_
_
_
"Yoongi mungkin bersembunyi disini, karna mereka tak menemukan jasad
nya di manapun"
"Anda mungkin kehilangan akal sehat karna kehilangan anak mu, seperti
yang pernah ku alami."
"Bagaimana mungkin kamu bisa berfikir Yoongi ada disini" Jawab eoma Jimin.
"Jangan lagi mengungkit Jiyoon"
"Jangan berfikir hanya kalian yang jadi korban"
"Bertahun-tahun Yoongi harus di dampingi Dokter, bahkan ketika keadaan anak ku sudah sangat baik, dan lalu anak mu kembali datang untuk mengacaukannya"
"Keluarga ku yang paling di rugikan".
Pembicaraan itu mulai sengit.
Memang tak ada cara yang bisa membuat mereka bisa berkomunikasi dengan baik.
Eoma Jimin juga mulai terpancing emosi.
"Hmmm, tadinya aku bersimpati dengan apa yang terjadi pada Yoongi."
"Tapi perlu kamu ingat, bagi kami kedua anak ku juga sama berharganya seperti anak mu"
"Ya, Yoongi disini"
"Dia disini sejak 6 bulan yang lalu" Jelas eoma Jimin dan membawa
tamunya itu masuk kedalam rumah, sampai di ruang tamu, lalu menunjuk
ke arah Jimin.
"Disana."
"Yoongi selalu ada di samping Jimin"
Melihat Jimin sedang berbicara sendiri.
Sejatinya di dunia Jimin dia sedang mengobrol bersama Yoongi.
Terpaku cukup lama dengan mata berkaca-kaca melihat Jimin yang menyebut nama Yoongi beberapa kali. Jauh berbeda dengan Jimin yang akan menatapnya dengan lantang sebelumnya.
"Jimin tak pernah kembali pada kesadarannya sejak tak bisa menemukan
Yoongi di manapun"
"Jadi jika anda merasa sangat hancur saat ini. Itu sudah ku rasakan 2 kali"
Jelas eoma Jimin, antara menahan tangis dan menahan emosi.
.
.
.
Meja makan itu sekarang jadi empat orang. Yoongi selalu diam dan tak
jarang meneteskan air mata melihat tingkah Jimin yang sama sekali tak
melihatnya.
Jimin meyiapkan piring untuk Yoongi seperti biasa. Meletakkan piring itu disamping kiri, walaupun Yoongi yang asli sedang duduk di samping kanan nya.
Tak tahan melihat itu, Yoongi meraih tangan Jimin.
"Aku disini !". Ucap Yoongi dengan mata berkaca-kaca.
Jimin hanya diam. Menunggu tangannya di lepaskan lalu mulai menyuap makanan yang di siapkan eomanya. Ruang makan itu selalu saja penuh
dengan suasana sedih tertahan sejak kondisi Jimin seperti itu.
Kalau orang tua Jimin sudah mulai terbiasa, tapi tidak begitu dengan
Yoongi. Hati Yoongi terlalu hancur melihat Jimin.
Eoma Jimin mengelus pundak Yoongi menenangkan.
"Ayo makan !"
Siapapun yang melihat itu pasti akan terharu, tak terkecuali appa Jimin yang sejatinya mudah tersentuh. Diam-diam memperhatikan Jimin dan
Yoongi duduk bersebelahan. Seperti Jiyoon kembali, ada dua putranya duduk bersama di meja makan.
Yoongi menelan makanan dengan berat sesekali mengusap air matanya yang tak bisa di kontrol untuk tidak mengalir.
Yoongi hanya menghabiskan waktu duduk berdiam diri. Dua hari terkurung di kamar kecil di gereja, lalu sekarang hari pertama di rumah Jimin. Yoongi otomatis tak bisa keluar rumah sama sekali, karna berita kematiannya sudah menyebar.
Setelah makan malam, Jimin mengajak Yoongi versi dunianya ke kamar untuk tidur.
Yoongi hanya bisa menatap Jimin sepanjang hari, dan setiap saat matanya
tertuju pada Jimin, rasanya air matanya pasti akan selalu jatuh.
Satu per satu penghuni rumah itu meninggalkan ruang makan.
Appa Jimin seperti biasa, akan menghabiskan malam merenung di teras belakang rumah dan baru akan masuk setelah matanya sangat mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [ Yoonmin] || End
FanfictionBerawal dari menemukan Diary pribadi Jiyoon hyeong nya yang telah meninggal dunia. Jimin penasaran ingin bertemu dengan orang yang selalu diceritakan kakaknya di dalam diary itu. Akan kah Yoongi sanggup kembali membuka lembar kelam cerita cinta...
![It's You [ Yoonmin] || End](https://img.wattpad.com/cover/375117243-64-k801134.jpg)