Still on Jum'at, 15-november-2024.
Di kegelapan malam yang sunyi Jovan dan Safira mulai kewalahan mencari jalan keluar, mereka masih terjebak di dalam gedung tua yang menyeramkan. handphone milik Jovan mati total sementara jam tangan Safira terus berbunyi nyaring.
Dua masalah itu bisa membuat kepala Jovan pusing dan meledak-ledak belum lagi saat gadis itu meraba dadanya kemudian meringis sakit, melihat kondisi Safira yang memburuk Jovan lantas memeriksanya dengan cepat dan hati hati, takutnya malah akan semakin menyakiti nya.
"Ra, you okay? Jam tangan lo bunyi nya makin cepet, kita istirahat dulu okey?" Usul Jovan.
Terlihat jelas di wajah Jovan bahwa ia mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Satu tangannya menyentuh bahu Safira lalu menyuruhnya duduk di lantai, Safira hanya diam dan menurut saja.
Setelah benturan keras itu menghantam punggung dan kepalanya, Safira merasakan tulang tulangnya seperti mau patah.
Jovan memperhatikan Safira cukup lama. Mukanya serius dengan dada naik turun karena capek, apalagi kan tadi dia terjatuh dari atas tangga sambil menggendong safira. Entah apa yang sedang di pikirkan lelaki itu sekarang tapi, dia benar benar frustasi dengan kejadian yang menimpa mereka.
Jovan menjambak rambutnya kasar.
"Van.... Maaf.... Jam nya berisik ya?" Lirih Safira, matanya menatap jam tangan nya yang terus berbunyi nyaring yang bisa membuat siapa saja bosan dan geram jika terus mendengar nya.
Jovan memandang Safira lagi "bukan! Bukan jam nya yang salah. Emang berisik sih tapi gue kesel bukan karena itu, apa yang udah menimpa kita hari ini, khusus nya elu! Jantung lo ga kuat sama yang beginian. Kalau sampai pak Shaka tau lo ada disini dan mengalami ini semua...,. Gue ga tau lagi deh nasib gue kayak gimana di tangan dia," ucap Jovan panjang lebar.
Safira pun melepaskan jam tangan itu dari pergelangan tangannya dan memasukkan nya kedalam saku rok nya. Setelah itu, dia berdiri sambil memandang Jovan yang masih terduduk di lantai kotor tempat ini.
"Kok di lepas?" Kata Jovan bingung.
"Biar ga berisik!" Balas Safira.
"Jovan, kita harus bergegas, gue ga mau jadi beban buat lo dan kita semua yang masih terjebak di sini... Gue yakin gue bisa kok!" Sambung gadis itu dengan mata berair, Jovan menatapnya tajam dengan sedikit rasa bersalah di hatinya untuk Safira.
Jovan mengangguk kemudian bangun dia menggenggam telapak tangan Safira yang sangat amat dingin lalu melanjutkan perjalanan mereka. Untunglah cahaya bulan masih bisa masuk lewat lubang lubang kecil yang ada di dinding sehingga mereka bisa melihat jalan mana yang mereka ambil.
*
Di sisi lain gedung tua tersebut tampak Leana, Delfi, dan juga Ningsih berjalan di sekitar ruangan rapat. Begitu banyak meja kayu lengkap dengan kursinya yang sudah lapuk. Sarang tawon banyak menghiasi sudut sudut tembok, begitupun nyamuk yang demikian banyak berterbangan dimana mana dengan suara khas mereka.
"Delfi! Sekarang kita harus kemana lagi, suara suara yang kita dengar tadi udah hilang!" Lenguh Leana hampir ingin menangis.
Delfi menatap iba pada cewek itu dan berdiri di samping nya seraya mengelus elus bahu Leana.
"Lo yang tenang Lea, kita pasti temuin jalan keluarnya." Kata Delfi menyemangati. Ningsih menatap keduanya dengan tatapan yang tidak bisa di mengerti. Kelihatan nya dia kesal dengan situasi seperti ini,
"LEANA!!!" "OYY... ADA ORANG GA!!!"
Kepala Leana yang tadinya bersandar di dada Delfi kembali berdiri tegak saat mendengar suara Alex dan temannya—Messy. yang semakin keras dan dekat dengan posisi mereka berada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kriminal
Mystery / ThrillerTernyata dia seorang pembunuh bayaran yang dipelihara sejak kecil oleh orang tua gadis yang disukai nya! "Jangan tolak gue, gue kasar orangnya."