Part [31]

63.9K 4.3K 77
                                    

PART 31

"AAA!!! PANTAI!" teriakan itu datang dari mulut istrinya. Ken menggeleng melihat tingkah lucu istrinya itu. Terus terang di senang melihat Adrina yang terlihat bahagia seperti itu, apalagi bersama dirinya.

Hidupnya terasa lebih sempurna dengan Adrina.

"Yaampun! Akhirnya aku ke pantai lagi!" teriak Adrina. Detik itu juga Ken terdiam di tempatnya. Adrina malah berlari asik menuju ke bibir pantai sementara Ken diam-diam menghela napasnya. Dia tidak pernah meluangkan waktunya seperti ini untuk Adrina semenjak dia mulai bekerja. Dia sadar akan hal itu. Kesibukannya membelenggu dirinya.

Stevan pernah memberinya dua tiket ke Bali namun Ken mengembalikannya lagi. Dia tidak akan menggunakan tiket itu untuk honeymoon. Terus terang saja Ken akan mengajak Adrina honeymoon namun ini bukan waktu yang tepat mengingat bahwa perusahaan Papanya tengah di landa masalah.

Meskipun Adrina masih marah dengannya namun pagi ini sepertinya Adrina terlihat seperti melupakan kemarahannya. Untuk saat ini, dia terlihat senang dan Ken sudah bisa berkomunikasi lancar lagi dengannya. Namun di balik semua itu, Ken tau sesuatu hal.

Cinta memang butuh perjuangan.

Selama tiga hari Ken tidak bisa tidur memeluk Adrina karena istrinya itu menolak untuk di peluk dan Ken hanya bisa menghela napas frustasi. Adrina butuh waktu. Dan selama tiga hari itu dia tidur di sofa bawah namun saat hari ketiga atau kemarin, Ken bangun dengan selimut di badannya dan juga Adrina yang tidur di dekatnya—lebih tepatnya di bawah alias di karpet dengan posisi terduduk—seperti menjaganya.

Ken rasanya bahagia. Adrina memang marah namun ia tau Adrina memang sangat mencintainya. Semenjak saat itu Ken berjanji akan terus dan terus mencintai Adrina sampai ajal memisahkan mereka. Ken tau di dunia ini tidak ada yang namanya abadi namun Ken akan buktikan kalau cintanya abadi untuk Adrina.

Untuk istrinya.

"Ken, kenapa? Kok diem di sana? Ke sini dong Ken liat ada ikan-ikan kecil." ujar Adrina sambil melambaikan tangannya yang sudah sampai di bibir pantai. Inilah Adrina istrinya.

Ken tersenyum, "Iya, tunggu." ujar Ken lalu menghampirinya dengan berlari kecil. Pagi ini Ken menggunakan baju kaos berwarna putih polos serta celana pendek selutut berwarna merah.

"Seneng?" tanya Ken yang sudah ada di sebelah Adrina yang membuatnya menoleh.

"Seneng lah. Pertanyaan kamu lucu ih." ujar Adrina lalu kakinya terasa basah saat air pantai menyerbu kakinya. Dia juga lihat ada ikan yang sangat kecil sekali bermain di kakinya.

"Ya juga sih." ujar Ken terkekeh geli.

"Rin." panggil Ken membuat Adrina menatapnya.

"Hm?"

"Kamu cantik. Dan selalu cantik." ujar Ken di sebelahnya.

Adrina mendengus namun wajahnya merah norak, "Apaan sih Ken. Gombalan kamu mentah." ujar Adrina ketus.

"Mentah tapi seneng." ujar Ken menggodanya dengan satu alis naik turun dan tersenyum genit.

"Apaan sih Ken. Biasa aja tuh. Siapa yang seneng?" ujar Adrina ketus.

"Nggak ngaku lagi kalau seneng. Terus aja gitu, inalem sayang." ujar Ken.

"Ih! Jangan panggil aku Inalem lagi! Kok masih inget aja!" ujar Adrina tambah ketus. Bibirnya mencebik marah karena Ken menyebutnya Inalem. Panggilan kesayangan Ken dulu untuknya saat masih SMA—saat mereka masih sahabatan atau kadang musuhan nggak jelas.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang