Part [4]

90.7K 6K 146
                                    

PART 4

"Kalian," ucap Naomi menggantung. Naomi menatap anak perempuannya itu dengan menggeleng miris. Dia kecewa dengan apa yang dia lihat sekarang. Tak pernah terbayang bahwa mereka begini.

Adrina menggeleng cepat. "Ma, bukan seperti yang Mama pikirkan. Please, percaya Rina Ma..." ucap Adrina sambil menggigit bibir bawahnya.

Ken mengangguk—membenarkan. "Iya Tante, please, dengerin penjelasan kita dulu. Tante harus percaya kalau kita gak ngapa-ngapain," ucap Ken dengan panjang lebar. Dia juga sudah berpikiran buruk sekarang.

"Ada apa ini?" tanya Stevan lalu dia terkejut melihat Adrina dan Ken yang berada di dalam satu kamar dengan pakaian senonoh dan Ken yang tidak memakai baju.

"Ada apa, Ada apa?" tanya Alden kepo yang datang dengan tergopoh-gopoh. Aldrin juga ada di sebelahnya. Basto dan Zeira juga datang dan melebarkan matanya—melihat Adrina dan Ken. Sementara banyak yang sudah melihat kejadian itu dengan bingung. Orang yang berlalu lalang juga melihatnya dan mengintip sedikit dari celah-celah di pintu.

Stevan menatap Adrina dan Ken dengan pandangan dingin dan meminta penjelasan. Seumur-umur Adrina baru kali ini melihat wajah sangar Papanya. Biasanya kalau Papanya marah, itu pasti hanya menegur saja, tetapi kali ini Adrina tau kalau Papanya sangat marah.

"Kalian ngapain bisa sekamar?" tanya Stevan dengan suara baritonnya membuat Adrina takut melihat Papanya.

"Pa, Ma... Om, Tante... Kak... bukan seperti yang kalian pikirin. Please, jangan berburuk sangka dulu. Adrina sama Ken gak ngapa-ngapain," ujarnya dengan kepala tertunduk. Adrina merasa takut sekali saat ini. Dia juga tidak tau mengapa Ken bisa ada di sebelahnya dan anehnya mereka bisa tidur bersama.

Bagaimana bisa?

Ken mengangguk lesu. Habis sudah riwayatnya sekarang. "Iya Om... Ken sama Adrina gak ngapa-ngapain. Suwer terkewer-kewer deh Om," ucapnya mengacungkan tangan berbentuk peace. Masih sempat melucon.

Adrina menutup wajahnya saat Naomi mendatanginya. "Sumpah Ma, Adrina gak ngapa-ngapain," katanya dari balik telapak tangan. Naomi mengangguk dan mengelus punggung anaknya itu. Sementara itu Ken memandang Adrina bingung bercampur kasihan. Dia juga tidak tau kenapa mereka berada dalam satu kamar.

Alden menatap Aldrin yang menatapnya juga lalu menutup pintunya supaya tidak ada yang melihat kejadian ini lebih banyak lagi. Bagi Adrina ini adalah petaka yang datang menghampirinya. Mereka tidak mau ada gossip yang tidak-tidak meski itu pasti akan terjadi nanti. Bencana dan musibah besar untuk seorang Adrina.

"Sebenarnya ini ada apa?" tanya Zeira mendekat dan duduk di sebelah anaknya. Ken menggeleng pelan—tidak tau. Kepalanya sudah tidak sepusing kemarin. Mungkin kemarin kebanyakan ketawa. Ken memang tidak tau mengapa dia bisa tidur satu kamar dengan Adrina. Yang dia ingat kemarin dia langsung masuk dan tidur di sini.

"Ken, apa-apan ini?" tanya Basto menuntut penjelasan kepada anaknya. Sebenarnya ia meredam amarahnya dan lebih memilih diam terlebih dahulu—sehingga pikirannya bisa jernih dan juga memikirkan segala spekulasi yang ada.

Ken menatap Papanya. "Gak tau Pa. Kemarin Ken masuk ke dalam kamar hotel dan langsung tidur karena kamarnya gelap. Kemarin 'kan Ken minta obat sakit kepala sama Mama yang sering Mama pake, nah Ken langsung tiduran setelah sampai dan gak tau apa-apa lagi setelah tidur," ucapnya jujur.

Semuanya menatap Adrina—seakan menuntut penjelasan darinya, "Rina kemarin datang ke kamar hotel pas keadaannya masih terang dan Rina matiin deh lampunya. Rina 'kan gak bisa tidur kalau lampunya idup. Terus Rina gak tau kenapa bisa ada Ken di sebelah Rina," katanya memberi penjelasan sesuai yang ia alami.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang