_
_
_
Memukul Yoongi beberapa kali, Jimin benar-benar tak terkendali, sakit hati yang dia rasakan untuk segunung alasan yang tak henti dia fikiran dari tadi.
Yoongi bertahan tak membalas sama sekali, terhuyung beberapa kali dan tersandar di dinding depan kamar Jimin.
Emosi Jimin tak terkendali, tak Jelas pada Yoongi ataupun eoma nya atau
bahkan emosi pada orang tua nya. Yang tak bisa ilang dari ingatan Jimin adalah bagaimana Jiyoon diperlakukan tanpa ada seorangpun yang memahami perasaannya bahkan sampai dia memutuskan mengakhiri
hidupnya.
Yoongi bersandar di sofa, sibuk membersihkan darah yang terus keluar dari sudut bibirnya.
"Andai dulu Jiyoon berani memukulnya sampai berdarah seperti ini, mungkin penyesalan Yoongi tak akan sedalam seperti saat ini."
Akan lebih tenang jika Yoongi bisa merasa kan ikut berjuang bersama
untuk cinta mereka dari pada hanya menangisi kegagalan melindungi
Jiyoon dari waktu ke waktu dan terasa sangat menyiksa.
"Kamu pergi aja, jangan pernah kesini lagi" ucap Jimin.
Diluar prediksi Yoongi, Jimin akan se emosi ini. Yoongi hanya menatap Jimin, tatapan sayu yang menjelaskan banyak hal. Menyadari kekecewaan Jimin padanya yang menganggab tak bisa melindungi hyeongnya.
"Iya aku pergi, tapi setelah membakar buku itu" Jawab Yoongi pelan.
Jimin menghela nafas dalam, matanya tajam menatap Yoongi, emosi yang
kembali memuncak. "Coba aja" Jawab Jimin ketus.
Yoongi berdiri dan pindah duduk mendekati Jimin.
"Jimina, buku itu hanya akan membuat masalah, aku gak mau kamu jadi dapat masalah karna aku".
"Masalah seperti apa ?"
"Apa eoma mu akan mencari ku juga ?, hmm?"
"Apa dia akan mengancam ku juga ?". Sela Jimin
"Yoongi yang sangat berharga. Hhmm,
Kamu fikir aku dan hyeong ku gak berharga di keluarga kami ?". cecar Jimin.
Yoongi tak dapat membantah, walaupun apa yang Jimin katakan terdengar menyakitkan tapi memang begitulah kenyataan nya. Orang tua nya yang arogan dan tak pernah memikirkan orang lain demi kepentingan mereka.
Karna dalam tubuh Jimin masih mengalir darah muda yang gampang mendidih sebagaimana Yoongi dan Jiyoon dulu, makanya dia tak berfikir akan akibatnya.
"Aku tau kamu emosi. Wwajar emosi. Tapi kamu gak tau apa yang mungkin terjadi, hal-hal yang bahkan tak bisa kamu bayangkan pu, n eoma ku sanggub melakukannya."
"Jimina, aku gak mau kamu berakhir seperti Jiyoon". Yoongi setengah
memohon menenangkan Jimin.
"Jiyoon seperti itu karna dia sendirian, kamu gak pernah ada untuk dia, kamu gak pernah melindungi nya" tegas Jimin.
"Kamu bilang salah Jiyoon karna tak memberitahu mu, tapi aku yakin
dia sengaja diam karna merasa percuma memberitahu mu" bantah Jimin
"Dia tak memberitahu ku karna tak ingin aku melawan eoma, karna jika
aku berontak eoma tak akan pikir panjang menghadapi ku dengan
kekerasan" Jelas Yoongi.
Jimin terdiam, mencoba memahami penjelasan Yoongi. Sesuatu yang tak ingin Yoongi jabarkan dengan detail. Dipukul, diikat, di kurung adalah makanan sehari-hari Yoongi saat itu. Beberapa orang bodyguard disiapkan
eoma nya untuk mengawasi seluruh gerak-gerik Yoongi agar tak bisa bertemu atau berkomunikasi dengan Jiyoon.
