Part [27]

60.7K 4.4K 124
                                    

PART 27

Sebulan sudah berlalu. Baik Ken dan Adrina sudah wisuda. Ken memutuskan untuk langsung bekerja total di perusahaan Papanya. Basto-sudah menyiapkan jabatan khusus untuk Ken, tetapi Ken tidak mau. Dia maunya tetap menjadi wakil Papanya yang menjabat sebagai direktur perusahaan. Malam-malam Adrina selalu sendiri. Dirundung resah karena Ken selalu sibuk. Jujur Adrina kesepian dirumahnya sendiri. Meskipun ada banyak pengawal dan Bik Sumi-tetap saja Adrina masih merasa sepi. Tidak ada teman yang di ajak curhat. Kalau Nadia memutuskan untuk bekerja juga. Nadia-sahabatnya itu diterima bekerja di kantornya Om Keon-sahabat Papanya, Stevan. Nadia juga sedang menjalin hubungan special dengan Beno-sepupu Ken yang dulu telah menolongnya dari Adilo saat SMA.

"Nyonya kok belum tidur?" suara itu membuat Adrina menoleh. Bik Sumi-pembantu dirumahnya duduk di sebelah Adrina yang tengah duduk di teras rumah. Bahkan Adrina duduk di lantai bawah bukannya dikursi yang sudah siap sedia di teras.

"Saya belum ngantuk, Bik." ucapnya. Selalu jawaban itu yang Adrina berikan di saat-saat malam, sedang menunggu Ken. Kalau siang-siangnya dia pasti akan menghabiskan waktunya hanya untuk tidur, tidur dan tidur. Tidur membuat waktu berjalan lebih cepat.

"Bik," panggil Adrina, "Apa melahirkan itu sakit banget ya?" tanya Nyonyanya membuat Bik Sumi tersenyum lembut.

"Iya." ucapnya, "Melahirkan itu sama dengan mempertaruhkan nyawa. Bukan saya nakut-nakutin nyonya tapi saya dulu tau gimana rasanya melahirkan." ucapnya.

Adrina mengangguk, "Bik kok saya akhir-akhir ini curiga ya sama Ken. Curiga saya gak beralasan. Saya gak tau kenapa Bik, tapi pikiran buruk tentang Ken selalu ada." ucap Adrina memandang ke arah langit malam. Dimana ada bintang-bintang di sana.

"Biasa Nyonya. Dalam setiap hubungan pasti akan ada yang namanya keraguan atau pikiran buruk dengan pasangan kita, tetapi kita ambil sisi positifnya aja. Saya yakin Tuan gak mungkin berlakuan buruk di luar sana." ucap Bik Sumi mampu membuat Adrina tenang dalam senyum kecilnya.

Ya, Ken tidak akan mungkin mengkhianatinya.

"Bik Sumi, ada kopi gak?" suara berteriak Yasno-salah satu pengawal di belakang rumahnya terdengar sampai luar.

"Iya ada." teriak Bik Sumi juga. "Nyonya, saya mau buatin kopi dulu ya buat pengawal yang di belakang. Mari." ucapnya pamit. Adrina tersennyum dan mengangguk.

Setelah Bik Sumi pergi, Adrina kembali diam. Dia menoleh ke arah dalam rumahnya. Dia melihat jam yang menunjukkan angka jam sebelas malam. Biasanya Ken sudah pulang jam setengah sebelas tadi, tapi kali ini Ken belum pulang-pulang juga.

Lama terdiam sampai bunyi deru mesin mobil membuat Adrina menoleh. Senyumnya mengembang ketika Ken sudah pulang. Dia melihat wajah lusuh Ken dari luar mobil. Ia juga memperhatikan Karang-pengawal rumahnya sedang menutup pintu gerbang.

Saat Adrina hendak mendekat ke arah Ken yang tengah berjalan. Ken malah nyelonong masuk ke dalam rumah. Adrina mengernyitkan dahinya melihat gelagat Ken yang aneh.

Apa aku segede gini tak terlihat? Batin Adrina.

Adrina menutup pintu rumahnya dan berjalan. Dilihatnya Ken tengah naik ke atas tangga-menuju kamar mereka.

Adrina hanya bisa menghela nafas. Dia berjalan megikuti Ken yang masih naik tangga rumah mereka. Adrina heran melihat Ken.

"Ken, kamu gak pa-pa?" tanya Adrina saat Ken hendak membuka pintu kamar mereka. Gerakan tangan Ken terhenti. Dia membalikan badannya menatap Adrina.

"Kamu kok bisa?" ucap Ken seperti orang setengah sadar membuat Adrina tersenyum kecil. Dia tau Ken sedang ngantuk saat ini, hingga tak menyadari kehadirannya yang sedari tadi setia menunggunya di luar.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang