.
.
.
✈️Di tengah persiapan lepas landas di Dubai, pesawat menuju Incheon itu mulai sibuk. Wooyoung, yang sudah menjadi pramugara tahun keduanya ini tengah mempersiapkan pengumuman keselamatan penerbangan khusus yang telah disusunnya untuk K Airlines. Maskapai penerbangan tersebut, khawatir para penumpang kurang memperhatikan pengumuman keselamatan dalam penerbangan. Para pramugari pun merencanakan acara baru berdasarkan ide Wooyoung untuk menggantikan demonstrasi sederhana yang biasa dilakukan.
Meskipun yang perlu dia lakukan hanyalah menyesuaikan beberapa gerakan kecil dengan lagu dan rap pengumuman, mulut Wooyoung kering karena gugup - sudah lama dia tidak berada di atas panggung. Dia mengepalkan tangan, lalu meregangkannya perlahan, dan mengendorkannya, tapi itu tidak membantu menenangkan sarafnya sama sekali. Wooyoung menarik napas dalam dan memejamkan mata.
Dia teringat masa-masa itu... tiga tahun yang lalu - ketika para member mengenakan fedora hitam yang akan tampil menggunakan Cromer untuk menghilang dan muncul kembali dan keluar angkasa. Saat itu, demam panggungnya terasa seperti kenangan jauh dari kehidupan masa lalu. Ya, dia memang bertindak atas kewajibannya, ingin menyelamatkan orang-orang dari kendali Z, tapi lebih dari itu. Mimpi-mimpinya yang di luar jangkauan di Dunia A, bisa diraih di Dunia Z.
Di sana, dunia adalah panggungnya, dan setiap pertunjukan selalu mendebarkan. Pertunjukan Wooyoung dan para member mengingatkan orang-orang, yang emosinya telah ditekan dan dikendalikan, tentang perasaan yang telah hilang. Reaksi mereka, penuh tawa dan air mata, telah menyalakan semangat Wooyoung.
Z terpojok... memecahkan Cromer dalam usahanya untuk melarikan diri, dan akibatnya, Wooyoung dan para anggota terhempas kembali ke dunia ini sebelum mereka bisa melihat klimaks gerakan mereka. Tapi tidak apa-apa. Jika dia bisa melakukan semua itu di sana, dia juga bisa melakukan apa saja di sini, pikir Wooyoung.
Para member berkumpul lagi dan bersiap sebagai grup. Jongho, yang sedang belajar komposisi musik, menulis lagu mereka, dan Hongjoong serta Mingi menciptakan liriknya. Wooyoung dan Yunho menyusun koreografinya. Yeosang, yang - berkat investasinya - memiliki uang paling banyak, menyiapkan ruang latihan mereka, dan Seonghwa serta San mengawasi perencanaan dan pemasarannya. Melalui busking dan pertunjukan di acara lokal kecil, mereka berupaya sebaik mungkin untuk mendapatkan setidaknya satu penggemar.
Tapi hanya sampai di sana. Dan seiring berhari-hari tanpa kemajuan, motivasi para member perlahan mulai memudar. Mimpi mereka, nyatanya, tidak mengarah ke pekerjaan nyata. Seperti percintaan lama yang mati yang menunggu salah satu pihak untuk akhirnya melepaskan, hari-hari mereka berlarut-larut dalam keadaan terhambat, dan kekhawatiran para member pun semakin besar.
Dulu kami terbang tinggi sebagai ATEEZ di Dunia Z, tapi kini tenggelam dalam ketidakjelasan di tempat ini. Mustahil untuk menghentikan para member, yang sangat membutuhkan uang untuk bertahan hidup, dari pergi mencari pekerjaan paruh waktu dan mencari nafkah. Meskipun tidak ada yang mengatakannya dengan lantang, mereka semua merasa bahwa hari-hari ketika mereka bisa saling membujuk hanya dengan janji sederhana tentang mimpi bersama mereka akan segera berlalu.
Saat itu, setiap kali dia pergi keluar untuk minum dengan teman-teman dari kampung halamannya, Wooyoung akan terus-menerus mengeluh tentang bagaimana dia ingin berada di atas panggung. Kemudian suatu kali, temannya itu dengan mabuk membalas:
"Apakah panggung itu sebegitu spesial? Di kelas seorang guru bisa menjadi panggung mereka... Orang tua yang mengumumkan diskon di supermarket ada di panggung mereka... Begitu pula pramugari yang memberikan presentasi tentang rompi keselamatan! Idola dan aktor bukanlah satu-satunya yang memberikan pertunjukan di atas panggung!"
Wooyoung, mengira ini hanya cara temannya untuk membungkamnya, mengabaikan komentar tersebut. Tapi temannya melanjutkan:
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATEEZ STORYLINE 🏴☠️ [BAHASA INDONESIA]
Teen FictionMenceritakan tentang 8 anak remaja yang bermimpi dan terus mencari 'sesuatu' dalam hidupnya. Anak-anak remaja yang kehilangan dunianya, berkumpul dalam gudang kumuh yang sekaligus menjadi tempat persembunyian mereka untuk berbagi suka dan duka. Hing...