Ga tau laah

54 4 0
                                    

Leana terduduk dilantai dengan bantuan teman temannya. Tampaknya dia sangat kebingungan, gadis itu termenung sejenak memikirkan berbagai macam hal yang terasa tak masuk akal dikepala nya. Gadis disebelah nya memeluknya cepat kemudian menangis dipundak Leana yang langsung membalas pelukannya dan mereka menangis secara bersamaan.

Jovan menggunakan telapak tangannya untuk mengusap jidat basahnya. Menarik nafas gelisah sambil memejam mata.

"Leana. Syukurlah lo masih hidup." Imbuh Safira.

Leana tersenyum getir. Telapak tangannya balas mengelus punggung Safira.

"Lebih bersyukur lagi kalian bertiga masih bersama. Makasih udah nemuin gue, Ra. Van, kev." Lirih Leana dengan suara serak dan parau kemudian menatap kedua teman laki-laki dihadapan mereka.

Safira melepas pelukannya namun masih memegang kedua bahu gadis itu dan mengguncangnya pelan. "Kasih tau kita kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Safira.

Sebelum menceritakan semuanya Leana lebih dulu menarik nafas dalam-dalam dan mengatur pernapasan.

"Gue dan Delfi kabur dari penjahat itu dan bersembunyi disini, ra. Terus Delfi malah pergi dan ngunciin gue didalam sini sendirian. Setelah itu, dia ga balik balik lagi." Ungkap Leana menatap mereka bergantian.

"Jadi.. Delfi kabur sendirian?" Dahi Jovan mengkerut, emosi.

"Anak setan." Lanjutnya dengan volume suara yang rendah.

"Lea. Asal lo tahu, kita semua udah ditargetkan sejak awal kita datang kesini. Dua sosok jahat itu sengaja menjebak kita didalam gedung dan mau membunuh kita satu persatu. Tujuh dari kita udah mati, tinggal satu lagi." Kata Safia panjang lebar.

Tentunya Leana shock mendengar kabar itu, gadis itu merasakan sesak di dadanya kemudian dia terbatuk-batuk lemah.

"Tujuh dari kita mati? Astaga!" Tanggap Leana.

"Bukannya kita lebih dari angka yang di targetkan? Siapa target terakhir nya?" Leana berpikir keras.

Mereka berempat pun membuka pikiran masing-masing.

"Naura menghilang duluan dan ga ada yang tahu dia masih hidup atau udah metong. Terus Hanna di bunuh oleh sosok ber-hoodie, disusul, Alex dan Messy yang di bunuh oleh sosok bertopeng-itu yang dilihat sama Jovan,"

Jovan mengangguk saat Safira menatapnya memastikan perkataan nya benar atau keliru.

"Jihan dan kak Seno juga di bunuh oleh sosok bertopeng itu. Kita lihat sendiri, Lea. Gimana sosok itu membunuh semua teman kita. Dan, lebih tragisnya.....Ningsih gantung diri di depan toilet ini!" Safira menceritakan dengan sangat singkat. Leana yang mendengar nya pun lantas berdiri dengan tergesa dan melangkah cepat dan berhenti di ambang pintu toilet. Leana membeliak, ternganga lebar melihat jasad Ningsih yang menggantung di tengah-tengah lorong.

Leana menutup mulutnya dengan tangan. Di belakangnya berdiri Jovan, Kevin. Dan, Safira.

Ikut melihat jasad kaku milik Ningsih.

"As...taga."

"Total yang mati ada tujuh." Imbuh Safira mantap.

"Yang masih hidup ada lima."

Mendengar itu Leana, Kevin, dan Jovan menatap Safira dengan heran lantas gadis itu segera menjawab "Satunya lagi Delfi."

"Kita ga tahu Delfi dimana sekarang?" Tambah Leana.

"Udah kabur duluan dia palingan," ceplos Jovan.

"Tapi, diantara kita berlima masih ada satu yang tersisa jadi target ketujuh sosok-sosok bejat itu."

KriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang