Aneh?

391 37 2
                                    

Setelah percakapan malam itu, Sky merasa ada banyak hal yang perlu dipikirkan. Perasaan yang ia rasakan untuk Nani, meskipun mereka hanya saling menganggap sebagai teman dekat, sepertinya tidak bisa dipungkiri lagi. Rasa cemas dan bingung menghantui pikirannya. Tapi satu hal yang ia tahu—ia tak ingin merusak hubungan mereka yang sudah berjalan dengan sangat baik.

Pagi itu di apartemen, Sky duduk di meja makan sambil memandangi ponselnya. Pesan dari Nani masih tersisa di layar, dan hati Sky berdebar-debar ketika membaca kata-kata yang Nani kirimkan semalam. Ketegangan antara mereka sudah terungkap, namun masih ada jarak yang sulit untuk dilalui.

Tiba-tiba ponselnya berdering, pesan masuk dari Nani.

Nani: "Lo lagi sibuk nggak? Mau ngobrol sebentar?"

Sky membaca pesan itu dan merasa sedikit lega. Ini mungkin kesempatan untuk berbicara lebih jauh tentang apa yang mereka rasakan, meskipun Sky masih merasa cemas.

Sky: "Enggak, lagi santai. Ada apa, bro?"

Nani: "Lo masih ngerasa aneh nggak setelah live semalem? Gue mikir, jangan sampe kita jadi kayak... beda gitu, ya."

Sky menelan ludah, membayangkan apa yang ingin dikatakan Nani. Tidak ada yang lebih Sky inginkan selain kejelasan, meskipun dia tahu percakapan ini mungkin akan sulit.

Sky: "Sebenernya... gue juga mikir tentang itu. Tapi, gue nggak tahu gimana cara ngomonginnya, Nani. Gue nggak mau semua berubah."

Beberapa detik kemudian, Nani membalas dengan pesan singkat.

Nani: "Gue juga nggak mau semuanya berubah. Tapi, kadang gue ngerasa ada yang beda antara kita. Ya, tapi... kita bisa santai aja dulu, kan?"

Sky merasa sedikit lebih tenang setelah membaca pesan itu. Nani mungkin juga merasakan hal yang sama, tapi keduanya tahu ada hal yang harus mereka pertimbangkan. Nani, yang meskipun terlihat cool dan cuek, sebenarnya juga memikirkan apa yang mereka rasakan. Namun, ada sesuatu yang dia masih tidak ingin ungkapkan sepenuhnya.

"Lo masih pacaran, kan?" tanya Sky, merasa perlu bertanya meskipun sudah tahu jawabannya.

Nani: "Ya, gue masih pacaran. Lo tahu kan, itu... nggak bisa dipublish gitu aja. Tapi itu nggak ada hubungannya sama apa yang kita rasain, kan?"

Sky terdiam, perasaan aneh kembali muncul. Nani, meskipun punya pacar, tidak menutup kemungkinan bahwa ada ketertarikan lebih pada dirinya. Namun, Nani jelas tidak ingin mempublikasikan hubungan itu, mungkin karena berbagai alasan yang dia sendiri masih ragu untuk ungkapkan.

Sky: "Gue cuma nggak mau jadi masalah, Nani. Gue nggak mau nyusahin lo."

Nani: "Lo nggak nyusahin gue, Sky. Gue cuma bingung sama diri gue sendiri, kadang rasanya jadi lebih dari sekedar temen deket."

Seketika itu, Sky merasa lebih jelas. Ada perasaan yang tidak bisa dipungkiri, dan meskipun Nani punya pacar, hubungan mereka tetap unik dan penuh ketegangan emosional yang semakin sulit dihindari. Namun, keduanya tahu mereka harus hati-hati.

"Kita jangan buru-buru ambil keputusan, ya? Mungkin kita masih perlu waktu untuk ngerti semuanya," Sky membalas pesan itu dengan hati-hati, berusaha tidak terlarut dalam emosi.

Nani: "Ya, gue juga setuju. Santai aja dulu. Kita masih sahabatan, kan? Itu yang paling penting."

Mereka pun sepakat untuk tidak terburu-buru menyelesaikan perasaan yang masih belum jelas itu. Meski ada rasa yang lebih, keduanya tahu mereka harus menjaga hubungan yang sudah mereka bangun—baik sebagai teman dekat maupun sebagai rekan kerja.

Namun, meskipun mereka tidak mengatakan apa-apa lebih lanjut, perasaan yang tak terucap itu tetap ada. Sebuah perasaan yang mungkin tidak bisa mereka hindari, namun juga tidak bisa mereka ungkapkan dengan mudah.


TO BE CONTINUE~

Imina SkyNani | Behind the ScenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang