Setelah makan malam selesai, suasana antara Sky dan Nani mulai terasa lebih intens. Mereka berdua masih duduk di ruang tamu, berbincang santai tentang proyek mereka yang akan datang—series BL yang sangat dinanti. Pembicaraan itu berlangsung mulus pada awalnya, tapi semakin mereka membahasnya, semakin terasa ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.
Nani memegang ponsel di tangannya, membuka beberapa catatan tentang jadwal syuting dan garis besar cerita. "Jadi, kita bakal syuting beberapa scene yang cukup... intens, ya?" tanyanya sambil menatap layar ponselnya.
Sky mengangguk, matanya sedikit tertutup, terfokus pada kata-kata Nani. "Iya, tapi gue rasa ada beberapa bagian yang bakal bikin kita nyaman. Lo nggak perlu khawatir. Kita kan udah profesional." Namun, ada kesan sedikit tegang di nada suara Sky, meskipun ia berusaha menenangkan diri.
Nani hanya mengangguk pelan, namun matanya tajam, tidak bisa menutupi rasa gugup yang ia coba sembunyikan. "Iya, emang sih. Tapi kadang... gue nggak tahu, Sky. Lo nggak khawatir dengan scene yang lebih... dalam? Gue cuma pengin tahu pendapat lo. Kita bakal ngadepin banyak fans yang mungkin punya ekspektasi tinggi."
Mata Sky mengerut, memikirkan kata-kata Nani. "Kalau lo pikirin terus, kita nggak bakal bisa maju. Tapi gue ngerti sih, emang agak aneh pertama kali. Tapi kita kan udah latihan bareng, jadi gue rasa kita bisa handle ini."
Di tengah pembicaraan itu, perasaan di antara mereka mulai terasa semakin memanas. Meskipun topik mereka masih berkutat tentang proyek dan profesionalisme, ada ketegangan yang semakin menguat. Lalu, tiba-tiba, Nani bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, menyandarkan tangan di bingkai jendela.
Sky memandangnya, matanya mengikuti setiap gerak Nani. "Lo oke?" tanya Sky dengan nada yang lebih lembut, mencoba meredakan ketegangan di udara.
Nani tidak langsung menjawab. Dia menghela napas panjang dan kemudian berbalik, menatap Sky dengan tatapan yang dalam. "Gue cuma... bingung, Sky," jawabnya perlahan. "Kadang, gue mikir, apa yang kita lakukan ini—proyek, hubungan kita sebagai temen—semuanya bakal berubah setelah ini. Entah gimana jadinya."
Sky mendekat, menatap Nani yang kini tampak lebih rapuh dari biasanya. "Gue nggak tahu, Nani. Tapi... lo harus tahu, gue selalu ada buat lo. Gak peduli apa yang terjadi setelah ini."
Nani terdiam, merasakan kedekatan yang berbeda dengan Sky malam itu. Tiba-tiba, suasana semakin intens. Meskipun mereka sudah sering berdekatan, malam ini ada yang berbeda. Keadaan itu membuat mereka merasa tidak bisa lagi menahan perasaan yang sudah terpendam.
Tanpa disangka, keduanya saling mendekat. Nani meraih tangan Sky dengan lembut, lalu dalam sekejap, jarak di antara mereka hilang. Lidah mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah—lebih dalam dan lebih panas dari sebelumnya. Ini bukan lagi ciuman seperti yang mereka lakukan sebelumnya—ini adalah ciuman yang penuh dengan hasrat, yang mereka rasakan tanpa bisa disangkal.
Waktu seakan berhenti. Ciuman itu berlangsung lama, dan kedua pria itu tidak bisa lagi menahan diri. Tangan Nani meraih belakang Sky, menariknya lebih dekat, sementara Sky tidak bisa melepaskan pelukan itu.
Ketika akhirnya mereka menarik diri, nafas mereka terengah-engah. Nani menatap Sky, namun wajahnya tak lagi terlihat dingin seperti biasanya. "Lo tahu, kan, gue nggak bisa berhenti mikirin lo..." bisiknya, suara seraknya menambah ketegangan di udara.
Sky meraih tangan Nani, menatapnya dengan mata yang penuh dengan makna. "Gue juga nggak bisa berhenti mikirin lo. Tapi, gue nggak tahu kalau kita udah sampai sini," jawab Sky dengan suara berat.
Nani mengangguk, namun keduanya tahu, saat itu, mereka sudah terlalu jauh untuk mundur.
"Jadi gimana sekarang?" tanya Nani, suaranya lebih rendah dari sebelumnya, seperti menunggu jawaban dari Sky.
Sky terdiam sejenak, merasakan perasaan yang sama membuncah di dalam dirinya. "Kalau kita lanjut, kita harus tahu konsekuensinya. Gue... nggak bisa kembali setelah ini," jawab Sky, matanya tidak lepas dari mata Nani.
Keduanya saling memandang, dan dalam keheningan itu, mereka tahu satu hal: malam itu mengubah segalanya. Tidak ada yang akan sama setelah mereka melangkah lebih jauh.
Tanpa banyak kata, Sky menghela napas panjang dan berkata, "Lo pengin gue tinggal malam ini, ya? Soalnya... keadaan nggak memungkinkan kalau gue balik sekarang."
Nani menatapnya sebentar, kemudian mengangguk. "Gue rasa, kita butuh waktu untuk mikirin ini semua. Lo tinggal aja. Nggak ada masalah."
Dengan itu, Sky memutuskan untuk tetap tinggal, dan keduanya melanjutkan malam itu dalam keheningan yang penuh ketegangan. Mereka tahu bahwa pagi hari akan membawa banyak pertanyaan, tapi untuk malam itu, mereka berdua tahu bahwa ada yang telah berubah antara mereka—sesuatu yang tidak bisa diabaikan lagi.
~
Malam itu, Sky dan Nani tahu mereka akan menghadapi banyak hal baru, dan tak ada yang bisa menghindarinya. Mereka sudah melewati batas yang tak terucapkan, dan sekarang mereka harus siap menghadapi apapun yang datang.
TO BE CONTINUE~
KAMU SEDANG MEMBACA
Imina SkyNani | Behind the Scenes
FanfictionSebuah perjalanan hubungan antara dua aktor GMMTV, Sky dan Nani, yang awalnya hanya sahabat dan partner kerja dalam sebuah proyek, High School Frenemy. Bermula menjadi teman hingga sahabat hingga hubungan yang semakin dalam di balik layar, mereka me...