Still on Sabtu, 16-November-2024.
KANTOR POLISI, MALANG.
Seorang pria paruh baya yang memiliki usia berkisar 50-an tahun tampak turun dari mobil hitamnya. Ditemani dengan istrinya yang mungkin memiliki usia yang tidak jauh dari suaminya. Kacamata hitam besar bertengger di pangkal hidung wanita sosialita itu, dia segera mengimbangi langkah lebar suaminya yang tengah berjalan menuju teras kantor polisi.
Dua orang berpakaian serba hitam yang diduga merupakan anak buah atau bodyguard atau semacamnya memilih berjalan di belakang kedua orang tua tersebut.
Wajah bengis, dan setelan jas rapi pria itu membuatnya terlihat seperti orang besar dan penting. Apalagi ditambah dengan berdirinya sang istri di sisinya yang menambah kesan angkuh dan royal pada diri mereka.
Pria itu sebut saja pak Brian steve. Pria berketurunan sunda-belanda yang berprofesi sebagai CEO perusahaan terbesar BRICTO Brian electro. Dan istrinya yang merupakan wanita berpengaruh di bidang fashion dan beauty yang di kelola dirinya sendiri. Kedatangan mereka ke kantor polisi ini karena sebuah alasan penting.
Brian dan Jessi- istrinya, melewati lorong-lorong terlebih dahulu untuk sampai ke kantor komandan Ujang. Mereka juga menemukan beberapa orang tua yang sedang menunggu di koridor, semua orang tua itu tampak gelisah dan bahkan ada yang menangis.
Keduanya terhenti ketika melihat seorang wanita 38 tahun sedang menangis histeris sambil meraung keras, beberapa orang di sekitarnya berusaha menenangkan wanita itu dengan sentuhan-sentuhan halus dan kalimat penenang namun sepertinya wanita itu tidak bisa tenang juga. Beberapa petugas polisi harus turut serta untuk mengatasi wanita itu. Kemudian salah satu petugas polisi menghampiri Brian dengan wajah sumringah.
"Ehh pak Brian, apa kabar, saya mendengar juga kalau anak bapak belum kembali kerumah ya." Petugas polisi itu menjabat tangan Brian secara spontan membuat Brian mengerling sinis padanya sesaat sebelum menyurai senyum yang sangat ramah.
"Iya. Makanya sekarang saya kesini," balas Brian datar. "Komandan Ujang nya ada?" Brian melongok sedikit ke dalam menelisik sebuah ruangan yang pintunya masih tertutup.
Petugas polisi itu ikut melihat kedalam sebentar kemudian segera menatap Brian lagi lalu tersenyum lebar.
"Oh, komandan ujangnya belum datang, pak. Mungkin sebentar lagi. Hufft," petugas polisi itu menghela nafas gusar sebelum kembali melanjutkan "kami terkejut saat pagi tadi mendapatkan rentetan laporan hampir dari seluruh Indonesia. Semuanya tentang Youtuber viral itu, pak," petugas polisi itu meletakkan sebelah tangannya dekat mulut kemudian mengecilkan volume suaranya. Brian dan Jessi pun menajamkan pendengarannya karena menganggap itu perihal penting.
"Semua laporan itu saling mengaitkan dengan kasus pembunuhan berantai yang masih menjadi misteri, pak, bu Jessi." Ungkapnya.
Brian tampak murung dan tegas secara bersamaan. Dia menatap petugas polisi itu cukup lama.
"Kapan komandan Ujang sampai?"
Petugas polisi itu terkesiap. "Mungkin jam 8 nanti, sedikit lagi." Jawabnya cepat.
Jessi agak sedikit terganggu dengan teriakan histeris wanita yang tadi. Dia membuat keributan seperti itu sehingga membuat para orang tua yang lain ikut terbawa suasana dan ikut menangis meski tidak sekacau wanita itu.
"Dia kenapa?" Selidik Jessi. Petugas polisi itu memandang kacamata hitam itu sebentar.
"Ooh. Dia pemilik toko elektronik. Bu Asmi Chiara. ibunya youtuber viral itu, maksudnya ibunya korban pembunuhan yang lagi viral." Jelas nya. Jessi menganggukkan kepalanya.
"Para orang tua ini sudah disini sejak jam 5 pagi. Mereka sama sama nungguin komandan Ujang datang dan melapor soal kehilangan anak. Katanya, kemarin datang melapor tapi tidak di layani polisi karena anak yang di duga hilang belum sampai 24 jam,"
Petugas polisi itu kembali melanjutkan.
"Dan orang orang otak miring yang ada di sebelah sana sudah memaksa masuk ke kantor polisi sejak jam setengah 5 pagi yang artinya mereka nyampe duluan sebelum para orang tua itu." Petugas polisi itu menunjuk ke arah rombongan wartawan yang sedang duduk melingkar di teras dekat taman sambil menunggu komandan Ujang datang untuk di mintai keterangan tentang kasus viral youtuber SMA yang mati ditikam oleh kawannya sendiri.
Jessi dan Brian menatap ke arah para wartawan kemudian kembali menatap petugas polisi itu.
"Eh, maaf pak. Bu. Mari duduk dulu, ga enak kalau ngobrol sambil berdiri." Kata nya sopan kemudian mempersilahkan keduanya untuk duduk di kursi yang tersedia di koridor.
Brian dan Jessi tersenyum tipis lalu duduk.
"Eee, sebetulnya pak Brian sama Bu Jessi sudah menonton video viral itu sebelum nya?"
Brian mengangguk. "Iya. Kami kaget." Respon Brian singkat. Jessi menyaut. "Anak kami, Leana belum pulang kerumah sejak kemarin. Saat di telepon dia cuma bilang lagi kerja kelompok di rumah temannya. Tau taunya ikut ikutan pergi ke gedung tua itu dan sampai sekarang ga tau gimana kondisinya."
Brian menyikut lengan Jessi.
"Oh, pantes dari kemarin ga ada laporan dari pihak bapak dan ibu soal kehilangan anak. Ternyata--" omongan petugas polisi itu terpotong saat dua buah mobil masuk ke halaman kantor polisi.
Komandan Ujang keluar dari salah satu mobil itu kemudian di susul Shaka, Bayu. Dan, Yosua dari mobil yang satunya.
Para wartawan yang menyadari hal itu segera menyerbu dan ingin mengepung komandan serta Shaka dan yang lainnya dengan kamera dan mikrofon yang mereka bawa. Security security menghadang para wartawan dan para orang tua yang ingin langsung bertemu dengan komandan.
Akibat kegaduhan itu Wati langsung menggonggong kencang dan segera di amankan oleh Yosua.
"Pak! Pak! Pak komandan, bagaimana pendapat komandan tentang video viral youtuber SMA itu, pak!!"
"Pak, apa pihak kepolisian sudah menyelidiki soal kebenaran video tersebut? Jadi sebenarnya video itu betul apa tidak pak? Tolong di jawab pak!"
"Pak detektif! Isu nya adik bapak adalah salah satu korban penyekapan di gedung tua itu, apa benar pak?"
Shaka mendelik tajam.
"Pak komandan, es teh satu."
"Kapan pihak kepolisian akan bereaksi terhadap video yang menggemparkan satu Indonesia itu? Apakah sudah dilakukan penyelidikan di tempat kejadian? Bagaimana keadaan para korban saat ini?"
"Pak apakah benar korban penu*ukan itu yang bernama @Naurafeb ? Siapa pelakunya pak? Apa benar pelaku nya merupakan salah satu teman korban? Pak jawab dong, tolong, kaki saya sakit!."
Komandan Ujang menarik nafas dalam-dalam kemudian berdiri di depan semua wartawan dan berusaha menyikapi makhluk makhluk pencari nafkah ini dengan tenang dan lembut.
Para orang tua di suruh masuk kedalam ruangan komandan dan menunggu disana. Wanita yang merupakan ibu dari Naura tak mampu menahan tangisnya, dia tidak sendirian. Dia ditemani dengan suami dan keluarga nya yang membuat kantor polisi tambah ramai.
"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. saya komandan Fauzan hakim, dari kantor polisi, malang. Jawa timur. Dari pihak polisi memang sejak tadi pagi sudah banyak menerima laporan dari warga diseluruh Indonesia tentang masalah ini. Jadi, bukan cuma masyarakat Jawa timur saja tapi seluruh Indonesia melapor pada kami dan meminta kasus ini untuk di tindaklanjuti dengan segera."
Shaka dan Bayu berdiri di sisi komandan Ujang untuk tetap menjaga nya dari ganasnya kehebohan para wartawan itu.
"Lalu, apa reaksi bapak tentang kasus itu, pak?"
Tanya salah seorang dari wartawan.
:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Kriminal
Mystery / ThrillerTernyata dia seorang pembunuh bayaran yang dipelihara sejak kecil oleh orang tua gadis yang disukai nya! "Jangan tolak gue, gue kasar orangnya."