Golden Hour Part 2

56 5 0
                                    

(share love, eat togahther, clean up)
.
.
.


"Hei, aku penasaran. Apa yang kau tempel di sana?" Tanya seorang siswi perempuan, sambil memasukkan potongan buldak kimbap ke mulutnya,  

"Apakah itu moto food truck? Atau oppa-mu?"

"Jangan panggil pemilik toko 'oppa'! Hormatilah! Saya minta maaf atas kelakuan putri saya, Pak."

"Ayolah, aku memanggil semua pria tampan oppa. Dan mungkin kau baru pertama kali ke sini hari ini, Bu, tapi aku pelanggan tetap, Oppa dan aku sangat dekat."

Sang ibu, malu dengan kelancangan putrinya, tersenyum canggung saat bertemu dengan mata San. San sedang sibuk mengumpulkan potongan-potongan kecil bulgogi kimbap ke dalam mangkuk.

"Itu sesuatu yang dikatakan pemilik warung makanan ringan kepadaku tiga tahun yang lalu ketika aku khawatir bahwa mimpiku mungkin tidak akan terwujud. Mimpi itu bagus semua, tetapi ada banyak hal lain yang lebih penting dalam hidup." San berkarta

"Seperti... berbagi kasih sayang, makan bersama... dan membersihkan kekacauanmu sendiri."

Seolah merenungkan makna dari apa yang baru saja dikatakan San, siswi perempuan itu membaca memo tersebut dengan keras. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, San juga melihat memo lama yang ditempel di dinding dalam food truck-nya. Itu adalah hal pertama yang dia tempelkan di dinding dalamnya setelah membeli truk bekas tiga tahun yang lalu, ketika para member satu per satu, mulai menjalani jalan mereka sendiri. Dia memulai food truck ini ingin tahu apakah - seperti yang dikatakan pemilik warung itu - hidup di luar mimpi seseorang layak untuk dijalani.

"Jadi menjalankan food truck seperti ini bukan mimpimu?" Tanya siswi perempuan itu.

"Sejujurnya, tidak. Tidak juga." Jawab San.

"Apakah itu membuatmu sedih? Bahwa kamu melakukan sesuatu yang bukan mimpimu?" Ibu gadis itu mencoba menyela, tetapi San hanya tertawa, mengatakan tidak apa-apa.

"Tidak, aku menyukainya. Tentu saja, masih ada saat-saat aku merindukan momen-momen itu..." Jawab san. 

Gadis itu berbicara dengan keras seolah-olah untuk memberitahu ibunya untuk mendengarkan.

"Lihat! Jadi kamu bisa hidup bahagia tanpa mencapai mimpimu! Ibuku selalu bilang kamu harus mencapai mimpimu, bahwa hidup tanpa mencapai mimpimu adalah hidup yang sia-sia, jadi aku harus belajar! Selalu belajar, belajar, dan belajar. Omelannya membuatku gila."

"Cukup! Berhenti makan, dan pergi ke kelas tambahanmu! Maaf atas semua keributannya, Pak. Makanannya enak!"

Sang ibu, tidak lagi mampu menahan diri dan khawatir dengan percakapan yang sedang berlangsung, akhirnya berdiri dan mendesak putrinya pergi. San melihat bagaimana siswi perempuan itu mengisi pipinya dengan kimbap yang tersisa, masih mengunyahnya saat ibunya menyeretnya pergi. 

San tersenyum. "Dulu aku juga berpikir begitu."

Pelanggan baru datang, dan San menyambut mereka dengan wajah ramah. Melihat wajah-wajah penuh harap dari pelanggan yang lapar saat mereka memesan, membuat makanan yang dia harap mereka sukai, dan melihat mereka makan sampai kenyang dan bahagia - Ada semacam kebahagiaan didalamnya, pikir San. 

ATEEZ STORYLINE 🏴‍☠️ [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang