Keresahan

194 35 2
                                    

Beberapa minggu berlalu sejak malam itu, dan hubungan antara Ahyeon dan Rora semakin kuat. Mereka saling memberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai pasangan maupun sebagai individu dalam dunia hiburan yang penuh tekanan. Walau begitu, mereka selalu saling mendukung dan tetap menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.

Di tengah sorotan publik, mereka tetap menjaga rahasia hubungan mereka. Hanya orang-orang terdekat yang tahu tentang apa yang mereka jalani, termasuk beberapa rekan di industri dan teman-teman terdekat mereka. Kehidupan mereka terus berjalan, diwarnai oleh momen-momen penuh cinta dan tawa.

Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sesuatu yang mengganjal di hati Rora. Meskipun ia berusaha sebaik mungkin untuk menjaga hubungan ini, rasa cemburu yang pernah terpendam mulai muncul kembali. Ahyeon, sebagai solois muda, semakin banyak menarik perhatian dari para profesional di industri hiburan, salah satunya Pharita, seorang model yang juga sering berada dalam sorotan.

Rora selalu berusaha menjaga sikapnya setiap kali melihat Ahyeon berinteraksi dengan orang lain di tempat kerja, tetapi Pharita adalah pengecualian. Sejak dulu, Rora tahu bahwa Pharita memiliki ketertarikan pada Ahyeon, meski model itu pernah merelakan perasaannya ketika tahu Rora dan Ahyeon dekat. Namun, setelah hubungan Rora dan Ahyeon mengalami pasang surut, terutama saat mereka sempat menjaga jarak, Pharita tampaknya kembali masuk dalam kehidupan Ahyeon.

Malam itu, ada sebuah acara penghargaan besar yang mempertemukan banyak artis papan atas, termasuk Rora, Ahyeon, dan Pharita. Di balik keglamoran acara tersebut, suasana terasa tegang bagi Rora. Di belakang panggung, ia melihat Ahyeon dan Pharita tampak begitu leluasa berbicara. Senyum Ahyeon yang biasa hanya ia berikan pada Rora kini terlihat menghiasi percakapannya dengan Pharita. Tangan mereka bahkan sempat bersentuhan saat bercanda, sebuah pemandangan yang membuat dada Rora sesak.

Meskipun tidak ada yang mencurigakan dalam interaksi mereka, Rora tidak bisa mengabaikan rasa cemburu yang menjalar di hatinya. Apakah Ahyeon masih merasakan hal yang sama setelah semua yang mereka lalui? Atau apakah Pharita, dengan pesonanya yang memikat, mulai mengisi ruang yang sempat kosong dalam hati Ahyeon?

Rora mencoba mengendalikan emosinya. Ini bukan waktu atau tempat yang tepat untuk membuat keributan. Ia menarik napas dalam-dalam, mengingatkan dirinya bahwa Ahyeon adalah miliknya, bahwa cinta mereka sudah melewati banyak ujian. Namun, semakin ia berusaha tenang, semakin ia merasa terpojok oleh perasaan tidak aman yang merayapi pikirannya.

Di tengah acara, Ahyeon sesekali melirik ke arah Rora, memberikan senyuman kecil yang menenangkan hati Rora sejenak. Tapi setiap kali Ahyeon kembali berbicara dengan Pharita, Rora merasakan tatapan tajam yang seolah-olah memperlihatkan hubungan mereka yang semakin dekat. Bahkan, beberapa kali ia melihat Pharita menyentuh lengan Ahyeon dengan cara yang terlalu intim untuk sekedar teman kerja.

Ketika acara itu akhirnya selesai, Rora menunggu di belakang panggung untuk bertemu dengan Ahyeon. Sementara tamu undangan mulai meninggalkan ruangan, Rora tetap berada di sudut, matanya mengawasi Ahyeon yang masih berbicara dengan Pharita.

"Hei," suara Ahyeon yang lembut mengejutkan Rora dari lamunannya.

"Oh, hai," Rora mencoba tersenyum meski hatinya masih terasa sesak. "Bagaimana acara tadi?"

Ahyeon mendekat, meraih tangan Rora dengan lembut. "Capek, tapi menyenangkan. Kamu terlihat cantik di atas panggung tadi. Aku sangat bangga padamu."

Rora hanya mengangguk, tapi perasaan cemburu itu tetap tidak hilang. "Kamu juga terlihat luar biasa malam ini," jawabnya pelan, meskipun pikirannya masih tertuju pada interaksi Ahyeon dan Pharita.

Ahyeon, yang peka terhadap perubahan suasana hati Rora, bisa merasakan ada yang salah. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya lembut.

Rora ingin menghindar, ingin mengatakan bahwa tidak ada yang salah. Tapi terlalu banyak emosi yang menumpuk di dalam dirinya. Ia tidak bisa terus berpura-pura.

ArtistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang