Waktu berjalan begitu cepat, dan tanpa mereka sadari, percakapan yang dimulai dengan canggung kini telah berlangsung cukup lama. Udara malam semakin sejuk, dan suara-suara di sekitar mereka mulai redup. Semua yang ada hanya mereka berdua, duduk di balkon hotel, dengan perasaan yang semakin mendalam, namun tetap sulit untuk diungkapkan.
Namun, saat keduanya semakin larut dalam percakapan, Nani tiba-tiba merasakan sesuatu yang 'aneh' di tempat yang ia duduki. Ketika ia sedikit bergeser, ia menyadari bahwa itu adalah tubuh Sky, yang ternyata juga sedang merasakannya.
"Sky..." Nani memanggil, suaranya hampir bisu, kebingungannya tercermin di wajahnya.
Sky hanya diam sesaat, seperti mengerti apa yang terjadi, sebelum dia perlahan-lahan menatap Nani. Dengan jarak yang sangat dekat, atmosfer yang seketika berubah. Rasa canggung itu semakin menguar di udara, tetapi kali ini ada sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang membuat keduanya diam sejenak.
Tanpa rencana atau kata-kata yang diucapkan, seketika itu juga, keduanya saling mendekat. Tanpa sadar, bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman singkat, yang penuh ketegangan namun juga penuh perasaan. Tidak seperti sebelumnya—kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang lebih intim, lebih nyata. Perasaan yang selama ini terpendam akhirnya terwujud dalam momen singkat itu.
Namun, setelah ciuman itu, Nani langsung merasa canggung dan terkejut dengan dirinya sendiri. Ia buru-buru menarik diri, berdiri dan melangkah menuju kasur, seolah-olah ingin menghindari perasaan yang baru saja mengalir begitu deras. Dengan cepat, ia berpura-pura tidur, membelakangi Sky agar tidak terlihat jelas wajahnya yang memerah.
Sky yang terdiam, hanya bisa menatap Nani dari belakang. Ada sesuatu yang berat di dadanya—perasaan campur aduk yang sulit untuk dijelaskan. Dia tahu apa yang terjadi, dan sepertinya Nani juga tahu, tapi mereka tidak bisa memungkiri bahwa perasaan itu memang ada, meskipun mereka berdua berusaha menutupi.
Beberapa detik berlalu, dan Sky akhirnya bangkit, mendekati kasur tempat Nani tidur—atau lebih tepatnya, tempat Nani berpura-pura tidur. Dengan hati-hati, Sky duduk di sisi kasur dan perlahan-lahan menatap punggung Nani yang membelakanginya.
"Nani..." Suara Sky terdengar lembut namun penuh perasaan. "Gue... gue nggak tahu harus mulai ngomong dari mana, tapi gue nggak bisa terus berbohong tentang perasaan gue."
Nani, meskipun pura-pura tidur, bisa merasakan ketulusan dalam suara Sky. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan yang mulai bercampur aduk.
Sky melanjutkan, dengan lebih dalam kali ini. "Gue tahu kita udah lama saling kenal, tapi kayaknya gue nggak bisa lagi nyangkal kalau gue merasa beda sekarang. Gue nggak bisa pura-pura nggak ngerasain apa-apa setelah apa yang terjadi antara kita."
Ada keheningan sejenak. Sky menyentuh bahu Nani dengan lembut, seakan memberi isyarat bahwa dia tidak ingin memaksakan apapun, tetapi juga ingin Nani tahu perasaannya yang sesungguhnya.
"Kalo lo belum siap atau belum bisa ngerasain hal yang sama, gue ngerti. Tapi gue cuma ingin lo tahu... gue nggak pernah berharap kita bisa jadi lebih dari teman, tapi sekarang gue nggak tahu harus gimana." Suara Sky semakin pelan, hampir seperti bisikan, meskipun tidak ada yang bisa mengabaikan intensitas yang ada di dalam kata-katanya.
Nani yang masih terbaring dengan punggung menghadap Sky, tidak bisa menahan perasaan yang mulai berkecamuk dalam dirinya. Entah berapa lama waktu yang mereka habiskan dalam diam itu, namun, ada sesuatu dalam diri Nani yang mulai membuka sedikit demi sedikit.
TO BE CONTINUED~
KAMU SEDANG MEMBACA
Imina SkyNani | Behind the Scenes
FanfictionSebuah perjalanan hubungan antara dua aktor GMMTV, Sky dan Nani, yang awalnya hanya sahabat dan partner kerja dalam sebuah proyek, High School Frenemy. Bermula menjadi teman hingga sahabat hingga hubungan yang semakin dalam di balik layar, mereka me...