part. 24

492 66 4
                                        

HP berbunyi, menduga Eunji yang menelpon karna semenjak beberapa hari lalu Eunji mulai berani menyentuh HP Yoongi, dan menyimpan nomor nya sendiri di HP itu, lalu sampai hari ini dia sering menelpon bahkan untuk sekedar menanyakan hal-hal sepele.

Sedikit enggan Yoongi melihat layar HP, seketika jantungnya berdekatak
kencang melihat ternyata itu panggil itan dari Jimin.

Yoongi buru-buru mengangkat panggilan itu.
"Ya..."

Jimin begitu ingin memeluk Jiyoon saat ini, dulu dia masih sangat kecil
untuk tau masalah orang dewasa, tapi mengingat hyeong nya sendirian
melewati banyak tekanan. Tapi sudah terlambat dan tak ada lagi cara untuk bertemu Jiyoon, maka Yoongi adalah orang yang ada di benak Jimin
saat ini.
Menelphone Yoongi walaupun tidak tau mau mengatakan apa.

"Hallo,,,,hallo,,,"
"Kamu nangis ?
"Kenapa ?.. Ada apa?"
Yoongi seketika panik, Jimin menelphone tak mengatakan apapun, yang terdengar hanya suara isakan seperti menahan tangis

Cukup lama Jimin berusaha menghentikan tangisnya dengan HP yang masih dia genggam erat perlahan mendengar suara di ujung telphone, Jimin mulai tenang.

"Kenapa ?" tanya Yoongi lembut
"Ada apa ?" Yoongi mencoba bertanya lagi karna tak ada jawaban dari Jimin

"Gak ada apa-apa. Aku hanya ingin menelphone mu" Jawab Jimin dengan suara yang masih berat.

"Aku jemput ya," lanjut Yoongi, tapi jawaban yang terdengar dari Jimin hanya suara isakan, membuat Yoongi makin panik.

Jimin masih saja sibuk dengan air matanya.
Yoongi menghela nafas dalam, tau sebenarnya Jimin sedang ada masalah tapi tak mau menceritakan nya.
"Jimina, kemarin kamu janji akan menceritakan apapun pada ku, kalau kamu begini aku akan panik kamu tau itukan ?" ucap Yoongi pelan

"Mmm".
Hanya itu suara yang keluar, karna tiba-tiba Jimin ingin menangis lagi mengingat Yoongi juga hidup tersiksa disebabkan ego orang tua mereka.
"Aku baru tau kalau hyeong ku sering dipukuli appa sebelum meninggal, dan juga sering dapat ancaman dari orang tua pacarnya"
"Banyak tekanan mendesaknya untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya, padahal mereka berdua saling mencintai" Jelas Jimin.

Yoongi terdiam dan berfikir. "Jimina, apa kau sedang membicarakan Jiyoon ?"
"Ap,,,apa kamu adik nya Jiyoon?"
"Aku tau dia punya adik laki-laki". tanya Yoongi.

Jimin tak menjawab.

"Jawab !!!" desak Yoongi

Jimin tetap diam.

"Jawab !!!" teriak Yoongi yang mulai habis kesabaran.

"Jika aku adiknya, apa boleh aku mendatangi orang tua mu dan membalas dendam" Jawab Jimin ketus.

Yoongi nyaris tak percaya, tapi kenyataannya jawaban Jimin membuatnya berfikir.
"Jangan memberikan teka-teki, katakan kebenarannya", Yoongi terdengar memohon.

"Jadi maksud mu tau semua tentang ku itu dari Jiyoon ?. Jadi kamu berusaha mendekati ku karna Jiyoon ?" Cecar Yoongi.

Jimin menahan diri, mendengar suara dan intonasi Yoongi mulai berubah. Tak bermaksud mengungkapkan kebenarannpada Yoongi, tapi Jimin terbawa suasana.

"Aku kesana sekarang. Kita harus ketemu sekarang juga" ucap Yoongi
dengan nafas yang tak beraturan.

Jimin mulai menyadari kesalahannya, sudah menduga kalau Yoongi akan
bereaksi seperti ini.
"Jangan. ini udah malam"

"Aku gak peduli, aku butuh penjelasan mu sekarang juga. Kita harus ketemu" desak Yoongi dengan suara berat.

"Hyeong, kesini itu jauh dan ini juga udah malam bangat. Bahaya"
"Aku hanya mengatakan omong kosong, kamu tenang dulu. Aku minta maaf" Jimin berkata pelan.

Suara lembut Jimin tak cukup mampu menenangkan Yoongi.
"Omong kosong ?. Aku tau kata omong kosong kalian pakai untuk menyembunyikan semua masalah dari ku"
"Kamu dan Jiyoon sama-sama pintar berbohong. Kalian sama aja, sama-sama menganggab ku bodoh. iya kan ??" Yoongi mulai menggila.

Jimin sadar dia benar-benar sudah membuat masalah. Yoongi menceracau
dan kacau. Membuat Jimin panik. Sedangkan Yoongi sedang sendirian
dan tak ada yang menenangkan
"Aku mintak maaf ya. besok aku balik dan langsung ke apartemen mu. Malam ini tenang dulu ya". Jimin terus berusaha membujuk Yoongi.

"Kamu adiknya Jiyoon atau bukan ?. Jawab dulu". Yoongi mulai berteriak dan menangis.

Jimin hanya bisa menangis dan bingung, tak tau apa yang harus dilakukan.

"Kenapa tidak bilang dari awal ?. Kenapa tidak bilang makam yang mau kamu datangi sebenarnya adalah makam Jiyoon?. KENAPA ???"
Yoongi berteriak seperti orang kesetenan. Bahkan membanting
handphone ditangannya.

Jimin seperti ingin berlari segera ke tempat Yoongi dan memeluknya untung menenangkan

Yoongi kembali meraih kembali HP nya.
"Tunggu, aku ketempat mu sekarang" ucap Yoongi dan langsung mematikan telphone.

Yoongi langsung mengedarai Mobil menuju tempat Jimin, berusaha mengingat jalan yang dulu waktu Dokter membawanya kesana.

Jimin berjalan mondar-mandir di kamarnya, terus mencoba menghubungi
Yoongi berulang kali. Khawatir akan keselamatan Yoongi yang menyetir
dengan kondisi seperti itu.

"Jiyoona, apa sebenarnya mau mu ?, mengirim adik mu pada ku, bahkan
membuat ku terus memikirkan nya. Kamu ingin membuat ku sehancur
apa ?. hahhh ???" teriak dan suara tangis Yoongi bersautan dengan
suara mesin Mobil yang dikemudikan dengan kencang
Tak Jelas antara mengutuk Jiyoon, atau mungkin mengutuk kehadiran
Jimin dalam hidupnya, atau malah mengutuk perasaannya yang mulai
terjebak dalam persona Jimin.

Sementara dikamarnya Jimin juga tak kalah panik.
"Hyeong angkatttt, kumohon"Gumam Jimin sambil terus mencoba menghubungi Yoongi.

HP Yoongi terus berbunyi, berusaha menghentikan tangis dan menyeka
bekas air mata di wajahnya, kepanikannya mulai buyar oleh suara ringtone ponselnya.
Akhirnya Yoongi mengangkat panggilan Jimin.

"Apa kamu udah gila. Aku bilang besok aku kesana. Kumohon jangan kesini sekarang, bahaya hyeong, bahaya" Jimin memohon dan menangis.

- to be continued -

It's You [ Yoonmin] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang