Semesta berganti hari, bergulir tak pernah terulang lagi. Waktu disetiap detik juga ikut bergulir membawa tiap cerita berbeda dalam kegelapan malam, atau sinar pagi yang terang.
Dengan begitu banyak cerita yang terlewati, Raj, dan Meera begitu tegar menikmati semua momen yang tercipta. Entah mereka melalui dengan tawa, atau tangis yang suaranya menggema di ruangan putih yang sudah menjadi tempat singgah mereka cukup lama.
Pagi ini, Raj dengan senyum yang tercetak itu berdiri mengaitkan kancing di baju yang dikenakannya. Dia begitu lega ketika hari ini akhirnya diperbolehkan keluar setelah terkurung hampir satu bulan di tempat penuh dengan wangi obat.
Setelah menggulung lengan bajunya, ia menoleh, menatap istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan membawa tas besar berisi baju-baju setelah ia rapihkan semua. Meera tersenyum, meletakkan goodiebag itu, dan menghampiri Raj yang sudah rapih. Begitu tampan untuk dilihat.
"Sudah siap?" tangannya merapihkan kerah baju Raj yang terbuka. Berjinjit hingga ia dapat mencium pipi suaminya.
"Tentu!"
"Merindukan rumah kita.." Raj tersenyum merasakan tangan yang melingkar di pinggangnya. Setelah mencium puncak kepala Meera, dan melepaskan pelukan mereka.
"Kita akan menjalaninya lagi, kita a,-" ucapan Raj terhenti seketika. Menatap pintu yang terbuka hingga terdengar beberapa langkah kaki yang menggema.
Raj menoleh ke samping, di mana, Meera menyembunyikan tubuhnya bersamaan dengan rematan tangan yang terasa di lengannya.
"Meera, kau ini,-"
"Jangan menyentuhnya!" Tangan Raj mencekal sebuah tangan yang datang tanpa aba-aba. Mencoba menyentuh Meera yang bersembunyi di belakangnya.
Raj menatap, Aamiir yang melangkah maju mendahului Bibi Resha yang tadi ingin menarik tangan Meera. Aamiir dengan tatapan tak suka, melerai tangan Raj yang menangkap tangan Bibi Resha.
"Aku tunangannya. Berikan dia padaku, Raj. Kau jangan menghancurkan rencana yang telah aku, dan Meera lakukan." Raj mengernyitkan dahinya. Rahangnya mengeras mendengar kalimat itu.
"Kau tahu pasti kalau aku suaminya. Jadi, aku peringatkan untuk tidak lagi mengganggunya atau kau akan menanggung akibatnya. Jangan pernah lagi menunjukkan wajahmu di depannya. Kau harus selalu ingat itu." ujarnya penuh ketegasan. Raj memalingkan wajah melihat ekspresi penuh emosi Aamiir di depannya. Tubuh Raj berbalik, menatap Meera, dan menangkup pipinya.
"Kita pergi sekarang, okay?" Raj dengan posesif melingkarkan lengannya di pinggang Meera, dan berlalu dari sana. Meningalkan kemarahan yang menggebu dari Aamiir yang sudah mengepalkan tangan, juga Bibi Resha yang terus menatap hingga keduanya hilang dari pandangan.
Raj terus menatap Meera yang bahkan ketika kini mereka dalam perjalanan pulang tak ada pembicaraan yang mereka lakukan. Sejak mereka ada di kursi penumpang, Meera terus mengarahkan pandangannya pada jendela yang memperlihatkan jalanan ibu kota. Semuanya berlalu begitu saja hingga akhirnya mereka sampai di rumah. Tak ada topik menarik yang mereka keluarkan, sama-sama terlarut dengan kesunyian.
Raj membuka pintu rumah mereka hingga keduanya masuk ke dalam sana. Menatap, Meera yang masuk ke dalam kamar, sementara Raj dengan helaan nafasnya memutuskan untuk duduk di sofa. Menatap ke sekeliling interior rumah mereka... Ahh, akhirnya, akhirnya ia kembali merasakan rumah itu hidup kembali.
Sebelumnya, Raj membayangkan indahnya momen ketika mereka kembali ke rumah ini dengan senyuman, dan keromantisan. Tapi, semuanya benar-benar tidak sesuai keinginannya, dan itu semua ulah Bibi Resha, dan Aamiir yang mengganggu mereka.
Raj termenung sebentar.. Setidaknya cukup untuk meredakan emosinya sebelum ia masuk ke dalam kamar. Kini, tatapannya tertuju pada sosok di ujung sana, di depan jendela, mengarahkan pandangan di sana. Raj mendekat. Tangannya melingkari pinggang istrinya, hingga kemudian mengecup bahu Meera. "Aku tahu ini sangat berat. Tapi, kumohon, lupakan yang tadi. Kau harus tahu bahwa, sekeras apapun mereka ingin mengambilmu, aku tidak akan pernah membiarkannya, aku tidak akan lagi melepaskanmu, Meera."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomanceDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...