Curiga

59 4 0
                                    

Safira, jihan, kak Seno. Dan, Kevin menemukan tempat istirahat. Mereka memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum kembali mencari jalan keluar dari tempat ini.

Mereka duduk tidak berjauhan. Melingkar dan saling berhadapan. Kevin memperhatikan Safira yang mulai ketiduran. Rasa kasihan muncul di hatinya ketika melihat gadis itu.

"Kalian haus ga? Tenggorokan gue rasanya kering banget. Entah kapan terakhir kali gue minum air, gue udah lupa," lenguh Jihan sambil meraba lehernya. Benar. Sejak tadi siang diantara mereka sama sekali belum meminum air, berlari lari di tempat seperti ini membutuhkan tenaga oleh karenanya mereka harus kembali mengisi tenaga meskipun cuma dengan air minum.

"Ra, lo juga haus?" Tanya Kevin pada Safira yang sedang melawan kantuknya.

Safira memberinya anggukan, kemudian kak Seno juga.

"Oke. Kalian bertiga tunggu disini. Gue bakalan cari air minum untuk kalian," ucap Kevin kemudian berdiri seraya menatap kak Seno. "Jaga mereka, gue cari air dulu." Lanjutnya lalu pergi ke arah Utara. Jihan tidak berhenti menatap Kevin dengan ekspresi bingung.

Tiba tiba Jihan kebelet pipis. Dia menyuruh agar Safira dan kak Seno menunggu saja disini sementara dia akan pergi mencari tempat untuk buang air kecil. Safira ingin menemaninya namun Jihan melarang, dia cuma akan pergi sebentar dan tidak jauh dari sana.

Untunglah Sepenjang Jihan berjalan, dia menemukan sebuah bilik kamar mandi yang bertuliskan ONLY TEACHERS di bagian atas pintu. Jihan yang melihat pintu bilik tersebut setengah terbuka pun lekas memeriksa kedalam dan dirinya tidak dapat menyangka dapat menemukan sebuah tongkat bisbol penuh darah tergeletak di belakang pintu tersebut.

Jihan menutup mulutnya karena kaget. Dia terus berjalan masuk meskipun ada pikiran kalau sosok ber-hoodie yang selalu membawa tongkat tersebut juga berada dalam bilik tersebut. Jihan sudah tidak bisa menahan untuk buang air kecil, dia masuk ke salah satu bilik dan,







"Kevin?"

Pria di balik sosok ber-hoodie itu menatapnya, dia adalah Kevin Prasetya. Lalu Kevin tersenyum kearah Jihan yang cengo.

"Lihat, gue nemu Hoodie si penjahat itu. Ada tongkatnya juga di belakang pintu, jangan berisik siapa tau dia masih ada disini," katanya pelan pada Jihan. Jihan mengerjap mata nya berkali kali dengan ekspresi bingung dan terkejut.

"Lo ngapain disini? Pakai Hoodie penjahat itu segala. Gila! Lo mau nakutin gue, hah!?" Kesal Jihan seraya mencubit pinggang dan lengan Kevin bertubi-tubi.

Kevin terkekeh kecil. "Sorry, habisnya pas gue nyari air kesini gue nemu Hoodie ini di lantai. Iseng aja nyobain, mirip ga?" Kata Kevin lagi lagi tersenyum tanpa dosa.

Jihan memindai penampilan Kevin dari ujung rambut hingga kaki. Tunggu sebentar,

"Kenapa? Ga mirip? Jelas. Orang bukan gue," kata Kevin lagi.

"Celananya mana?" Gumam Jihan.

Kevin yang sedang asik menata pakaiannya di depan cermin menoleh menatapnya.

"Celana apa?" Tanya Kevin.

"Penjahat ber-hoodie itu Makai celana panjang hitam sama sepatu boots kan?"

Kevin mengangguk ragu, tak terlalu ingat bagaimana penampilan sosok ber-hoodie itu.

"Kalau Hoodie sama tongkatnya ketinggalan disini, berarti dia cuma Makai celana sama sepatunya?" Pikir Jihan.

"Mungkin. Udah, yuk balik lagi. Lu juga kenapa nyusulin gue kesini, nih air udah gue dapat," kata Kevin sembari melepas Hoodie itu dan membuangnya di lantai. Dia menyerahkan satu gayung air yang ia dapat di bak mandi.

KriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang