[Season 2] In the Space Between

58 8 0
                                    



~

Hari-hari berlalu, kesibukan terus menyelimuti mereka berdua. Jadwal promosi series semakin padat dengan wawancara, pemotretan, dan acara fan meeting. Namun, meski sibuk, Sky dan Nani tetap menjaga rutinitas mereka, seperti saling mengirim pesan singkat atau menghabiskan waktu bersama di sela-sela jadwal.

Malam itu, setelah menghadiri sebuah acara TV, Sky tiba-tiba mengirim pesan ke Nani.

Sky: "Lo masih di apart?"
Nani: "Iya. Kenapa?"
Sky: "Gue mau mampir. Ada sesuatu yang gue pengen omongin."

Nani terdiam sejenak, lalu mengetik balasan.
Nani: "Oke. Datang aja."



~

Setengah jam kemudian, Sky muncul di depan pintu apartemen Nani, membawa kantong plastik berisi makanan ringan dan minuman.

"Lo niat banget bawa ginian," komentar Nani sambil tertawa kecil.

"Biar suasananya santai," jawab Sky, masuk dan meletakkan plastik itu di meja ruang tamu.

Mereka duduk di sofa, Sky membuka sebungkus keripik, sementara Nani membuka botol soda.

"Ada apa, Sky? Lo tadi bilang mau ngomong sesuatu," tanya Nani, memecah keheningan.

Sky menghela napas, menatap Nani dengan serius. "Nan, gue udah lama mau bilang ini, tapi gue selalu nggak yakin kapan waktu yang tepat."

Nani merasa dadanya berdebar. "Bilang apa?"

"Gue nggak tahu gimana ngejelasinnya, tapi..." Sky berhenti sejenak, mencoba merangkai kata. "Sejak project ini dimulai, gue merasa semuanya berubah. Lo bukan cuma partner kerja buat gue. Lo lebih dari itu."

Nani terdiam. Kata-kata Sky menggantung di udara, mengisi ruangan dengan keheningan yang terasa berat.

"Gue tahu mungkin ini nggak adil buat lo," lanjut Sky. "Tapi gue harus jujur sama perasaan gue. Gue suka sama lo, Nan."

Nani menatap Sky, matanya mencari-cari jawaban di wajah pria itu. "Sky..."

Sky mengangkat tangannya, menghentikan Nani sebelum dia sempat melanjutkan. "Gue nggak minta lo buat jawab sekarang. Gue cuma pengen lo tahu."

Nani mengangguk pelan, tidak tahu harus berkata apa. Sky tersenyum kecil, lalu bangkit dari sofa.

"Gue nggak mau bikin lo nggak nyaman. Gue pulang dulu," katanya sambil mengambil jaketnya.

Namun, sebelum Sky sempat melangkah ke pintu, Nani menarik tangannya.

"Sky, tunggu."

Sky berhenti, menoleh ke arah Nani.

"Gue nggak bingung sama perasaan lo," kata Nani pelan. "Gue cuma butuh waktu buat ngerti perasaan gue sendiri."

Sky tersenyum, matanya melembut. "Gue bisa nunggu, Nan."

Malam itu, setelah Sky pergi, Nani duduk di sofa, memikirkan kata-kata Sky. Dia menyentuh gelang merah di pergelangan tangannya, mengingat momen di Chiang Mai ketika Sky dengan santai memasangkan gelang itu di tangannya.

"Kenapa harus lo, Sky?" gumamnya, meskipun ada senyuman kecil di bibirnya.



~

Keesokan Harinya

Mereka bertemu di lokasi syuting untuk jadwal wawancara media. Sky bersikap seperti biasa, tidak menunjukkan tanda-tanda canggung. Nani merasa lega sekaligus bingung dengan sikap santai Sky.

Selama wawancara, salah satu reporter bertanya, "Kalian kelihatan punya hubungan yang dekat. Apa kalian pernah merasa hubungan ini lebih dari sekadar rekan kerja?"

Sky dan Nani saling pandang sejenak. Sky adalah orang pertama yang menjawab. "Kami memang dekat, tapi itu karena kami punya chemistry yang bagus di layar. Hubungan kami profesional, tapi juga saling mendukung di luar pekerjaan."

Nani mengangguk setuju. "Sky orang yang sangat perhatian, dan itu bikin kerja sama kami jadi lebih lancar. Tapi, ya, semuanya dalam konteks kerja."

Jawaban itu membuat reporter puas, tapi bagi Nani, ada perasaan aneh yang tersisa. Malam sebelumnya terus berputar di pikirannya, membuatnya bertanya-tanya apakah dia benar-benar hanya melihat Sky sebagai rekan kerja atau lebih dari itu.

Di sela-sela wawancara, Sky menatap Nani dan memberinya senyum kecil, seolah ingin meyakinkan bahwa dia tidak akan memaksa apa pun. Dan untuk pertama kalinya, Nani merasa bahwa dia mungkin tidak ingin Sky berhenti tersenyum seperti itu kepadanya.






TO BE CONTINUED~

Imina SkyNani | Behind the ScenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang