepatunya, dia mendengar suara familiar memanggil.

"Ahyeon?"

Ahyeon mendongak dengan cepat, dan wajahnya langsung berubah kaku. Itu Asa. Asa yang tampak canggung berdiri di sana dengan jaket oversized dan masker menutupi sebagian wajahnya.

Ahyeon langsung berdiri dan, tanpa mengucapkan apa pun, berbalik hendak pergi. Dia tidak ingin berurusan dengan siapapun yang mengingatkannya pada malam itu. Tapi Asa dengan cepat melangkah maju dan memegang lengannya.

"Tunggu, Ahyeon. Tolong," Asa berkata, suaranya terdengar memohon.

Ahyeon berhenti, meskipun tubuhnya tetap tegang. Dia menatap Asa dengan tatapan dingin, jelas tidak ingin mendengar apa pun.

ArtistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang