Part [18]

66.7K 4.4K 203
                                    

PART 18

"Halo Ken, ini gue Mika. Rumah lo kerampokan." ucapan itu membuat jantung Ken berhenti berdetak dari tempatnya.

"Ken, lo harus cepet ke sini. Adrina--" Ken memejamkan matanya karena banyak pikiran buruk datang menghinggapi kepalanya lalu dia buru-buru mematikan sambungannya dan langsung mengambil jas di dekatnya untuk segera pulang tanpa memperdulikan apapun lagi.

Dia bodoh karena meninggalkan istrinya sendirian dirumah. Dia ingat saat Adrina memintanya untuk tetap tinggal karena ketakutan di rumah sendiri yang membuatnya merutuk di dalam hati.

Membayangkan Adrina menyebut namanya dalam wajah ketakutan membuat Ken mengumpat kesal di dalam hati yang di tujukan untuk dirinya sendiri karena lalai menjaga istrinya.

"Ken, kenapa kamu buru-buru kaya orang kemalingan?" ucap Stevan bingung membuat Ken menatapnya sekilas.

"Rumah emang kemalingan Pa." ucap Ken dengan tergesa-gesa lalu dia keluar dari ruangannya. Stevan masih melongo di tempat. Seketika matanya membulat karena baru mencerna perkataan Ken lalu dia mengikuti Ken yang sudah jauh di depannya.

Ken masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya dengan gila-gilaan sementara Stevan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir dekat perusahaannya. Dia menggeleng pelan karena Ken kalau sudah cemas pasti tidak akan memikirkan keadaan apapun lagi yang ada di sekitarnya.

"Ken cepet amat ilangnya. Ini pasti dia sering main trek-trekan pas SMA." ucap Stevan sambil mengemudikan mobilnya.

***

Jantung Ken serasa mencelos saat melihat keadaan rumahnya yang sangat ramai. Dia keluar dari mobilnya dan melihat semua teman-temannya yang berdiri di halaman rumahnya yang besar dan luas bahkan banyak juga tetangga rumahnya yang mengintip dari pintu pagar.

Ken tanpa memperdulikan apapun dia langsung berlari menuju teman-temannya. Dia tidak peduli dengan para gadis tetangga atau bahkan para ibu-ibu yang menatapnya kepo.

"Adrina baik-baik aja 'kan?!" suara Ken meninggi dengan degup jantung tak kalah cepat akibat berlari.

Semua teman-temannya hanya diam. Mereka menatap Ken dengan pandangan prihatin, "Man Adrina?! Jawab gue oy!" suara Ken meninggi tetapi teman-temannya hanya diam.

Ken menatap lantai di depan rumahnya yang berisi banyak bercak darah, "Please kasi tau gue. Mana Adrina?" tanya Ken dengan suara lirih.

Evan yang berada di sampingnya menepuk bahu sebelah Ken, "Lo sabar ya Ken, Adrina--" ucap Evan membuat Ken tidak mengerti dan memotong perkataanya.

"Mana Adrina?!!" teriak Ken untuk ke sekian kalinya tanpa menyadari bahwa Stevan sudah berada di sebelahnya.

"Adrina di--"

Ucapan Mika terpotong karena ada suara yang mengintrupsinya.

"Ken." panggilan dengan suara lembut itu membuat Ken menoleh ke arah kanan dan dia menemukan istrinya dalam keadaan utuh. Seketika itu Ken berlari ke arah dimana istrinya berada dan memeluknya erat. Saking eratnya sampai Adrina terasa sesak akibat badan Ken yang sangat besar menabrak tubuh kecilnya. Untung saja tidak terpental.

"Maaf sayang, maaf... " ucap Ken sambil mengeratkan pelukannya kepada tubuh Adrina sehingga Adrina susah bernafas.

"Kamu gak kenapa-kenapa 'kan? Ada yang luka? Ada yang sakit? Kamu hampir bikin aku mati berdiri tau." ucap Ken sambil melepaskan pelukannya. Adrina ingin tertawa di dalam hati melihat wajah Ken yang begitu menggemaskan di hadapannya.

Adrina menggeleng pelan, "Aku gak pa-pa. Untung tadi ada semua temen-temen kamu sama Nadia dateng pas kejadian." ucap Adrina sambil tersenyum tipis yang membuat Ken membuang nafas lega selega leganya.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang