Better?

1K 54 0
                                    

Pagi itu, sinar matahari mulai masuk melalui jendela apartemen Nani, memantul lembut di wajah Sky yang masih tertidur di sampingnya. Keduanya terbaring dalam keheningan, namun udara di sekitar mereka terasa berat dengan ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Tertidur di satu ranjang yang sama—meskipun hanya ada satu kamar di apartemen Nani—mereka tak pernah benar-benar berniat untuk tidur seperti ini. Namun keadaan malam sebelumnya mengarah ke titik di mana mereka tidak bisa lagi berpura-pura.

Sky terbangun lebih dulu, merasakan kehangatan tubuh Nani yang masih terbaring di sampingnya. Otaknya sedikit bingung, dan ada rasa cemas yang mengalir dalam dirinya. Mereka berdua sudah berada pada titik yang sangat sensitif. Kejadian semalam, ciuman, obrolan yang tak terduga, semuanya membingungkan bagi Sky. Namun ada sesuatu yang lebih besar di dalam dirinya, sesuatu yang belum sepenuhnya ia sadari.

Nani masih terlelap, napasnya teratur. Wajahnya tampak tenang, tapi Sky bisa melihat kelelahan di garis wajah Nani—mungkin karena terlalu banyak berpikir semalam. Sky menatapnya sejenak, jari-jarinya hampir tergerak untuk menyentuh rambut Nani yang tergerai rapi di atas bantal. Namun, sebelum Sky sadar akan apa yang ia lakukan, matanya teralihkan pada bibir Nani yang tampaknya begitu menggoda. Mungkin karena begitu dekat, atau karena perasaan yang tidak bisa dijelaskan, Sky tiba-tiba merasa terdorong untuk melakukan sesuatu yang spontan.

Tanpa berpikir panjang, dengan hati yang berdebar, Sky mendekatkan wajahnya ke Nani. Dalam satu gerakan cepat, ia mencium bibir Nani, sebuah ciuman ringan di pagi hari yang tak disengaja, namun terasa begitu intim.

Nani terkejut, matanya langsung terbuka lebar, merasa ada sesuatu yang berbeda. "Sky...?" katanya dengan suara serak, masih terperangah oleh kejutan itu.

Sky, yang baru menyadari tindakannya, langsung menarik diri dan duduk tegak di sisi ranjang, wajahnya memerah. "A—ah, maaf... Gue nggak sengaja," katanya dengan terburu-buru, berusaha menutupi kegugupannya.

Nani duduk perlahan, matanya masih terkunci pada Sky. "Lo... Lo serius?" tanya Nani, suaranya hampir tak terdengar, mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

Sky menundukkan kepalanya, merasa canggung. "Iya... Gue nggak tahu kenapa, itu cuma—ah, maksud gue, gue nggak sengaja. Sori kalau itu... terlalu tiba-tiba."

Nani diam sejenak, menatap Sky dengan ekspresi campur aduk. Ada sedikit kebingungan, tetapi juga rasa penasaran. Seiring waktu, ia mulai merasakan perasaan yang sangat berbeda—mungkin bukan hanya sebatas sahabat, tapi sesuatu yang lebih. "Gue cuma nggak nyangka lo bakal ngelakuin itu," jawab Nani, suaranya lebih lembut daripada yang dia kira.

Sky mengangkat kepala, menatap Nani dengan mata yang mulai lebih terbuka. "Gue nggak tahu juga. Gue cuma merasa kayak... gue harus ngelakuin itu. Entahlah, nggak tahu juga. Tapi gue nggak nyangka lo bakal kaget gitu."

Nani memandang Sky lama, mencoba memahami apa yang terjadi di antara mereka berdua. "Gue juga kaget. Tapi... kalau lo bilang itu nggak sengaja, yaudah sih," ujarnya, kembali duduk lebih nyaman. "Tapi lo harus tahu, ini semua jadi makin rumit, Sky."

Sky mengangguk, merasa semakin bingung. "Iya, gue ngerti. Tapi gue nggak bisa pungkiri, Nani. Ada sesuatu yang lebih di sini, dan gue nggak tahu harus gimana."

Mereka terdiam untuk beberapa detik, saling memandang tanpa kata-kata. Terkadang, kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan apa yang sedang mereka rasakan. Tentu saja, perasaan itu lebih dari sekedar ciuman yang tak sengaja di pagi hari.

"Jadi... gimana sekarang?" tanya Nani, akhirnya memecah keheningan. "Lo yakin kita bisa tetep lanjut kerja bareng setelah... ini?"

Sky menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. "Gue nggak tahu, Nani. Tapi satu yang gue tahu—gue nggak bisa berhenti mikirin lo," jawab Sky, dengan suara yang lebih dalam dan penuh makna.

Nani menatapnya sejenak, lalu mengangguk pelan. "Gue juga," katanya, lebih lembut. "Tapi kita harus mikir bener-bener. Kita nggak bisa sembarangan ngambil keputusan."

Dengan itu, mereka berdua kembali terdiam, tetapi kali ini, keheningan yang ada terasa lebih penuh makna. Mereka tahu bahwa apapun yang akan datang setelah pagi ini, itu akan mengubah segalanya. Namun, untuk saat ini, mereka duduk bersama, meresapi momen itu dan berpikir tentang langkah-langkah selanjutnya—mungkin bersama, mungkin tidak.

Pagi itu, Sky dan Nani menyadari satu hal yang tidak bisa mereka hindari: hubungan mereka sudah melampaui batas persahabatan, dan kini mereka harus menghadapi kenyataan itu, entah bagaimana pun caranya.

TO BE CONTINUE~

Imina SkyNani | Behind the ScenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang