dapat satu hilang satu.

68 5 0
                                        

Safira hanya diam tak merespon. Kevin tak membantah sama sekali ucapan Jovan sehingga Safira sedikit merasa kalau Jovan mungkin berkata benar.

Untuk sekarang, Safira tidak ingin kepedean dulu.

"Selanjutnya apa?" Gumam Safira.

Jovan mengangkat balok kayu sepanjang hampir setengah meter ke pundaknya kemudian menganggukkan kepalanya. "Turun kebawah. Apalagi."

Safira melirik Kevin yang sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. Dia terlihat sedikit gelisah.

"Kalian yakin cuma dengan balok kayu reyot itu--"

"Jangan bikin patah semangat. Kalau kita yakin balok kayu yang kelihatan tidak berguna saja pasti bisa mematahkan tulang si brengsek kecil itu." Ucap Jovan mantap. Dari tadi diperhatikan sepertinya Jovan sangat sangat tidak takut mati.

"Okey."

Kevin melirik Safira. "Tetap dibelakang gue." Titahnya. Safira mengangguk paham.

Jovan melepas kemeja seragam nya menyisakan kaos putih yang ketat di badannya kemudian mengikat pinggang nya dengan seragam nya.

Kevin menggenggam sebuah balok kayu yang lebih panjang dari Jovan punya dan berjalan duluan di depan.

Jovan menyusul dan Safira paling akhir. Mereka kembali menyusuri tangga dan turun kebawah dengan penuh waspada. Kevin menjulurkan kepalanya celingak celinguk untuk memeriksa kondisi lorong lantai dua.

Dengan cepat dia berbalik. "Aman." Katanya. Jovan dan Safira mengikuti dari belakang. Mereka menyusuri lorong sunyi itu sejauh 15 meter ke selatan.

Tiba tiba Kevin berhenti menyebabkan Jovan dan Safira ikut menghentikan langkah nya dan saling tatap menatap.

"Kenapa?" Jovan mengangkat alisnya.

"Gue cuma khawatir Safira-"

Terlihat Jovan menggaruk kepala bagian belakang nya dengan tidak sabar. "Biar gue yang pimpin jalan. Lo fokus jaga Safira biar ga ada yang narik dia kebelakang." Tukas Jovan. Safira mendelik dengan refleks merapatkan tubuhnya.

"Jangan bikin takut!" Kesalnya.

Sekarang posisi berganti. Jovan yang memimpin jalan di depan sementara Kevin berjalan paling belakang untuk menjaga Safira.

Selama 15 menit berjalan mengendap-endap dan penuh waspada tidak ada yang terjadi sama sekali. Safira mulai agak tenang dia melihat arlojinya yang berkedip kedip tanda muncul notifikasi baru di panel notifikasi.

Gadis itu memeriksa nya dan ternyata baterai benda itu sudah sekarat. Kevin juga melihat nya sehingga dia dan Safira hanya saling tatap menatap.

Jovan menemukan sebuah tangga yang lebih pendek menuju sebuah ruangan rahasia. Cowok itu menoleh kebelakang dan melihat Safira dan Kevin yang masih berdiri diam di tempat nya.

Jovan melambai menyuruh mereka mendekat.

"Kenapa?"

"Itu. Lihat." Suruhnya dan Safira langsung mengintip ke bawah tangga yang sangat gelap sekali. Ketiganya sama penasaran nya, mereka memutuskan untuk turun kebawah.

"Mungkin ini jalan rahasia?" Gumam Jovan. Matanya masih terus menyusuri kebawah tangga yang gelap.

"Mungkin," safira mengangkat bahu. "Bisa jadi juga tempat persembunyian sosok bertopeng itu." Sambungnya.

"Kev!"

"Hah?"

"Jangan diam aja. Bersuara." Kata Jovan. Kevin memutar bola matanya, malas.

KriminalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang