Dua Delapan

244 61 2
                                    

Jennie menggeleng tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari penjelasan Rose. Bahwa selama ini Rose tahu Jennie adalah kekasih dari Taehyung, dan dia bahkan tahu kalau Jennie dan Lisa hanya berpura-pura.

Tidak ada yang bisa di ungkapkan oleh Jennie selain berdiri, menarik tasnya dari meja dan pergi meninggalkan Rose yang masih merasa bersalah.

Jennie hanya malu, ya dia hanya malu ketika dia harus berdebat dengan Rose soal perasaanya kepada Lisa beberapa bulan lalu yang sebenarnya wanita itu sudah tahu mereka hanya kontrak. Terlebih dia adalah sepupu dari Taehyung.

"Jen...Jennie tunggu." Rose mengejar Jennie dan menarik tangan wanita itu agar berhenti. "Aku tahu kau terkejut tapi percayalah aku tidak menginginkan ini terjadi."

"Aku tahu."

"Benar aku menginginkan kau dan Lisa berakhir tapi soal kontrak...aku tidak menyangka dia begitu licik."

"Rose..." Jennie melepaskan tangan wanita tinggi itu dari tangannya dengan lembut agar tidak terkesan kasar. "Aku tahu, dan terima kasih sudah membantu."

Setelah pengumuman yang menggemparkan beberapa hari lalu, Jennie tidak memilik aktivitas apapun. Semua kegiatan ke artisannya di tunda sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Kasus tentang kontrak Jennie dan Lisa mulai memudar di di gantikan dengan kasus Kim Taehyung yang di tampar oleh Iren di depan umum. Kegagalan pencalonannya juga semakin marak, politikus dari keluarga Kim mulai tidak mendapat perhatian publik. Tapi meskipun begitu mereka tetap berusaha menutupi berita buruk dengan berita lainnya.

Sejujurnya Jennie tidak peduli dengan berita apapun sekarang, dia merasa sedikit damai dengan adanya ke jadian ini. Dia bisa mencoba untuk rehat sebentar dari dunia selebritis.

Setelah pertemuannya dengan Rose, Jennie kembali ke Apartemen. Melepas sepatunya, meletakkan tasnya di atas meja kopi dan membuka kulkas untuk mencari air dingin.

Tidak ada aktivitas apapun, dia hanya tidur, menonton tv dan makan. Sesekali dia memantau sosial medianya dan juga berharap Lisa menghubunginya.

Seperti yang Rose bilang padanya bahwa Lisa tidak pernah kembali ke Seoul dan nomor handphonenya tidak aktif.

"Aku akan coba membacanya." Ucap Jennie di telepon dengan Jisso. "Apakah ini untuk proyek bulan depan?" Tanyanya.

"Pemotretan baju ya." Jennie menggeser layar tabletnya sambil berbicara, mencari sesuatu yang menarik dari brend baru yang menawarkannya sebagai model baju mereka. "Aku akan mencoba memikirkannya, Unnie."

Setelah melakukan sesi diskusi dengan Jisoo di telepon Jennie memutuskan untuk mandi air hangat, menyegarkan dirinya dan juga saraf-sarafnya.

Hari berlalu begitu saja, tidak banyak yang terjadi. Fans Jennie mulai kembali mendukungnya untuk kembali ke layar kaca tapi Jennie memilih untuk beristirahat lebih dulu sebelum peresmian Drama barunya.

Apakah Jennie memiliki waktu untuk bersantai? Tidak, dia lebih sibuk memantau aktivitas sosial media Lisa yang terkadang terpantau aktif tapi kemudian mati. Dia terus memantai nomor teleponnya juga tapi tidak pernah berani untuk mencoba menghubunginya. Jennie merasa bersalah, dia merasa Lisa seharusnya tidak dilibatkan dalam kasusnya dengan Taehyung hingga dia tidak berani meminta maaf.

Suatu saat, saat hujan turun begitu deras dan membasahi dinding jendela kaca kamar Jennie. Jennie sedang duduk di sudut jendela kamar Lisa, menikmati rintihan hujan yang turun, memakai kaos yang pernah di pakai Lisa. Harumbya tidak pernah hilang, dan Jennie tidak berniat untuk mencuci baju terakhir yang Lisa pakai.

Saat itu Jennie melamun membayangkan Lisa berada di belakangnya, memeluknya dan menciumnya dengan hangat. Dan saat dia mulai menangis suara notifikasi handphonenya berbunti berulang kali. Biasanya dia mengabaikannya karena tentu saja fansnya akan banyak menandainya dalam postingan apapun, tapi kali ini bunyi itu tidak berhenti bahkan lebih dari 15 menit.

Dengan malas Jennie meraih handphonenya dan berniat mematikan tapi sebuah notif yang sangat dia tandai muncul di layar.

"Lalalisa memposting foto baru."

Dalam sekejab Jennie melompat dari duduknya dan berdiri. Memegang handphonenya tidak percaya, dia menutup mulutnya dan berjalan mundar-mandir. Perasaanya begitu antusias untuk membukanya, meskipun dia tidak tahu apa yang ada di sana tapi dia senang Lisa ada di sana entah di mana dengan ke adaan yang baik.

Jennie menggigit bibirnya dengan gugup, lalu membuka notifikasinya. Saat layar handphonenya terbuka muncul sebuah foto seorang wanita berambut coklat panjang bergelombang yang sedang duduk di dalam mobil, bersandarkan Jendela mobil yang sepenuhnya terbuka. Wanita itu memandang keluar Jendela seakan menikmati udara yang masuk, rambutnya yang bergelombang terhempas angin.

"Maaf telat, tapi... selamat ulang tahun untukmu."
#HariyangbaikBisamelihatmuBernyanyidenganLepas.

Saat Jennie membaca Caption fotonya dia menangis, dia tahu itu foto dirinya saat bersama Lisa di hari ulang tahunnya. Dia bahkan tidak tahu kapan Lisa menyempatkan diri untuk mengambil foto dirinya dari belakang. Yang Jelas dia menangis terseduh-seduh, menahan debaran jantungnya yang gila ingin melompat. Sakit, rindu dan rasa bersalah yang menyatu membuat tenggorokkannya tersiksa.

"Itu Jennie."

"Orang gila mana yang bilang itu bukan Jennie."

"Dia merindukannya."

"Aku tahu dia mencintaimu."

Jennie membaca semua notif yang masuk, semua fansnya menandainya di sana. Dan saat Jennie memberi Like di foto Lisa semua semakin ramai memberi komentar dan juga balasan.

Tidak berapa lama dari foto itu di posting Lisa kemudian menghilang lagi. Profilnya dalam sekejap kembali tidak aktif.

Apakah Jennie berusaha untuk mencari Lisa?
Tidak, dia masih merasa tidak pantas untuknya.

Dia hanya berharap Jisoo memberikan kabar padanya tentang Lisa, tapi setelah seminggu berpisah Jisoo tidak mendapatkan kabar dari orang suruhannya.

Sudah sebulan, Lisa menghilang dan Jennie menangis berhari-hari.

Kurang makan, kurang istirahat dan selalu menyendiri. Jisoo memutuskan untuk kembali membawa Jennie ke aktivitas semula. Dia memaksa wanita itu untuk keluar dari apartemen, melakukan pemotretan kecil dan menerima iklan lainnya, tujuannya agar Jennie tidak terus menjadi mayat hidup.

"Ini, tutupi sembab di bawah matanya." Perintah Jisoo kepada makeup artis mereka. "Yang ini juga. Ini kasih warnah pink agar terlihat natural. Yang ini... Ya Tuhan! Berapa banyak alkohol yang kau minum Jennie!" Jisoo melempar kertas ke atas meja, menatap Jennie dari cermin.

Jennie hanya mengangkat kedua bahunya.

Saat Jisoo akan membalas dengan ucapa tiba-tiba handphonenya berdering. "Aku memantaumu." Katanya pada Jennie. Jisso menjauh dari para staf, membiarkan kakinya melangkah ke luar ruangan.

"Ada apa?" Tanyanya. Jisoo mendengar dengan jelas berita yang di sampaikan, mengangguk dan berpikir sejenak. "Baiklah, aku mengerti." Jisoo mengakhiri panggilannya dan kembali ke dalam.

Saat dia masuk, dia melihat Jennie sedang sendirian. Duduk menghadap Cermin yang besar, dia masih terlihat cantik seperti biasanya tapi ada seseuatu yang hilang dari wajah cantik itu. Senyuman Jennie, mata tajamnya dan gaya bicaranya yang seksi. Semua hilang dalam hitungan hari.

"Jen," Kata Jisoo menyentuh bahu Jennie dengan lembut. "Dia ada di sini." Katanya lagi. "Di Seoul."

Jennie mengangkat wajahnya, menatap Jisoo dari cermin. Berharap berita yang baru saja dia dengar barusan prihal Lisa.

"Dia membawa Ibu dan adiknya pindah ke Apartemen barunya." Lanjut Jisoo memberi senyuman. Dia mengangguk memberi jawaban atas semua keterkejutan Jennie yang sangat terlihat dari matanya.


....

Tbc

Mungkin 2 atau 3 Chapter lagi ceritanya SELESAI .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The secret relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang