Dix-septième Partie! ໑ ₊

11 7 0
                                    

Mireya duduk di flat kecilnya sambil memandang peta London yang tersebar di atas meja. Emilie berdiri di dekat jendela, diam namun waspada. Mireya tidak suka ditemani, tetapi ia tidak bisa memungkiri bahwa kehadiran Emilie memberinya sedikit rasa aman.

“Kita perlu bergerak. Tidak mungkin tinggal di sini lebih lama,” ujar Mireya akhirnya, memecah keheningan.

Emilie mengangguk. “Apa rencana Anda, Nona Mireya?”

Mireya menunjuk satu titik di peta. “Ada sebuah gudang tua di Southwark. Itu tempat yang sempurna untuk menyusun strategi tanpa menarik perhatian. Kita bisa menggunakan tempat itu sementara, sebelum Ordo Noire mencium jejak kita di sini.”

Emilie mendekati meja dan melihat peta itu dengan saksama. “Bagaimana kita bisa yakin tempat itu aman?”

“Aku sudah menyiapkan gudang itu sejak dua minggu lalu,” jawab Mireya dengan nada datar. “Tidak ada yang tahu kecuali aku. Bahkan Ordo Noire sekalipun.”

Ketika mereka tengah merencanakan langkah berikutnya, ketukan pelan di pintu membuat Mireya langsung tegang. Ia memberi isyarat kepada Emilie untuk diam dan mengambil pisau kecil yang disembunyikan di balik meja.

“Siapa di sana?” tanya Mireya dengan suara dingin.

Tidak ada jawaban. Mireya mendekati pintu, membuka sedikit tirai untuk melihat keluar. Tidak ada siapa pun di lorong. Namun, Mireya tahu lebih baik daripada menganggap itu angin lalu.

Ia menoleh ke Emilie. “Kita keluar dari sini sekarang. Ambil hanya barang-barang penting.”

Emilie segera bergerak, memasukkan dokumen dan peta ke dalam tas kecil. Mireya mengenakan mantel panjangnya, memastikan pisaunya berada di tempat yang mudah dijangkau.

Mereka keluar melalui pintu belakang flat, menyelinap di antara gang-gang sempit Notting Hill. Mireya mengarahkan Emilie untuk berjalan dengan kecepatan yang stabil, tidak terlalu cepat agar tidak menarik perhatian, tetapi cukup cepat untuk menghindari bahaya yang mungkin mengintai.

Ketika mereka hampir mencapai jalan utama, Mireya merasakan ada yang mengawasi. Ia memperlambat langkah, berbisik kepada Emilie, “Tetap tenang. Jangan menoleh.”

Dari sudut matanya, Mireya melihat seseorang berpakaian gelap berjalan sekitar sepuluh meter di belakang mereka. Orang itu berusaha tampak biasa, tetapi gerak-geriknya terlalu terlatih untuk dianggap kebetulan.

“Dia bukan orang biasa,” gumam Mireya.

“Haruskah kita kabur?” Emilie bertanya pelan.

“Tidak. Kita akan mengarahkannya ke tempat lain.” Mireya berpikir cepat. Ia melihat sebuah toko kecil di seberang jalan. “Masuk ke sana, sekarang.”

Mereka memasuki toko itu, berpura-pura melihat-lihat barang. Mireya memanfaatkan refleksi kaca toko untuk mengawasi pria itu. Sesuai dugaannya, pria itu berhenti di luar, mencoba mengamati mereka dari kejauhan.

“Kita butuh pintu belakang,” bisik Mireya kepada pemilik toko, seorang pria tua yang ramah. “Kami tidak ingin menarik perhatian.”

Pria itu tampak ragu sejenak, tetapi tatapan Mireya yang memohon membuatnya mengangguk. “Ikuti saya.”

Mereka dibawa ke pintu kecil di belakang toko, yang langsung menuju ke gang sempit. Begitu keluar, Mireya dan Emilie segera berlari menuju gudang tua di Southwark.

Ketika mereka tiba di gudang, Mireya memeriksa sekeliling dengan saksama sebelum masuk. Gudang itu gelap dan kosong, tetapi memiliki segala yang dibutuhkan Mireya: ruang untuk berpikir dan perlengkapan dasar untuk menyusun rencana.

Crimson SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang