Di Balik Sorotan

418 75 14
                                    

Rora dan Ahyeon sepakat untuk menjaga hubungan mereka tetap rahasia, meskipun mereka tahu betul bahwa keputusan itu akan membebani mereka. Setiap pertemuan menjadi semakin jarang dan hati-hati. Setiap gerak-gerik harus diatur agar tidak tercium oleh media, manajemen, atau bahkan keluarga mereka sendiri. Meski mereka saling mencintai, tekanan untuk hidup dalam bayang-bayang mulai menimbulkan konflik batin yang tak terhindarkan.

Sementara itu, karier Ahyeon terus melejit. Lagu terbarunya menduduki puncak tangga lagu, membuatnya semakin dikenal sebagai solois muda yang berbakat. Namun, di balik semua kesuksesan itu, Ahyeon merasakan kekosongan. Di tengah jadwal yang padat dan sorotan yang semakin intens, ia merindukan momen-momen sederhana bersama Rora—momen di mana mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa perlu khawatir tentang pandangan orang lain.

Suatu malam, setelah tampil di acara musik yang disiarkan langsung, Ahyeon menerima pesan dari Rora.

Rora🐼

Ahyeon, bisa bertemu malam ini? Aku sangat merindukanmu

Pesan itu membuat jantung Ahyeon berdebar. Ia juga merindukan Rora, namun jadwalnya begitu padat hingga hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri. Malam ini seharusnya menjadi kesempatan bagi Ahyeon untuk beristirahat, tetapi panggilan hati untuk bertemu Rora tidak bisa ia abaikan.

Ke apartement kamu apa aku?

Ke apartement kamu boleh?

Boleh, aku tungguin ya

Mereka bertemu di apartemen Ahyeon yang menjadi tempat pelarian mereka dari dunia yang terlalu mengekang. Ahyeon sudah menunggu di sofa, wajahnya tampak lelah namun dipenuhi kerinduan. Rora segera memeluknya erat, seolah-olah ia takut kehilangan momen itu.

"Aku rindu," bisik Ahyeon.

"Aku juga," jawab Rora pelan, memejamkan mata dalam pelukan Ahyeon. Mereka berdiri di sana selama beberapa saat, hanya menikmati kehadiran satu sama lain.

Setelah beberapa saat, mereka duduk di sofa, suasananya lebih tenang namun tidak sepenuhnya nyaman. Ada sesuatu di udara yang belum terselesaikan.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ahyeon sambil memandang Rora, berusaha membaca ekspresinya.

Rora terdiam sejenak, matanya menatap kosong ke arah jendela. "Jujur, aku lelah, Ahyeon. Lelah bersembunyi. Lelah merasa seperti kita selalu harus berpura-pura."

Ahyeon menghela napas berat. Ia merasakan hal yang sama, tetapi tidak tahu bagaimana cara mengatasi situasi ini. "Aku juga merasa seperti itu, Rora. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Jika hubungan kita terbuka sekarang, media akan menghancurkan kita."

Rora mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu. Tapi aku takut kalau kita terus begini, aku akan kehilangan diriku sendiri. Aku ingin bisa bersamamu tanpa merasa takut atau khawatir setiap saat."

Ahyeon meremas tangan Rora, mencoba memberikan dukungan. "Aku juga ingin itu. Tapi kita harus sabar, setidaknya sampai waktu yang tepat. Mungkin setelah proyekku ini selesai, kita bisa mencari jalan untuk membuatnya lebih mudah."

Rora menundukkan kepalanya, menyeka air mata yang mulai mengalir. "Tapi kapan waktu itu, Ahyeon? Apa kita akan terus menunggu sampai semuanya sempurna? Sampai tidak ada yang peduli? Aku tidak yakin kita bisa menunggu selama itu."

Kata-kata Rora menusuk Ahyeon. Ia menyadari bahwa Rora semakin terbebani dengan situasi ini, dan ia tidak tahu apakah mereka akan mampu bertahan. Meskipun cintanya kepada Rora kuat, kehidupan di bawah sorotan media tidak memberi banyak ruang untuk kebebasan pribadi.

ArtistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang