~
Pagi di Chiang Mai terasa segar, dengan embusan angin lembut yang menyapu dedaunan. Matahari pagi memancarkan sinarnya yang hangat, membangunkan Nani dan Sky dari istirahat semalam. Tidak ada percakapan tentang apa yang terjadi malam sebelumnya; keduanya bertindak seolah semuanya berjalan seperti biasa.
Sky, yang terbangun lebih dulu, segera menuju balkon, menikmati pemandangan yang diselimuti kabut tipis. Nani menyusul setelah mandi, mengenakan kaos sederhana dan celana pendek, terlihat santai seperti biasanya.
“Gimana tidur lo semalam?” tanya Sky sambil menyeruput kopi yang ia pesan dari layanan kamar.
Nani menguap kecil sebelum menjawab, “Nyenyak, kok. Lo?”
Sky hanya mengangguk dengan senyum tipis. Tidak ada yang membahas lebih jauh, seperti keduanya sepakat untuk tidak membawa suasana menjadi canggung.
Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu berkeliling Chiang Mai. Mereka menyewa sepeda motor untuk menjelajahi sudut kota. Nani yang lebih akrab dengan daerah itu mengambil alih peran sebagai pemandu, menunjukkan beberapa tempat favorit masa kecilnya, seperti warung mangga sticky rice yang sudah ada sejak dia masih kecil, hingga taman kecil tempat ia sering bermain bersama teman-temannya dulu.
“Lo sering main di sini?” tanya Sky, sambil memandang taman yang tampak asri dan tenang.
“Iya, dulu tiap sore gue ke sini. Sekarang udah jarang banget. Keluarga gue juga sibuk, jadi tempat-tempat kayak gini lebih sering gue datengin kalau gue sendiri,” jawab Nani.
Ada nada nostalgia dalam suara Nani yang membuat Sky hanya mengangguk, memberi ruang bagi sahabatnya untuk mengenang.
Siang itu mereka melanjutkan perjalanan ke pasar lokal. Sky terlihat begitu antusias mencoba berbagai jajanan khas yang ditawarkan, sementara Nani lebih banyak tersenyum, menikmati kebersamaan mereka tanpa perlu banyak bicara.
“Lo kayak anak kecil, tau nggak?” ujar Nani sambil terkekeh melihat Sky yang tengah sibuk memilih es krim kelapa.
“Kenapa? Hidup itu harus dinikmatin, bro,” jawab Sky santai, memberikan satu sendok es krim pada Nani.
Mereka menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling, menikmati suasana sederhana namun menyenangkan. Nani membawa Sky ke sebuah toko kecil yang menjual kerajinan tangan lokal. Sky tertarik membeli beberapa suvenir, termasuk gelang dengan detail unik yang ia lihat sebelumnya di kuil.
“Lo beli buat siapa?” tanya Nani penasaran.
Nani hanya menggeleng sambil tersenyum. “Gue udah sering dapet kayak gitu. Lagian, lo lebih cocok pake.”
Sore harinya, mereka kembali ke hotel untuk bersiap pulang ke Bangkok. Setelah check-out, mereka menuju bandara Chiang Mai, membawa pulang kenangan singkat dari perjalanan ini.
Di pesawat, keduanya duduk bersebelahan. Sky terlihat membaca buku kecil yang ia beli dari pasar lokal, sementara Nani memasang earphone, mendengarkan playlist favoritnya.
“Gue seneng lo ngajak gue ke sini,” ujar Sky tiba-tiba, memecah keheningan.
Nani melepas satu earphone dan menoleh. “Gue juga seneng lo ikut. Kadang butuh waktu buat lepas dari rutinitas.”
Sky mengangguk setuju. “Mungkin kapan-kapan kita bisa ke tempat lain.”
Nani tersenyum tipis. “Kapan-kapan, ya.”
Sesampainya di Bangkok, mereka berpisah di bandara dengan pelukan singkat dan saling melambaikan tangan. Nani kembali ke apartemennya, begitu juga Sky. Meski perjalanan ini terasa singkat, kenangan di Chiang Mai meninggalkan jejak kecil di hati mereka.
Dan meskipun tidak ada yang dibahas tentang malam sebelumnya, keduanya tahu bahwa perjalanan ini telah membawa mereka semakin dekat. Kadang, tanpa kata-kata pun, hati sudah tahu ke mana arah hubungan itu akan bermuara.
TO BE CONTINUED~
KAMU SEDANG MEMBACA
Imina SkyNani | Behind the Scenes
FanfictionSebuah perjalanan hubungan antara dua aktor GMMTV, Sky dan Nani, yang awalnya hanya sahabat dan partner kerja dalam sebuah proyek, High School Frenemy. Bermula menjadi teman hingga sahabat hingga hubungan yang semakin dalam di balik layar, mereka me...