Harvey telah memasuki usia enam bulan. Itu artinya, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi nutrisinya. Honey pun mulai menyiapkan beberapa menu MPASI agar bervariasi. Dengan tekun ia membaca buku mengenai nutrisi yang baik dan dibutuhkan oleh bayi berusia enam bulan.
Bayi yang sudah berusia enam bulan, atau sudah menunjukkan tanda – tanda siap makan MPASI, sudah boleh diberikan MPASI. Tanda – tandanya ialah bayi bisa meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut karena kordinasi antara mata, tangan, dan mulutnya baik. Tanda selanjutnya ialah bayi sudah mampu duduk sendiri dan menegakkan kepalanya. Tertarik pada makanan yang dimakan orang lain. Tanda terakhir ialah dapat menelan makanan dan tidak mengeluarkannya kembali dari mulut.
Harvey telah menunjukkan tanda-tanda tersebut. Terutama ketika Clay sedang memakan sesuatu, Harvey akan meraihnya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Pun juga Harvey telah mampu duduk sendiri dengan tegak. Clay juga sudah sering mengajaknya bermain dengan posisi duduk.
Tawa renyah bayi usia enam bulan itu membuat Clay terpingkal-pingkal. Ketika Clay berlagak seperti gajah yang tengah mengangkat belalainya, Harvey mulai tertawa renyah. Dengan kelucuannya itu, Clay dibuat sakit perut karena tertawa.
"Kalian asik sekali ya," Honey tiba membawakan jeruk yang sudah dikupas.
"Mami, lihatlah!" Clay terkekeh.
Kembali Clay memeragakan gerakan gajah mengangkat belalainya. Kemudian, Harvey tertawa hingga wajahnya merah. Pipinya yang temam mengembang dan merah. Honey yang melihat itu pun terkekeh menahan perutnya karena sakit terlalu banyak tertawa.
"Hahahahaha! Kenapa receh sekali humormu, Nak!" Honey terkekeh melihat Harvey.
"Mami juga tuh," Clay meledek Honey yang bahkan tertawa hanya karena melihat Harvey tertawa.
Mereka masih tertawa dengan tingkah lucu mereka. Rumah besar; istana ini ramai dengan canda tawa mereka. Para asisten rumah tangga dan pengasuh pun ikut merasakan kehangatan keluarga kecil ini.
"Dad, sana mandi dulu," pinta Honey ketika tengah memberikan Harvey sepotong jeruk.
"Nanti, Mam," jawab Clay sembari menonton video kartun ikan di layar tv yang besar.
"Yah? Kenapa dimatikan?" rengek Clay ketika tv dimatikan oleh Honey.
"Anakmu sedang fokus dengan jeruknya," jawab Honey menyindir.
"Ya kan daddynya mau menonton juga," protes Clay.
"Mandi tidak?" delik Honey.
"Hoiiih. Galak sekali!" Clay bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
Clay menghela nafasnya kasar karena kesal. Padahal ia masih ingin bersantai di pagi yang cerah ini. Setelah memandikan Harvey, ia berniat untuk menikmati buah dan menonton tayangan kartun yang biasa diputarkan untuk Harvey. Namun, istrinya tentu saja tak bisa dibantah.
Sesudah mandi, ia mengenakan sendiri pakaian kantornya. Sudah beberapa waktu belakangan ini ia mengenakannya sendiri. Harvey tengah di fase manja dan tak mau ditinggal oleh Honey. Kalaupun ditinggal, harus ada Clay yang menemaninya. Bahkan terkadang tidak mau sama sekali dengan Clay; harus dengan maminya.
"Sayang, bekalku mana?" tanya Clay ketika hendak berangkat ke kantor.
"Astaga! Aku lupa membuatnya. Tadi aku fokus membuatkan Harvey menu baru untuk MPASInya. Nanti kubawakan ya?" jawab Honey dari ruang bermain dengan Harvey.
"Hmmm, baiklah. Tapi kamu yang bawakan 'kan? Bukan sopir?" Clay mengkerut.
"Iya, Daddy. Nanti aku yang bawakan," jawab Honey masih sibuk membersihkan wajah anaknya dari cipratan air jeruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY) (Faye Yoko)
RandomIni adalah kehidupan 'after married' dari Clay dan Honey. Cerita ini akan mengisahkan kehangatan sebuah keluarga yang dibangun oleh mereka. Dalam biduk rumah tentu akan ada permasalahan dan pasang surut di dalamnya. Namun, dengan cinta yang penuh, m...