🪶

11 2 0
                                    

Langit biru cerah di atas pantai Busan membuat Yunho mendesah panjang. 

Ia duduk di bawah payung pantai berwarna cerah, memandangi gelombang laut yang memantul lembut di bawah sinar matahari. Tubuhnya dibungkus kaus putih longgar dan celana pendek, dengan kacamata hitam yang hampir menutupi separuh wajahnya. Liburan musim panas ini seharusnya menjadi momen santai yang ia tunggu-tunggu—kecuali bahwa ia tidak pernah bisa benar-benar santai jika ada San.

“Yunho! Cepat ke sini!” seru San dari tepi laut, melambai dengan antusias seperti anak kecil yang menemukan sesuatu yang menarik di pasir.

Yunho hanya menatapnya datar dari balik kacamata hitamnya. “Aku tidak mau basah, San!”

San, dengan celana renang bermotif cerah dan rambut basah yang terlihat terlalu bagus di bawah sinar matahari, mendengus dramatis. “Kau itu membosankan sekali. Ini musim panas, Yunho. Kapan lagi kau akan bermain air seperti ini?”

“Aku tidak suka pasir di mana-mana, terima kasih.” Yunho mengangkat minuman dinginnya, seolah membuktikan bahwa duduk-duduk di bawah payung jauh lebih menyenangkan.

San memutar matanya, lalu berjalan mendekat dengan langkah percaya diri yang membuat Yunho langsung curiga.

“Jangan berpikir untuk menarikku ke air,” ancam Yunho, meletakkan gelasnya dengan cepat.

“Oh, aku tidak berpikir, Yunho,” balas San dengan senyum miring yang terlalu berbahaya. “Aku sangat yakin akan melakukannya.”

Dan sebelum Yunho bisa kabur, San sudah meraih pergelangan tangannya dan menariknya berdiri.

“San, aku serius!” protes Yunho, mencoba melawan. Tapi tubuh San jauh lebih kuat, dan Yunho sudah tahu ia tidak punya peluang menang.

“Kalau begitu, kau harus belajar bersenang-senang,” jawab San sambil tertawa.

Dalam hitungan detik, Yunho sudah berdiri di tepi ombak, air laut dingin menyentuh kakinya. Ia meringis, tapi San malah tertawa puas.

“Lihat, tidak seburuk itu, kan?” tanya San sambil melipat tangannya, bangga dengan pekerjaannya.

Yunho mendengus. “Ini dingin. Dan aku basah. Kau puas sekarang?”

“Belum.” San mengangkat alis. “Aku baru puas kalau kau tersenyum.”

Ucapan itu membuat Yunho membeku sejenak. Ia menatap San, wajahnya langsung memerah di bawah sinar matahari. “Kau benar-benar tahu cara membuat orang tidak nyaman, ya?”

San hanya tertawa, lalu menepuk punggung Yunho. “Ayo, nikmati musim panas ini. Kau butuh momen untuk bersantai, Yunho. Selama ini kau terlalu serius.”

Yunho memutar matanya, meskipun di dalam hatinya ia tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata San ada benarnya.

Beberapa jam kemudian, Yunho akhirnya menyerah. Ia bermain voli pantai, mencoba selancar meski hanya bertahan beberapa detik di atas papan, dan bahkan membiarkan San memaksanya membangun istana pasir—meski hasilnya lebih mirip reruntuhan daripada bangunan megah.

Ketika matahari mulai tenggelam, keduanya duduk di atas pasir, memandangi langit yang berubah warna menjadi oranye keemasan.

“Lihat? Bukankah ini lebih baik daripada hanya duduk di bawah payung?” tanya San, menoleh ke arah Yunho.

Yunho mendengus, tetapi ada senyum kecil di wajahnya. “Baiklah, aku akui. Hari ini… menyenangkan.”

San tersenyum lebar, lalu menyikut Yunho pelan. “Kau tahu, aku tidak pernah menyangka kau akan setuju datang ke liburan ini. Kupikir kau akan menolak seperti biasa.”

“Aku hampir menolak,” jawab Yunho jujur. “Tapi aku tahu kalau aku menolak, kau akan terus mengganggu sampai aku menyerah.”

“Itu benar,” kata San, tertawa.

Keheningan nyaman meliputi mereka sejenak, hanya diisi oleh suara ombak yang bergulung di depan mereka. Yunho menoleh ke arah San, memperhatikan wajahnya yang diterangi oleh cahaya matahari terbenam.

“Aku tidak pernah bilang ini, tapi…” Yunho menggigit bibirnya, merasa gugup.

San menoleh, alisnya terangkat penasaran. “Apa?”

Yunho menghela napas. “Kau… kau membuat hidupku jadi lebih menarik. Meski kau menyebalkan, aku tidak tahu apa jadinya musim panas ini tanpa kau.”

San memandang Yunho selama beberapa detik, lalu tiba-tiba tertawa kecil.

“Kenapa kau tertawa?” Yunho memutar matanya, merasa sedikit malu.

“Karena kau akhirnya mengakuinya,” jawab San, masih tersenyum. “Aku tahu aku membuatmu kesal setengah mati, tapi aku juga tahu kau tidak bisa hidup tanpa aku.”

Yunho mendorong bahu San pelan, wajahnya memerah lagi. “Jangan terlalu percaya diri, San.”

San menoleh ke arah Yunho, tatapannya tiba-tiba menjadi lembut. “Aku tidak percaya diri. Aku hanya tahu kau adalah orang yang membuat musim panas ini jadi lebih berarti untukku.”

Yunho terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Tapi saat San menggenggam tangannya di atas pasir, ia tidak menariknya.

Keduanya merasa bahwa mereka telah menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar liburan.

Buxom Episode • All × YunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang