"Lepaskan Mireya," perintah Leonis dengan suara berat, "dan aku mungkin mempertimbangkan untuk membiarkanmu pergi tanpa kehilangan nyawa."
Raven terkekeh kecil. "Kau tahu itu bukan gayaku, Leonis. Dan lagi, ini bukan tentang membiarkan siapa pun pergi. Ini tentang apa yang ada pada dirinya," ujarnya sambil melirik ke arah Mireya.
Mireya yang masih berdiri di belakang Amadeo, mencoba menyusun pikirannya. la tidak tahu pasti apa yang Raven cari, tetapi ia yakin itu berkaitan dengan peta dan foto Mathieu Duval yang baru saja ia temukan.
Amadeo, yang berdiri di depan Mireya, berbisik pelan. "Apakah ini tentang dokumen yang kau temukan tadi?"
Mireya tidak menjawab, tetapi gerakan kecilnya yang mengangguk sudah cukup bagi Amadeo untuk mengerti.
Leonis, masih dengan pistol terarah, mengalihkan tatapannya ke Mireya. "Kau menyimpan sesuatu, bukan?" tanyanya dengan nada rendah namun tegas.
Mireya tertegun. "Aku-aku tidak yakin apa yang mereka cari," jawabnya jujur.
Raven tersenyum, seolah jawaban Mireya adalah lelucon baginya. "Tentu saja kau tidak yakin, Mireya. Kau hanya pion kecil dalam permainan ini. Tapi percayalah, apa yang kau miliki bisa mengubah segalanya."
Sebelum ada yang bisa bereaksi lebih jauh, salah satu anak buah Raven mencoba bergerak menyerang Leonis. Namun, gerakan itu terlalu lambat untuk pria seperti Leonis. Dalam satu tembakan cepat, Leonis menjatuhkan orang itu ke tanah.
"Tembak satu lagi, dan kau akan mati lebih dulu, Raven," ancam Leonis, kini dengan tatapan penuh ancaman nyata.
Raven, yang masih terlihat tenang, melambaikan tangannya, menghentikan anak buahnya dari pergerakan lebih lanjut. "Baiklah, Leonis. Aku akan mundur... untuk malam ini. Tapi kau tahu aku tidak akan berhenti."
Raven melangkah mundur, memberi isyarat kepada anak buahnya untuk pergi. Sebelum benar-benar menghilang ke dalam kegelapan, ia menatap Mireya dan tersenyum licik. "Aku akan kembali untukmu, Mireya. Kunci ini tidak akan berarti tanpa kau."
Ketika Raven dan anak buahnya akhirnya pergi, Mireya merasa tubuhnya melemas. Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Leonis mendekatinya dengan cepat.
"Apa yang kau temukan, Mireya?" tanyanya dengan nada tajam.
Mireya, yang masih memegang peta dan foto tersembunyi di balik jaketnya, ragu untuk menjawab. la tidak tahu apakah ia bisa sepenuhnya mempercayai Leonis. Namun, tatapan pria itu begitu intens, seolah menuntut jawaban darinya.
"Peta dan foto... Aku menemukannya di ruang kerja," ujar Mireya akhirnya, suaranya bergetar.
Leonis menatapnya dalam-dalam. "Tunjukkan padaku," pintanya.
Mireya perlahan mengeluarkan peta dan foto dari balik gaun malamnya, kemudian menyerahkannya kepada Leonis. Saat melihat foto Mathieu Duval, ekspresi Leonis berubah. Wajahnya mengeras, dan rahangnya mengepal.
"Dari mana kau mendapatkan ini?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris seperti bisikan, namun penuh ancaman.
"Di laci meja kerja keluargaku," jawab Mireya. "Leonis... siapa Mathieu Duval?"
Leonis tidak segera menjawab. la menatap foto itu untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya berkata pelan, "Dia... adalah awal dari segalanya. Dan jika Raven tahu tentang ini, kita berada dalam bahaya yang lebih besar daripada yang pernah kau bayangkan."
Mireya merasa perasaannya semakin kacau. Seluruh kejadian malam ini-kedatangan Raven yang penuh ancaman, penemuan foto dan peta yang mengguncang dunia yang dia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Secrets
RomanceMireya menarik wajah Leonis mendekat dan menutup jarak antara mereka dengan mencium bibirnya. Ciuman itu, panas dan penuh keinginan, mengejutkan Leonis hingga ia terdiam. Setelah ciuman itu terlepas, Leonis mendekati Mireya, membelai pipinya dengan...