Vingt-deuxième Partie! ໑ ₊

8 7 0
                                    

Sebelum mereka berpisah di taman kecil itu, Leonis mengeluarkan sesuatu dari dalam jasnya—sebuah kotak kecil berwarna hitam dengan ukiran emas di tepinya.

Mireya memandangnya dengan bingung saat Leonis membuka kotak itu, memperlihatkan sebuah cincin sederhana namun anggun, dengan batu safir biru tua yang berkilauan di tengahnya.

“Apa ini?” Mireya bertanya, menatap Leonis dengan alis terangkat.

Leonis mengambil cincin itu dan menggenggam tangan Mireya. “Ini bukan sekadar cincin biasa, Mireya. Ini simbol dari janji kita. Janji bahwa aku akan selalu melindungimu, walaupun kita berjauhan.”

Dia menyematkan cincin itu di jari manis Mireya. “Cincin ini memiliki teknologi kecil di dalamnya. Jika kau merasa dalam bahaya atau membutuhkan bantuanku, cukup tekan bagian bawah batu ini. Sinyalnya akan langsung sampai kepadaku, dan aku akan mengirimkan seseorang yang bisa dipercaya untuk menolongmu.”

Mireya tertegun, tatapannya berpindah dari cincin di jarinya ke wajah Leonis. “Kau sungguh memikirkan ini? Sampai sejauh itu?”

Leonis tersenyum tipis, dengan sorot mata penuh kasih yang jarang terlihat. “Aku tidak bisa selalu ada di sisimu, Mireya, meskipun aku ingin. Tapi dengan ini, aku bisa memastikan bahwa kau aman, apa pun yang terjadi.”

Mireya merasa air matanya menggenang lagi, tetapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan rasa terharu yang mendalam. “Leonis, aku... aku tidak tahu harus berkata apa.”

Leonis meraih dagunya, menatapnya dalam-dalam. “Tidak perlu berkata apa-apa. Hanya gunakan ini jika kau benar-benar membutuhkanku.”

Namun, Leonis belum selesai. Dia mengeluarkan satu benda lagi dari sakunya—sebuah liontin kecil berbentuk bulat dengan ukiran rumit yang terlihat antik.

“Ini juga untukmu,” katanya, Leonis meletakkan liontin itu di tangan Mireya. “Liontin ini memiliki pesan rahasia di dalamnya. Jika kau membukanya, kau akan tahu di mana mencariku.”

Mireya mengerutkan kening, mencoba memahami makna di balik benda itu. “Kenapa aku harus mencarimu? Kau tidak akan pergi lagi, kan?”

Leonis hanya tersenyum tipis, senyum yang mengandung banyak rahasia. “Hidupku tidak sederhana, Mireya. Aku tidak bisa menjanjikan semuanya akan selalu baik-baik saja. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku selalu meninggalkan jejak untukmu.”

Mireya memeluk Leonis erat, seakan ingin mengukir kehangatan pria itu di hatinya. “Aku akan menjaganya,” bisiknya. “Aku akan menjaganya seperti aku menjaga hatiku untukmu.”

Leonis membalas pelukan itu dengan lembut, membisikkan satu hal terakhir di telinganya, “Jangan pernah takut, Mireya. Bahkan jika dunia ini berbalik melawanmu, aku akan selalu menemukanmu.”

Ketika akhirnya Mireya melangkah pergi untuk bertemu dengan Emelie dan yang lainnya, cincin di jarinya dan liontin di sakunya menjadi pengingat akan janji Leonis.

Walaupun dia meninggalkan London dengan hati yang berat, Mireya tahu bahwa dia membawa sebagian dari Leonis bersamanya—dan itu sudah cukup untuk membuatnya merasa aman.

...

Ketika pesawat mendarat di Charles de Gaulle, Paris, rasa lega membanjiri Mireya. Namun, ada juga kekosongan di hatinya. Perjalanan enam jam itu membawanya kembali ke kota kelahirannya, yang penuh kenangan, baik manis maupun pahit.

Yang paling menghantui adalah kenangan tentang ayahnya, Delano Russell Schultz, yang meninggal dalam sebuah "kecelakaan pesawat" bertahun-tahun lalu.

Saat itu, Mireya masih kecil, dan setiap kali menaiki pesawat, ingatan itu selalu kembali, membuatnya merasa cemas dan tidak nyaman.

Crimson SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang