Part 34

1.7K 79 3
                                    

Sagara melangkah dengan pikiran bercabang, dia bahkan beberapa kali menabrak orang akibat tidak fokus, pada akhirnya dia memilih duduk di taman rumah sakit untuk menjernihkan pikirannya.

Lelaki itu menatap langit dengan sendu, apakah hal yang terjadi sekarang adalah bentuk karma untuknya karna pernah menolak kehadiran Murni dan bayi mereka diawal pernikahan?

Kenapa Tuhan bisa sekejam ini padanya?  memberinya pilihan yang bahkan sebenarnya dia tidak ingin memilih, istri dan anaknya semua sama berharga baginya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, karna mereka lah semangat hidupnya. Karna mereka lah Sagara jadi punya tujuan hidup sekarang.

Lalu jika mereka direnggut, maka tidak ada lagi harapan dalam hidup Sagara, dia tidak ingin hidup lebih lama jika harus merasakan kehilangan... lagi.

Jika memang benar ini hukuman, mengapa tidak Sagara saja yang diberikan langsung. Dia rela hidup cacat atau hidup miskin jika itu bisa membuat istri dan anaknya tetap berada disisinya, tetap hidup. Dia hanya ingin hidup bahagia seperti orang lain, namun mengapa terasa sulit?

"Kenapa ini harus terjadi?" gumamnya lirih.

Sagara tidak tau harus melakukan apa demi mempertahankan anak dan istrinya agar terus berada disisinya , dia ingin menemui Murni tapi dia takut kalau dia akan menangis meraung melihat wajah istrinya.

Dia tidak tega, jika sampai Murni tau akan kondisinya.

Tak lama Sagara mendengar suara langkah kaki mendekat, dia menoleh dan menemukan ibunya berdiri dengan wajah khawatir. Hah, serapat apapun Sagara mencoba menyembunyikan kondisi Murni pada akhirnya ibunya pasti akan tau.

Sagara lupa kalau ibunya bisa melakukan apapun.

"Nak, ibu sudah mendengar kabar tentang Murni. Kenapa gak langsung kabarin ibu? apa harus selalu ibu tau setiap kabar kalian dari orang lain?" Astelia menghela nafas kasar, kemudian duduk disamping anaknya.

Dari samping, wanita paruh baya itu melihat kekosongan didalam mata anaknya. Dan Astelia tau, pasti ada yang tidak beres dengan kondisi Murni.

"Gimana kondisi istri kamu? Murni dan anak kalian baik-baik saja kan?"

Mendengar pertanyaan itu, Sagara menoleh. Dia bimbang, haruskah dia bercerita pada ibunya tentang kondisi Murni? tapi Sagara sangat ingin mencurahkan isi hatinya pada seseorang. Lelaki itu menengadah, menghembuskan nafas panjang. Menyiapkan mental untuk bercerita perihal kondisi Murni pada ibunya, Sagara pikir ibunya harus tau.

"Bu, ada yang mau aku kasih tau. Tapi ibu harus janji kalau ibu gak akan kasih tau berita ini ke siapapun, terutama Murni."

Astelia mengangguk dan Sagara pun menceritakan semua yang dialami Murni, kemungkinan buruk soal kehamilan istrinya serta dirinya yang harus memilih. Astelia terkejut mendengar hal itu, dia tidak bisa berkata-kata. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca, dia menatap sendu anaknya yang bercerita dengan wajah putus asa, meski tidak ada airmata Astelia tau bahwa hati putranya sangatlah hancur.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Astelia saat Sagara sudah mengakhiri ceritanya.

"Aku gak tau bu, aku sangat ingin bertindak egois dengan mementingkan keinginan aku sendiri, aku ingin Murni tetap hidup, tapi Murni pasti akan memilih mengorbankan hidupnya untuk anak kami. Aku juga sangat menginginkan anak, tapi kalau dengan itu aku harus kehilangan Murni. Lebih baik aku ikut mati bersamanya, bu."

Astelia mengusap bahu anaknya, Sagara tertunduk, pada akhirnya tangis pria itu pecah. Astelia memeluk anaknya yang disambut oleh Sagara, dia sedang sangat membutuhkan sandaran.

"Nak, apapun yang terjadi berserah dirilah pada yang Maha Kuasa. Kamu harus tetap meminta padanya, kamu punya Tuhan, nak."

"Aku malu bu untuk bersujud dan meminta pada Tuhan, aku terlalu hina dan kotor, aku sudah menyalahi kodrat, rasanya aku ragu kalau Tuhan mau mengabulkan doaku."

MY PERFECT WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang