part 28

527 63 3
                                        

_
_
_

"Apa hyeong perfikir ingin meninggalkan ku?" selidik Jimin memastikan.

Diam sejenak, lalu Yoongi menarik tubuh mungil Jimin kedalam pelukannya.
"Aku gak akan ninggalin kamu" Bisik Yoongi.

.
.
.

Perjalanan sedikit tenang, Jimin mulai tertidur, walaupun sudah sangat berusaha menahan matanya agar menemani Yoongi menyetir.

Yoongi membiarkan Jimin tidur. Mengingat kembali seberapa gigih dari
awal Jimin berusaha mendekatinya. Semua ternyata ada alasan nya, "Dia pasti juga sangat kehilangan Jiyoon" batin Yoongi.

Jiyoon dulu selalu bersemangat menceritakan adik nya yang lucu dan sangat dia sayangi.
Menyadari cintanya dan Jiyoon telah mengacaukan banyak hal. Jimin yang harusnya tumbuh bahagia bersama hyeongnya, keluarga Park yang menggantungkan harapan yang tinggi pada anak sulung kebanggaan mereka.

Cinta Salah yang seharusnya benar-benar tak pernah terjadi, semua mungkin akan berakhir baik-baik saja dan bahagia saat ini, andaikan dulu mereka tak begitu egois dengan perasaan mereka.

"Gejolak. ya, itu dulu hanya gejolak masa muda yang sulit dihindari dan tak bisa dikendalikan. Maka kali ini aku harus benar-benar tak boleh mengulanginya lagi". Hati Yoongi terlalu berbisik walaupun terlihat diam.

Mobil melaju dengan kecepatan normal, tak terasa waktu berlalu dan jauh
perjalanan telah terlewati.

Jimin menggeliat terbangun dari tidur nya
"Udah sampai mana ?" Tanya Jimin sambil mengawasi keluar jendela.

"Sebentar lagi, kalau ngantuk kamu tidur lagi aja, nanti ku bangunin" Jawab Yoongi yang tetap fokus pada jalan.

Jimin berkicap melihat ke kanan dan kiri.
" Kok kesini, udah lewat rumah ku"

"Kita ke apartemen ku, aku gak mau kerumah mu lagi" Jawab Yoongi.

Jimin menoleh menatap Yoongi, tatapan yang butuh jawaban.

Yoongi menahan senyum.
"Kamu mengganti kode akses pintu, artinya kamu gak bolehin aku kesana
lagi kan? " Jelas Yoongi.

Jimin reflek tertawa tersipu, karna kemarin sempat membuat keputusan
ingin menjauhi Yoongi.
"Maaf !!!" Jawab Jimin mengulum senyum dan menunduk menyembunyi kan wajahnya.

"Kenapa kamu begitu ?, apa berfikir tak ingin bertemu dengan ku lagi ?"
Tanya Yoongi dengan nada serius.

Wajah Jimin yang tertunduk juga mulai berubah serius. Diam sesaat dan lalu akhirnya mengangguk pelan.
"Aku ingin menjauh sebelum hyeong tau siapa aku sebenarnya, tak ingin
mengganggu mu. dan ternyata benar, seperti sekarang aku mengacaukan nya, membuat mu panik dan histeris lagi" Jelas Jimin.

"Harusnya kamu memberi tahu ku dari awal. Terima kasih telah mencari ku" Jawab Yoongi sedikit menoleh menatap Jimin, mata mereka beradu
"Aku bahagia" lanjut Yoongi.

.
.
.

Akhirnya sampai di apartemen Yoongi, tempat nyaman untuk melepaskan lelah dan kantuk mereka setelah drama yang menguras tenaga dan emosi semalaman.
Setelah sedikit membersihkan badan mereka langsung tertidur dengan pulas di kasur Yoongi.

Entah telah berapa jam tertidur dan memulihkan tenaga, Jimin terbangun dengan perasaan yang lebih bugar. Melihat Yoongi masih tertidur pulas.
Lamat menatap wajah teduh Yoongi, sesaat Jimin terpaku pada pemandangan yang menenangkan itu. Ada rasa rindu, damai, dan juga rasa takut bercampur jadi satu.
Tapi satu hal yang sulit Jimin hindari, yaitu perasaan yang selalu menawar
untuk membiarkan nya bertemu Yoongi sebentar lagi, hanya sekali lagi, hanya saat ini, untuk yang terakhir kali dan terus begitu.

Tak ingin terlalu lama terbawa dalam fikiran mengagumi Yoongi, Jimin
beranjak berjalan keluar meninggalkan kamar. Mengambil segelas air putih untuk minum dan duduk di sofa ruangan tamu.
Mata Jimin tertuju pada buku dengan sampul hitam yang tergeletak di meja.

Buka yang tak asing, terlihat sama persis dengan buku diary Jiyoon yang ia simpan. Jimin meraih buku itu, menyibak lembar demi lembarnya perlahan. Membaca setiap kata yang tertulis di dalam nya.
Semua tentang perasaan terdalam Jiyoon untuk Yoongi, kata-kata yang
katanya tak pernah bisa terucap langsung dari mulut Jiyoon pada Yoongi.

Makin lanjut membaca, makin Jimin dapat memahami apa yang membuat
Jiyoon hyeongnya begitu mencintai Yoongi. Tak terasa air mata mengalir di sudut mata Jimin. Ada rasa rindu dan kasihanpada Jiyoon. Dan juga ikut bahagia membayangkan rasa cinta yang indah yang pernah terjalin antara Jiyoon dan orang sebaik Yoongi.

Tiba-tiba Jimin dikagetkan dengan suara pintu rumah Yoongi seperti seseorang sedang membukanya dari luar.
Bersamaan dengan itu Yoongi juga keluar dari kamarnya. Juga terfokus
pada suara pintu dibuka.

Pintu terbuka, eoma Yoongi dan juga Eunji masuk.

Jimin dan Yoongi sama-sama terpaku, tak menyangka apartment Yoongi akan kedatangan tamu saat itu.

Begitu juga eoma Yoongi dan Eunji sesaat mematung melihat Yoongi tidak sendiri.

Yoongi gelagapan, situasi yang diluar prediksi Yoongi, eoma nya datang dan bahkan membawa Eunji bersamanya

"Kenapa kamu tidak mengangkat telepon ?."
"Dan siapa dia ?" Tanya eoma Yoongi sambil melirik ke arah Jimin.

Lirikan curiga itu dibalas Jimin dengan menunduk memberi hormat pada kedua orang yang baru datang itu.

Yoongi berusaha mempertahankan ekspresi datarnya.
"Aku baru bangun."
"Dia teman ku" jawab Yoongi singkat

"Teman ?, sejak kapan kamu mengajak teman kerumah ?" Lanjut eoma Yoongi yang makin curiga.

"Ada apa kalian kesini" tanya Yoongi mengalihkan pertanyaan eoma nya
sambil berjalan duduk di meja makan.

"Kami datang mengantarkan baju juntuk acara pertunangan kita oppa, mereka sudah selesai mengerjakannya", Jawab Eunji dengan senyuman manja nya.

Jimin masih berdiri risi dan juga merasa sedikit takut, menyadari keberadaannya yang harus tidaknya disitu saat ini. Jantung Jimin makin berdegub kencang karna tatapan tajam eoma Yoongi yang tak lepas darinya, dan bahkan saat ini perempuan itu berjalan cepat ke arahnya.



- to be continued -

It's You [ Yoonmin] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang