~
[Nani POV]
Sky akhirnya berhenti berbicara. Udara malam di kamar hotel terasa berat, seolah-olah menyerap setiap kata yang baru saja diucapkan. Sky masih duduk di sisi kasur, sementara Nani tetap membelakangi dia, pura-pura terlelap. Tidak ada yang berkata-kata lagi, hanya suara napas Sky yang terdengar teratur namun penuh rasa gelisah.
Tak lama kemudian, Sky berbaring di sisi lain kasur, menjaga jarak, dan perlahan-lahan mulai terlelap. Tubuhnya tampak lelah setelah hari panjang mereka bersama, baik secara fisik maupun emosional.
Namun, tidak demikian dengan Nani. Meskipun ia tetap berbaring, matanya terbuka lebar menatap kegelapan kamar. Kata-kata Sky terus terulang di pikirannya, membentuk gelombang emosi yang sulit ia pahami.
"Gue nggak bisa pura-pura nggak ngerasain apa-apa."
Nani menghela napas pelan, berusaha untuk tetap tenang, meskipun di dalam dirinya, ia merasa seperti terombang-ambing di antara berbagai perasaan. Tanpa sadar, air mata mulai menggenang di matanya. Ia bukan tipe orang yang mudah menangis, tapi kali ini berbeda. Semuanya terasa terlalu dekat, terlalu nyata.
"Kenapa lo harus ngomong sekarang, Sky?" pikir Nani. "Kenapa lo harus ngomong saat gue lagi kayak gini? Gue belum selesai berdamai sama diri gue sendiri. Tapi lo... lo selalu bikin gue bingung, bikin gue ngerasa hal-hal yang selama ini gue tahan."
Setelah beberapa menit, Nani perlahan berbalik, memastikan tidak membangunkan Sky. Ketika ia memutar tubuhnya, wajah Sky yang tertidur terlihat dengan jelas di bawah temaram lampu kecil di kamar mereka. Wajah itu terlihat damai, meskipun tadi malam Sky berbicara dengan penuh perasaan dan keraguan. Nani menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba memahami apa yang ada di pikiran pria di depannya.
Perasaan aneh mengalir di dalam dirinya. Ia perlahan-lahan mengulurkan tangan, mengelus lembut wajah Sky, menyentuh pipinya yang hangat. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena takut, tetapi karena perasaan yang selama ini ia abaikan perlahan mulai muncul ke permukaan.
"Lo... Sky, kenapa semuanya harus kayak gini?" pikirnya, matanya sedikit berkaca-kaca. "Gue nggak bingung sama perasaan gue ke lo, gue tahu gue nyaman sama lo, gue tahu gue suka sama lo. Tapi gue nggak tahu gue harus jadi apa buat lo. Temen? Sahabat? Bro? Atau lebih dari itu semua? Lo tahu kan, semuanya terlalu cepet buat gue?"
Nani menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, sejak tiga tahun terakhir, hidupnya berubah drastis. Dari aktor muda yang dari awal dikenal lewat satu series besar, hingga menjadi pusat perhatian karena proyek-proyek besar lainnya, termasuk series BL ini. Hubungan dengan mantan pacarnya yang telah bertahun-tahun juga berakhir karena kesibukan yang tidak bisa mereka kompromikan. Dan kini, ada Sky—pria yang dalam waktu singkat menjadi bagian penting dalam hidupnya.
"Gue butuh waktu, Sky. Bukan karena gue nggak yakin sama lo, tapi karena gue harus yakin sama diri gue sendiri dulu. Gue nggak mau ada penyesalan nantinya, buat gue, buat lo."
Air mata Nani akhirnya jatuh tanpa ia sadari. Namun, ia buru-buru menghapusnya, takut jika Sky tiba-tiba terbangun dan melihatnya seperti ini. Ia menatap Sky sekali lagi, memperhatikan bagaimana pria itu tampak begitu tenang saat tidur, tidak seperti tadi ketika ia berbicara dengan penuh keraguan.
"Lo sabar kan, Sky?" pikirnya lagi. "Lo selalu sabar sama gue. Tapi gue nggak bisa terus-terusan kayak gini. Gue harus kasih lo jawaban, suatu saat nanti. Dan saat itu tiba, gue harap lo masih nunggu gue."
Nani mengelus wajah Sky sekali lagi sebelum menarik tangannya, membalikkan tubuhnya kembali, dan mencoba memejamkan mata. Tapi malam itu, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya tetap terjaga.
TO BE CONTINUED~
KAMU SEDANG MEMBACA
Imina SkyNani | Behind the Scenes
Hayran KurguSebuah perjalanan hubungan antara dua aktor GMMTV, Sky dan Nani, yang awalnya hanya sahabat dan partner kerja dalam sebuah proyek, High School Frenemy. Bermula menjadi teman hingga sahabat hingga hubungan yang semakin dalam di balik layar, mereka me...