Perdebatan Jimin dan Yoongi berubahjadi adu tatap, mata Jimin berkaca-kaca saat tak ada lagi yang dapat diucapkan.
"Cukup lama aku menyimpan buku itu,
pernah dipukul habis-habisan agar eoma tak membakarnya. Tapi waktu itu mereka hanya memukul ku."
"Sekarang aku harus membakarnya, karna jika buku itu masih ada aku
khawatir mereka akan mencari mu". Jelas Yoongi.
"Hyeong,,,,.dia menulisnya agar kamu bisa selalu membaca isi hatinya, agar kamu gak pernah melupakannya" Jimin tak bisa menahan air matanya.
Jimin berdiri dan berjalan ke meja belajarnya, kembali dengan menyodorkan satu buku pada Yoongi.
Yoongi terpaku melihat buku itu. Pelan tangannya menyambut dan
mulai membukanya. Jimin bersidekap berdiri di depan Yoongi.
Yoongi menyibak lembar demi lembar buku diary Jiyoon yang tadinya di
simpan Jimin. Cacatan Jiyoon lainnya yang berisikan tentang semua rasa
terima kasih dan ke kagumannya pada Yoongi.
Tangannya mulai gemetar di iringi dengan kepalanya yang makin menunduk dan tubuhnya yang bergetar menahan tangis.
"Dia sangat menyukai mu, sampai menulis semua tentang mu dengan sangat detail."
"Apa kamu tega membakar buku itu ?". Ucap Jimin ikut menangis, berharap Yoongi memikirkan nya lagi.
Yoongi menutup buku itu, tapi tidak mengangkat kepalanya, terus menangis dan makin dalam. Rasa bersalah dan penyesalan.
Andaikan waktu dapat diulang, tak tau mana yang harus dirubah
dari jalan cerita cinta mereka. Perpisahankah, atau malah pertemuanlah
yang harus dihindari.
Jimin berjongkok berusaha mengangkat wajah Yoongi, membantu menyeka air mata yang seperti sulit Yoongi bendung
Memeluk Yoongi dengan lembut, sama-sama meredakan emosindan saling memberikan ketenangan.
Yoongi membalas pelukan Jimin lebih erat, terasa handan mmenenangkan kan. Untuk pertakalinya Yoongi tak merasa sendiri.
" Aku minta maaf ya" Bisik Yoongi.
"Sebaiknya kita musnahkan semua.
Bukan berarti melupakan Jiyoon tapi
mengiklaskan kepergian nya." ucap
Yoongi terus mencoba membujuk
Jimin.
Jimin hanya diam. Airmata nya tak berhenti jatuh. Suara lembutmYoongi terdengar benar-benar
seperti seorang kakak yang sedang
menenangkan nya."Mengiklaskan Jiyoon hyeong, membiarkan mu bersama orang lain. Pada akhirnya aku tetap kehilangan semuanya " Bisik
Jimin dalam tangisnya.
Kata-kata Yoongi tertahan tak menjawab, tak berani menjanjikan apapun pada Jimin.
Walaupun dalam hati Yoongi berteriak ingin mengungkap isi hatinya pada Jimin, Tapi takut Jimin akan menolaknya dan bahkan lebih takut lagi jika
Jimin menerima perasaannya.
- to be continued -
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You [ Yoonmin] || End
ФанфикшнBerawal dari menemukan Diary pribadi Jiyoon hyeong nya yang telah meninggal dunia. Jimin penasaran ingin bertemu dengan orang yang selalu diceritakan kakaknya di dalam diary itu. Akan kah Yoongi sanggup kembali membuka lembar kelam cerita cinta...
![It's You [ Yoonmin] || End](https://img.wattpad.com/cover/375117243-64-k801134.jpg)