part. 16

511 64 2
                                        

_
_
_

"

Tapi kalau selesainya lebih cepat nanti aku kesini. mereka mungkin akan membahas masalah pertunangan lagi. Lebih baik aku pulang kesini
mendengarkan ocehan mu dari pada memikirkan itu" Jelas Yoongi.

"Tunangan ???". Tanya Jimin

Yoongi mengangguk pelan Jimin diam, menunduk dan fokus pada makanan nya. Sesaat suasana hening antara mereka Yoongi menyadari diam nya Jimin tak biasa.

"Besok berangkat jam berapa?" tanya Yoongi mengalihkan topik pembicaraan.
Jimin tetap diam, dan wajahnya terlihat kesal.

"Kamu kenapa ?". Tanya Yoongi bingung

"Kamu bilang cinta sama orang lain, kenapa malah mau tunangan ?" ucap
Jimin ketus. "apa karna dia udah meninggal trus kamu lupain gitu aja?"

"Udahlah, jangan mulai lagi". cegat Yoongi

"Kenapa bisa udahlah, dia sampai bunuh diri karna kamu, kenapa bisa
kamu lupain dia gitu aja !"

"Aku memang tak  ingin mengingatnya lagi. Aku bahkan berusaha melupakannya. Kenapa aku harus menunggu orang yang sudah mati. Kamu mau aku seperti orang gila memikirkan dia terus. Dia hidup pun
kita bahkan gak bisa bersama, apalagi dia..."

"Jadi kalau dia udah mati apa kamu gak perlu menghargai perasaannya"
Jimin memotong omongan Yoongi dan membanting sendok ditangannya.
Berdiri dari meja makan dan pindah duduk dikasur.

Yoongi tak mengerti kenapa Jimin menanggapi dengan berlebihan seperti ini.NSuasana tegang di kamar Jimin.
Jimin sangat kesal dan merasa Jiyoon hyeong nya tak di hargai Yoongi menghela nafas dalam, tak mengerti apa yang menyebabkan Jimin begitu marah. Mengerti jika Jimin sensitif mengenai Jiyoon karena Hyeongnya yang juga meninggal karna bunuh diri. tapi tak seharusnya juga Jimin
semarah ini.

Jimin masih duduk dengan marah di kasur, kekesalan yang mungkin tak beralasan di mata Yoongi, tapi tidak untuk Jimin yang merasa sangat wajar kalau dia marah.
Awalnya terdengar aneh dan mengecewakan saat tau hubungan Jiyoon dengan Yoongi, tapi setelah bergaul cukup dengan dengan Yoongi
Jimin sedikit bisa memahami pilihan hyeonya itu. Bagi Jimin yang naif, seharusnya Yoongi menjaga cinta itu dan bukan malah melupakannya

Yoongi diam agar perdebatan dengan Jimin tak berlanjut, berdiri dan membereskan meja makan. Karna tak akan ada habisnya jika menanggapi Jimin yang sedang marah.

Setelah cukup lama pura-pura sibuk membereskan tempat makan lalu
Yoongi menghampiri Jimin di kasur. "Sana mandi, trus tidur." ucap Yoongi
pelan.

Jimin masih saja memasang wajah kesal Yoongi duduk disamping Jimin berbicara dengan nada pelan agar Jimin lebih tenang
"tunangan itu rencana orang tua ku, dan itu baik untuk ku" Jelas Yoongi
"Jiyoon sudah lama meninggal, bahkan sampai sekarang setelah 6th berlalu, aku masih saja di dampingi Dokter untuk pulih. Aku harus
melanjutkan hidupku seperti orang normal lainnya. Hubungan ku dengan dia sudah Salah sejak awal, aku gak Tau terus-terusan terjebak dalam perasaan itu. Aku bicara seperti ini bukan berarti tak menghargai dia, tapi logika hidup memang harusnya seperti itu".
"Aku tau kamu sensitif Karna kakak mu juga pernah bunuh diri. Tapi kamu juga harus tau tidak mudah untuk ku sampai memutuskan melupakannya." Yoongi memilih kata-kata penjelasan yang paling masuk akal pada Jimin.

"Udah tau salah dari awal, kenapa kalian lakukan. Apa kamu pernah memikirkan bagaimana keluarga nya yang merasa kehilangan".

"Yoongi terdiam sesaat, menghela nafas berat. "Jimina, kamu tau aku gak mau membahas ini".

"Gak mau bahas karna kamu gak mau mengakui kesalahan kan", Jawab Jimin tajam.

Yoongi mulai hilang kesabaran. "Sebaiknya aku pulang ucap Yoongi sambil langsung berdiri. Mengemasi beberapa barang memasukkan kedalam tas lalu keluar dari kamar Jimin.

Jimin membiarkan Yoongi pergi dan tak dapat menahan tangisnya setelah
Yoongi menutup pintu. Berfikir terlalu menyedihkan untuk Jiyoon
Sejak semakin dekat dengan Yoongi Jimin mulai dapat memahami kenapa
Jiyoon jatuh cinta pada Yoongi, dia hangat walaupun pendiam, dia lembut
dan suka mengalah. Jiyoon yang anak pertama mungkin saja merasa terlindungi saat bersama Yoongi.

Yoongi menutup pintu dan tak langsung pergi, masih memikirkan Jimin, tapi Yoongi juga takut melanjutkan perdebatan dengan Jimin.
Kaki nya enggan untuk melangkah dan mengkhawatirkan Jimin.

Tak lama terdengar suara Jimin menangis dari dalam, dan itu membuat fikiran Yoongi makin tidak tenang. Menyadari berapa berpengaruhnya efek trauma, Jimin mungkin punya traumabsendiri Karna ditinggalkan kakaknya yang bunuh diri.

Yoongi menyesal karna tadi mengungkit masalah pertunangan, tak menyangka Jimin akan bereaksi seperti ini.
Yoongi kembali masuk dan mendapati Jimin sedang menangis.
Jimin tertangkap basah, buru-buru mengusap air mata dan menahan suaranya. Tanpa fikir panjang Yoongi langsung memeluk Jimin dan membisikkan kata minta maaf bekali-kali, agar Jimin bisa tenang.

Butuh waktu dan usaha akhirnya Yoongi bisa menenangkan Jimin, sehinga akhirnya mau kekamar mandi agar segera beristirahat.
Kadang Yoongi merasa aneh sendiri kenapa dia jadi terjebak dengan Jimin
selalu merasa harus menjaga perasaan Jimin bahkan setuju tiap hari tinggal di rumah Jimin meninggalkan apartementnya yang nyaman.
Karna Yoongi juga merasa nyaman dekat dengan Jimin. seperti malam ini bisa membicarakan Jiyoon tanpa reaksi aneh seperti yang biasanya terjadi.
Jimin akhirnya keluar dari kamar mandi.

Yoongi melihat Jimin, berharap dia tak lagi marah seperti tadi.
"Ayo tidur, besok kamu kesiangan". katanya berangkat pagi kan " ucap
Yoongi yang masih membujuk Jimin.

Jimin mengangguk pelan dengan wajahnya yang masih sedikit kaku
keduanya berbaring di kasur, bersikap untuk tidur. pura-pura sibuk dengan HP masing-masing, suasana canggung setelah perdebatan tadi.
Yoongi merasa punya adik kecilbyang akan dengan mudah ngambek
untuk alasan sepele. Ada perasaanbkesal sekaligus seru menghadapi
tingkah manja Jimin. itu membuat Yoongi tersenyum dalam hati.



- to be continued -

It's You [ Yoonmin] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang