Part. 17

512 66 2
                                        

_
_
_

Keduanya berbaring di kasur, bersiap untuk tidur. pura-pura sibuk dengan
HP masing-masing, suasana canggung setelah perdebatan tadi Yoongi merasa punya adik kecil yang akan dengan mudah ngambek untuk alasan sepele. Ada perasaan kesal sekaligus seru menghadapi tingkah manja Jimin. Itu membuat Yoongi tersenyum dalam hati.

"Jimina, mmm... apa yang terjadi pada hyeong mu ?, kenapa dia melakukan itu?". ragu Yoongi menanyakan itu.

"aku masih kecil saat itu, gak terlalu faham apa yang terjadi. pagi itu eoma histeris karna melihat hyeong sudah tak bernyawa di kamarnya".
Dari pembicaraan keluarga yang dapat ku simpulkan bahwa kakak ku depresi karena sering di bully di sekolah.

Mata Jimin menerawang menatap langit-langit kamar mengingat kehilangan Jiyoon hyeong adalah yang paling menyakitkan untuknya.

Yoongi melihat sudut matanya mulai meneteskan air mata.
"Jangan di lanjutkan ceritanya jika kamu gak nyaman" Bisik Yoongi

"Dia sangat menyayangi ku, dan aku juga terlalu bergantung padanya,
keluarga ku tak pernah baik-baik saja sejak kepergian nya"
"Suara eoma yang terisak menangis tengah malam. Appa yang makin
teropsesi pada ke baktian gereja dan agama."
"Kedua orang tua ku juga berubah jadi sangat posesif menjaga ku. Mengharuskan ku menghabiskan lebih banyak waktu di gereja belajar agama. Intinya semenjak meninggalnya kakak ku, keluarga ku tak lagi setenang dulu".

Yoongi melihat Jimin makin emosional dan larut dalam ceritanya.
"ayo tidur, aku ngantuk" Bisik Yoongi menghentikan Jimin melanjutkan
ceritanya.

Pagi Yoongi bangun dan menyiapkan sarapan, lalu membangunnkan Jimin
agar tak terlambat.

"Nanti pulang jam berapa ?".

"Kita tampil terakhir" Jawab Jimin datar.

Yoongi merasa Jimin masih saja dengan suasana hati yang masih tidak enak.
"Kamu mau cemberut sampai kapan?"

"aku gak cemberut" Jawab Jimin kesal

"itu kamu lagi cemberut". Sela Yoongi

"aku gak mau kamu tunangan" Jawab Jimin.

Yoongi tak dapat menahan tawa melihat Jimin masih membahas masalah tunangan.
"Yaudah udah gak jadi tunangan" Jawab Yoongi sambil tertawa.

Jimin makin manyun melihatnYoongi mentertawakan nya

"aku langsung nikah aja gak pake tunangan" goda Yoongi makin kencang tertawa.

Jimin makin marah, berdiri mengambil tas nya "aku pergi" ucap Jimin manyun dan meninggalkan Yoongi

Suara tawa Yoongi memecah ruangannburu-buru mengejar Jimin yang hendak pergi.

Suara tertawa Yoongi benar-benar membuat Jimin jengkel. Jimin reflek
memukul Yoongi berkali-kali. pukulan manja Jimin yang membuat
Yoongi makin ingin tertawa.
"Jangan lupa kabarin aku. Nanti malam aku pulang kesini" ucap Yoongi sambil berusaha menghentikan tawa nya.

Jimin mengangguk pelan "aku pergi"

Yoongi mencegat tangan Jimin. "jangan marah lagi" ucap Yoongi
pelan dan suara lembut itu sedikit meluluhkan hati Jimin.

"iya udah lepasin" Jawab Jimin berusaha menarik tangannya dari genggaman Yoongi

"Senyum dulu" lanjut Yoongi yang masih saja menggoda Jimin

"Janji dulu hyeong akan menolak pertunangan itu" Jawab Jimin.

Setelah Jimin pergi, Yoongi kembali duduk di meja makan, karna memang
hari ini tak ada jadwal kampus, kegiatan Yoongi hari ini hanya menjemput Eunji dan menghadiri acara makan malam dengan keluarga mereka.

Setelah tertawa terkekeh karna tingkah menggemaskan Jimin, tapi tak sesimple candaan pagi itu, entah kenapa semua itu membuat Yoongi jadi berfikir. Benarkah rencana pertunangan itu baik untuknya. Apakah melupakan masa lalu adalah cara penyembuhan terbaik, atau apakah rencana masa depan yang disiapkan eoma nya memang adalah sesuatu yang akan membuat nya bahagia. Pemikiran rumit yang awalnya tak
pernah dirasa perlu Yoongi pikiran. Rencana yang sudah di setujui Yoongi
sejak setahun yang lalu.

Menghadapi Jimin dengan segala tingkah ke kanak-kanakan nya, membuat Yoongi merasa di dunia baru. Terhibur dan membuatnya lebih sering tertawa. Tapi Yoongi tetap waspada dan tak mau terlena, seperti dari awal tertarik pada Jiyoon, makin dekat dan makin dalam menyeret nya dalam urusan hati dan perasaan yang sampai sekarang tak
mampu ia uraikan.

Jimin dan rombongam team paduan suara sedang menunggu giliran di rias. HP Jimin berbunyi, ada pesan dari Yoongi

"Gimana pertunjukan nya?". Pesan dari Yoongi.

"masih make up" balasan dari Jimin.

"Aku jalan dulu ya". Pesan berikutnya dari Yoongi.

Jimin tak menjawab nya. Bisa kembali merasakan serunya memiliki seorang kakak laki-laki, mengalah jika Jimin marah, menenangkan saat dia
berbicara dan bisa bermanja. Jimin tak menyangka hayalan mustahil seperti itu ternyata bisa jadi nyata.
Menyadari tunangan ataupun menikah memang baik untuk Yoongi, rencana masa depan yang dapat menjamin kebahagiaan Yoongi setelah bersusah payah melepaskan belenggu tak terlihat cinta Jiyoon.
Tapi Jimin sedikit egois untuk dapatnsetidaknya kasih waktu sebentar lagi
untuk lebih lama menikmati kebahagiaan seperti saat ini. "Bukankah aku juga berhak pulih dari setelah kehilangan Jiyoon hyeong" gumam Jimin

Eunji kegirangan karna Yoongi yang di nanti-nanti akhirnya datang.
Pria dingin, tampan dan sikap pendiamnya yang terkesan misterius membuat Eunji makin dalam jatuh hati dari hari ke hari.
Pembahasan perjodohan yang awalnya membuat Eunji tak nyaman, tapi semakin mengenal Yoongi membuat nya terpesona. Yoongi yang berbicara pelan, Yoongi yang banyak prestasi dan Yoongi yang tak banyak menuntut apalagi mengekang. Semua tentang Yoongi membuatnya terkesan membawa angan nya berhayal tentang indahnya membangun rumah tangga yang damai bersama sosok yang sesuai dengan hatinya itu.

"Tunggu ya !" ucap Eunji dengan senyum manja tersungging di bibir indah nya itu.

Yoongi mengangguk dengan membuat sedikit garis senyum dipaksakan
dengan bibirnya.


- to be continued -

It's You [ Yoonmin] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang