Beberapa hari setelah pertemuan dengan Rora, Ahyeon merasa sudah waktu yang tepat untuk berbicara dengan Pharita. Dia tahu Pharita adalah sosok yang kuat dan tegas, tetapi juga memiliki sisi lembut yang membuat Ahyeon merasa bersalah. Meski begitu, dia tidak bisa lagi menunda hal ini.Ahyeon mengirim pesan singkat kepada Pharita untuk bertemu di sebuah kafe kecil yang tenang. Mereka berdua telah sering ke sini sebelumnya, saat masih ada hubungan dekat antara mereka—entah sebagai teman atau sekedar orang yang saling tertarik. Sekarang, semuanya terasa berbeda, dan Ahyeon tahu dia harus jujur.
Saat Pharita tiba, dia membawa aura tenang namun penuh kepercayaan diri. Penampilannya yang selalu anggun tetap menarik perhatian, bahkan dalam kesederhanaan. Ahyeon bisa merasakan kecanggungan yang menggantung di udara, tapi Pharita tetap tersenyum ketika duduk di depan Ahyeon.
"Kamu kelihatan serius," kata Pharita, memulai percakapan dengan nada lembut. "Ada apa, Ahyeon?"
Ahyeon menarik napas dalam-dalam, merasa gugup sejenak. Tapi dia tahu ini harus dilakukan. "Unnie, aku ingin bicara soal... hubungan kita, dan soal Rora."
Pharita mengangkat alisnya sedikit, namun tidak terkejut. Sejak insiden di acara itu, dia sudah bisa merasakan ada perubahan besar di antara mereka, dan dia telah mempersiapkan dirinya untuk apa yang akan datang.
"Aku menduga kita akan sampai di titik ini," kata Pharita, suaranya tetap tenang. "Aku ingin kamu jujur saja, Yeon. Apa yang kamu rasakan?"
Ahyeon mengangguk pelan, mengumpulkan keberaniannya. "Aku... Aku sayang sama kamu unnie tapi sebagai teman dan kakak buatku. Kamu orang yang baik, perhatian, dan selalu ada buat aku, terutama di masa-masa sulit. Tapi... hatiku sudah memilih Rora. Aku nggak bisa menyangkal perasaanku yang lebih kuat untuk dia."
Pharita menatap Ahyeon dalam-dalam, ada kilatan emosi di matanya yang sulit diterjemahkan. Namun, dia tidak memotong pembicaraan, membiarkan Ahyeon melanjutkan.
"Aku tahu mungkin ini nggak adil buat kamu," Ahyeon melanjutkan. "Aku seharusnya jujur dari awal, tapi aku bingung, unnie. Kamu begitu baik sama aku, dan aku nggak mau menyakiti kamu. Tapi aku harus jujur sekarang... aku dan Rora, kita—kami saling mencintai."
Ada keheningan yang panjang. Pharita menatap Ahyeon, mencoba menyerap semua yang baru saja dikatakan. Namun, bukannya marah atau kecewa, dia hanya tersenyum tipis. "Aku sudah menduganya."
Ahyeon terlihat terkejut. "Kamu... kamu sudah tahu?"
Pharita mengangguk. "Mungkin bukan secara langsung, tapi aku bisa melihat cara kamu melihat Rora. Ada sesuatu yang berbeda di antara kalian. Aku tahu hubungan kalian lebih dari sekedar teman." Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam. "Tapi yang paling penting, Ahyeon, adalah kamu jujur pada dirimu sendiri. Jika kamu memang mencintai Rora, aku tidak bisa menghalangimu."
Ahyeon merasa lega mendengar kata-kata itu. "Makasih, Riri unnie. Aku benar-benar nggak mau menyakiti unnie."
Pharita tersenyum lembut. "Aku tahu, dan aku menghargai itu. Tapi ingat, Ahyeon, aku selalu ada buat kamu, apapun yang terjadi."
Mereka menghabiskan sisa waktu di kafe itu dengan lebih santai, berbicara tentang hal-hal lain untuk mencairkan suasana. Pharita tetap menjadi diri yang elegan dan dewasa, meskipun ada kesedihan di balik senyumnya.
———
Beberapa hari kemudian, tanpa sepengetahuan Ahyeon, Pharita tidak sengaja bertemu dengan Rora di sebuah acara peragaan busana yang dihadiri oleh para selebriti papan atas. Rora hadir sebagai tamu VIP, sementara Pharita hadir sebagai model yang diundang. Di belakang panggung, saat sedang menunggu giliran tampil, mereka saling menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artist
RomanceRora, aktris muda yang membintangi drama-drama populer dan film yang sukses secara komersial. Karismanya di layar, ditambah dengan kemampuan akting yang mendalam, membuatnya disukai oleh publik dan diakui oleh kritikus. Ahyeon, solois muda yang naik...