33

171 20 2
                                    


21 April di tahun 1998

-POV Jennie-

Sudah sekitar tiga minggu sejak Rosé disini. Bahkan menurutku dia belum pergi lagi ke masa depan sejak dia kembali kesini, setidaknya dia belum memberitahuku bahwa dia telah pergi.

Aku takut. Aku takut dia akan kembali ke masanya dan kali ini tidak akan kembali. Dia mungkin muak dengan banyaknya waktu yang kuhabiskan bersamanya, tetapi aku takut jika aku meninggalkannya, dia akan menghilang.

"Ada apa denganmu?" Taehyung mengangkat sebelah alisnya dan memberikanku satu permen.

Permen itu bahkan tidak enak, warnanya oranye.

"Tidak apa-apa." Aku tersenyunm kecil padanya, mengambil permen itu dan memasukkannya ke dalam mulutku.

"Aku tahu kamu bohong."

Telepati kembar itu memang benar dan tidak pernah meleset.

"Apakah menurutmu Rosé akan bosan karena aku terlalu menghabiskan begitu banyak waktu dengannya?"

Dia tampak sangat terkejut seolah-olah pertanyaanku adalah hal yang paling mengejutkan di dunia.

"Gadis itu bahkan memuja tanah yang kamu pijak Jennie. Bahkan Miyeon dan aku bertaruh dia akan melamarmu."

Melamar?

Kami baru berpacaran selama sebulan. Dan kami masih SMA.

"Melamar?" Tanyaku karena minatku memuncak.

"Ya, aku bilang sepertinya dia akan melamarmu begitu kita selesai sekolah, tapi Miyeon pikir dia akan melakukannya begitu dia mampu membeli cincin." Taehyung tertawa, sambil menuangkan sisa permen ke dalam mulutnya, dan mengunyahnya.

Saat kakakku terus mengunyah sisa makanannya dengan keras, aku melihat Jisoo dari sudut mataku.

Jisoo sepertinya merasakan aku sedang menatapnya, jadi dia menoleh dan tersenyum lebar padaku sambil terus berjalan ke kelasnya.

Aku tahu dia berusaha keras agar bisa berbicara dan berada di dekatku seperti dulu, tetapi setiap kali aku melihatnya aku tidak bisa tidak merasa bersalah padanya. Sepuluh tahun bersama lalu berakhir dalam satu percakapan.

Bagaimana mungkin seseorang melakukan itu padanya? Bagaimana mungkin aku melakukan itu padanya? Jisoo tidak pernah melakukan kesalahan apa pun, tidak pernah memberiku alasan untuk meragukannya, tapi sekarang aku menghancurkan hatinya.

Aku masih mendapati diriku melihat ke arah gadis itu meskipun dia sudah tidak ada di sana.

Aku melihat Taehyung berbalik di kursinya mencoba melihat apa yang sedang kulihat, tetapi tidak ada seorang pun di sana.

Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi. Aku terus-menerus khawatir apakah Rosé akan cemburu jika melihat kami bersama. Karena aku tidak tahan dia marah padaku, terakhir kali dia marah dan aku mengalami serangan panik, aku tidak pernah mengalaminya selama bertahun-tahun.
Aku bahkan menelepon gadis itu untuk memastikan dia tidak marah padaku. Yang harus kamu tau aku benci menggunakan telepon dan biasanya aku akan menghancurkannya.

Dia tidak pernah menunjukkan rasa cemburunya lagi semenjak kejadian di taman beberapa minggu lalu dan sekarang setiap gerakan yang kulakukan, aku selalu memikirkan apakah Rosé akan marah atau tidak.

Tidak, bukan salahnya, ini salahku jika aku merasa seperti ini.

Dia selalu bersikap baik padaku dan terus meyakinkanku.

Jisoo telah mengajakku jalan beberapa kali sejak saat itu, tapi aku tidak bisa memaksa diri untuk melakukannya kecuali semua orang pergi.
Aku tidak ingin Rosé berpikir ada sesuatu yang terjadi di antara kami karena memang tidak ada.

Back To 1998Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang