Pharita berdiri dari kursinya dengan elegan, ekspresi wajahnya tampak lebih serius dari biasanya. Tatapan dingin dan tajam dari matanya langsung mengarah pada Rora, yang terdiam sejenak karena tak menyangka akan bertemu Pharita di tempat seperti ini."Pharita?" Rora memanggil dengan nada terkejut, berusaha mempertahankan sikap tenang meski hatinya mulai merasa gelisah. Entah kenapa, tatapan Pharita kali ini terasa berbeda—ada sesuatu yang intens dan penuh ketegangan.
Pharita melangkah mendekati Rora, matanya tak lepas sedikit pun dari wajah Rora yang mulai menunjukkan sedikit kecemasan. Pharita menarik napas dalam, menahan amarah yang berkobar di dalam dirinya. "Kamu punya waktu sebentar, Rora?"
Rora mengangguk, masih bingung dengan kedatangan Pharita ke agensinya. Mereka berjalan ke sudut lobi yang agak sepi, jauh dari jangkauan pandangan orang-orang di sekitar. Pharita menatap Rora dengan tajam, lalu mulai berbicara dengan nada rendah namun penuh ketegasan.
"Kamu tahu, Ahyeon adalah seseorang yang paling berarti buatku," Pharita memulai, pandangannya tajam seakan menembus langsung ke dalam hati Rora. "Dan bukankah aku pernah bilang kepadamu. Jika kamu menyakiti Ahyeon dan membuat dia menangis karena kamu, aku nggak akan ragu untuk merebutnya dari kamu."
"Apa kamu melupakan hal itu Rora?."
Rora mengerutkan kening, merasa tersudut namun tetap mencoba untuk tetap tenang. "Apa maksudmu, Pharita? Dan aku tidak akan lupa dengan hal itu."
Pharita menarik napas panjang, menahan emosi yang hampir meledak. "Aku tahu tentang apa yang terjadi semalam di apartemenmu, Rora. Tentang kamu dan Asa," ucap Pharita, nadanya semakin dingin. "Apa kamu tahu? Sepertinya kamu belum mengetahuinya."
"Biar aku beritahu padamu. Semalam Ahyeon mengunjungi apartemenmu, dia ingin memastikan keadaanmu karna kamu tidak mengangkat panggilan darinya. Dan sepertinya kamu tahu apa yang terjadi pada Ahyeon setelah dia berada di apartemenmu."
Rora terdiam, perasaan bersalah mulai menyelimuti hatinya. "Pharita... itu bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak melakukan apapun pada Asa. Aku nggak pernah bermaksud nyakitin Ahyeon."
"Tapi tetap saja kamu melakukannya," balas Pharita dengan nada tajam. "Kalau kamu peduli padanya, seharusnya kamu jujur."
Rora merasa tenggorokannya mengering. Ada rasa sakit yang tiba-tiba menghantam dadanya saat menyadari bahwa Pharita benar. Dia mengabaikan penjelasan yang seharusnya ia berikan pada Ahyeon, dan sekarang itu kembali menghantuinya.
"Pharita, aku akan jelaskan semuanya ke Ahyeon," ucap Rora akhirnya, mencoba untuk menahan emosinya. "Aku benar-benar nggak bermaksud untuk menyakitinya, dan aku akan melakukan apa pun untuk memperbaikinya."
Pharita menatap Rora dengan tatapan dinginnya masih belum hilang. "Aku sudah memberimu kesempatan waktu itu Rora dan kamu mengabaikan ucapanku."
Rora tertunduk lemas dan tidak sadar dia menintikkan air matanya. Rora mengingat semua perkataan yang pernah diucapkan Pharita, merasa berat atas perkataan Pharita yang menggema di kepalanya. Pharita melangkah mundur, memberi satu tatapan terakhir sebelum berbalik pergi.
Namun, sebelum benar-benar pergi, Pharita menoleh sekali lagi. "Oh, satu lagi, Rora," katanya, matanya menyiratkan peringatan. "Jangan pernah muncul dihadapan Ahyeon lagi."
Rora hanya bisa menatap punggung Pharita yang semakin menjauh, rasa bersalah semakin menghantui dirinya. Ia tahu bahwa hubungan dan kepercayaannya dengan Ahyeon kini berada di ujung tanduk, dan itu adalah kesalahannya sendiri.
———
Rora duduk di kafe dengan gelisah, menunggu Asa yang sedang dalam perjalanan. Tangannya bergetar di atas meja, entah karena amarah atau penyesalan yang mulai berkumpul di hatinya. Begitu Asa tiba, Rora langsung menatapnya dengan pandangan serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
Artist
RomanceRora, aktris muda yang membintangi drama-drama populer dan film yang sukses secara komersial. Karismanya di layar, ditambah dengan kemampuan akting yang mendalam, membuatnya disukai oleh publik dan diakui oleh kritikus. Ahyeon, solois muda yang naik...