Di lokasi syuting, hari itu Asa tampak lebih lemah dari biasanya. Rora melihatnya berjalan pelan dengan wajah pucat, dan meski Asa mencoba menyembunyikannya, Rora tahu ada yang tidak beres.
"Asa, kamu kelihatannya sedang tidak enak badan. Kamu yakin bisa lanjut syuting hari ini?" tanya Rora dengan nada khawatir, menghampiri Asa yang sedang beristirahat.
Asa tersenyum tipis, berusaha tampak tegar. "Aku nggak apa-apa, Rora. Cuma sedikit pusing, mungkin karena kelelahan. Aku bisa bertahan."
Rora merasa ragu, tapi Asa tetap bersikeras untuk melanjutkan syuting. Walau ada rasa prihatin, Rora tetap fokus pada pekerjaannya sendiri, mengingat malam itu ia berencana untuk menghabiskan waktu bersama Ahyeon setelah syuting selesai. Ahyeon bahkan sudah mengiriminya pesan bahwa ia ingin memasak makan malam spesial untuk mereka.
Namun, karena kondisi Asa yang terus menurun, syuting akhirnya selesai lebih cepat dari biasanya. Rora merasa lega, berpikir ini kesempatan untuk bisa segera pulang dan menghabiskan waktu lebih lama dengan Ahyeon. Tapi begitu ia hendak beranjak keluar dari lokasi syuting, Asa tiba-tiba menghampirinya.
"Rora...," panggil Asa pelan, terlihat lelah dan berusaha untuk tetap tegak.
"Ya, ada apa?" Rora menghentikan langkahnya, sedikit terkejut melihat Asa yang tampak benar-benar lemah.
"Aku... bisa minta tolong?" Asa menghela napas, tampak sulit mengumpulkan tenaga. "Manajerku masih berada di perusahaan sedang mengurus sesuatu dan aku benar-benar nggak kuat untuk pulang sendirian. Kamu bisa antar aku sampai apartemen?"
Rora terdiam, merasa serba salah. Di satu sisi, ia ingin langsung pergi menemui Ahyeon, tapi di sisi lain, ia tidak tega meninggalkan Asa yang tampak begitu kesulitan. Ia tahu Ahyeon mungkin bisa memahami situasi ini, tapi tetap saja, ada sedikit perasaan ragu di hatinya.
Namun, melihat Asa yang benar-benar membutuhkan bantuan, Rora akhirnya mengangguk. "Oke, aku antar kamu. Yuk, kita keluar."
Dengan pelan, Rora membantu Asa berjalan menuju mobilnya. Ia mencoba tetap menjaga jarak, tetapi juga berusaha memastikan Asa merasa nyaman. Sepanjang perjalanan ke apartemen Asa, mereka tak banyak bicara. Rora fokus pada jalan, sementara Asa hanya diam sambil menyandarkan kepalanya, matanya tampak sayu.
Setibanya di basement gedung apartemen Asa, Rora memarkirkan mobil dan membantu Asa keluar. "Kamu bisa naik sendiri? Aku bisa tunggu di sini kalau manajermu datang."
Asa menggeleng pelan, tampak lemah. "Aku nggak yakin bisa naik sendiri, Rora. Kepalaku masih berat. Bisa bantu aku sampai ke atas?"
Rora menghela napas pelan, tapi akhirnya mengiyakan. Ia memapah Asa ke dalam gedung, membawa hingga ke lift, dan membantunya menuju pintu apartemen. Setibanya di depan pintu, Asa mencari-cari kartu aksesnya di tas dengan susah payah.
"Kamu butuh apa lagi? Aku bisa panggilkan manajermu kalau urusannya sudah selesai," kata Rora, ingin memastikan Asa tidak butuh bantuan lebih jauh.
"Tunggu sebentar...," Asa mengeluarkan kartu akses dengan tangan gemetar, lalu menatap Rora. "Terima kasih banyak, Rora."
Rora tersenyum tipis, berusaha tetap ramah meski dalam hati merasa sedikit tidak nyaman berada di situasi ini. "Sama-sama, Asa. Kamu istirahat, ya. Kalau butuh sesuatu lagi, bisa hubungi manajermu atau keluargamu."
Asa mengangguk, lalu membuka pintu apartemennya. Namun sebelum masuk, tiba-tiba hujan turun dengan deras.
Rora menatap ke langit yang gelap, hujan deras mengguyur malam itu, butiran air besar menghantam jalan dengan derasnya. Ia menghela napas panjang, biasanya jika cuaca sangat buruk, beberapa jalan akan ditutup sementara sampai hujan sedikit reda. Rora menyadari kalau akan sulit baginya untuk kembali pulang sekarang. Di saat yang sama, Asa, yang masih berdiri di pintu apartemennya, memperhatikan situasi Rora.

KAMU SEDANG MEMBACA
Artist
Storie d'amoreRora, aktris muda yang membintangi drama-drama populer dan film yang sukses secara komersial. Karismanya di layar, ditambah dengan kemampuan akting yang mendalam, membuatnya disukai oleh publik dan diakui oleh kritikus. Ahyeon, solois muda yang naik...