Sejak pertemuan singkat itu, wajah Leonis terus menghantui pikiran Mireya. Setiap sudut kota Paris kini mengingatkannya pada pria tampan dengan tatapan dingin itu. Hujan, lampu jalan, bahkan aroma kopi, semuanya seolah mengundang bayangan Leonis, seakan-akan pria itu menyusup ke dalam hidupnya tanpa pernah benar-benar hadir.
Setiap malam, Mireya kembali ke kafe kecil tempat mereka bertemu, berharap pria misterius itu muncul lagi. Ia menghabiskan berjam-jam duduk di sana, menatap pintu dengan cemas, hanya untuk kembali pulang dengan perasaan hampa.
Namun, harapannya tidak pernah surut. Ada sesuatu dalam tatapan Leonis yang tak bisa ia lupakan — ketenangan yang dingin, senyuman samar yang menyimpan rahasia, dan suara berat yang menyelimuti pikirannya hingga ia tak mampu melepaskan diri.
...
Suatu malam, Mireya kembali ke kafe itu. Suasana kafe lebih sepi dari biasanya; hanya ada beberapa pengunjung yang duduk dengan tenang. Ia memilih meja yang sama, memesan secangkir kopi, dan duduk menunggu, sambil mencoba menenangkan dirinya.
Namun, setiap kali pintu kafe berderit terbuka, jantungnya berdegup kencang, mengharapkan Leonis muncul di hadapannya.
Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang, menenangkan dirinya dengan secangkir kopi hangat di tangannya. Namun tiba-tiba, ia merasa ada seseorang yang berdiri di sampingnya.
“Aku tidak menyangka kau akan terus datang ke sini,” suara itu terdengar pelan namun penuh kepercayaan diri. Mireya menoleh cepat, dan menemukan Leonis berdiri di samping mejanya, dengan pandangan yang tetap dingin dan tak terbaca.
"Leonis…?" Mireya hampir tak percaya, suaranya tercekat. Rasanya seperti mimpi, sosok yang selama ini ia harapkan benar-benar muncul di hadapannya.
Leonis menatapnya sebentar sebelum tersenyum samar, lalu tanpa permisi, ia duduk di hadapannya. “Kau ingin bertemu denganku lagi?” tanyanya datar, namun pandangannya begitu intens hingga Mireya sulit mengalihkan mata.
Mireya menelan ludah, mencoba menyusun kata-kata yang terasa tercecer. “Aku… hanya merasa ada yang berbeda denganmu,” jawabnya jujur. “Entah kenapa, sejak pertemuan itu, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu.”
Leonis menatapnya tanpa ekspresi, seolah pernyataan itu bukanlah hal yang mengejutkan. “Bukan hal yang bijak untuk terobsesi pada sesuatu yang tidak kau pahami, Mireya.”
Mireya terdiam, merasa tersentak oleh kata-kata Leonis. “Lalu, bagaimana jika aku ingin memahami?” tanyanya nekat, berharap menemukan sedikit petunjuk di balik sikap dingin pria ini.
Leonis terdiam sesaat, tatapannya semakin tajam, seolah menilai keberanian Mireya. “Dunia yang kau coba pahami ini bukanlah dunia yang indah, Mireya,” ujarnya dengan nada rendah yang membuat bulu kuduknya meremang. “Sekali kau masuk, kau tidak akan pernah bisa keluar.”
Mireya merasa hatinya bergemuruh, tetapi ia menatap Leonis dengan tatapan mantap. “Mungkin itu yang kuinginkan.”
Leonis mengangkat satu alis, sedikit terkejut dengan keberanian Mireya. “Kalau begitu, bersiaplah. Karena sekali kau masuk ke dalam kehidupanku, kau harus siap dengan segala risikonya.”
Pria itu bangkit berdiri, menatap Mireya untuk terakhir kali sebelum meninggalkannya di sana, dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran dan gairah yang semakin tak terkendali.
Dan sejak malam itu, Mireya tahu bahwa ia akan melakukan apa saja untuk menemukan semua rahasia Leonis, meski itu berarti memasuki dunia yang gelap dan penuh bahaya.
...
Mireya Sabine Schultz adalah potret sempurna wanita aristokrat muda dengan jadwal yang padat dan kehidupan glamor yang tak tertandingi. Setiap hari, ia sibuk menghadiri rapat bisnis, menghadiri pesta eksklusif, dan mengelola berbagai kegiatan amal atas nama keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Secrets
RomanceMireya menarik wajah Leonis mendekat dan menutup jarak antara mereka dengan mencium bibirnya. Ciuman itu, panas dan penuh keinginan, mengejutkan Leonis hingga ia terdiam. Setelah ciuman itu terlepas, Leonis mendekati Mireya, membelai pipinya dengan...