Part [20]

66.7K 4.6K 97
                                    

PART 20

"Selamat Pak, istri anda hamil. Kehamilannya sudah mencapai 2 minggu jadi masih sangat rentan." ucapan dokter membuat Ken terkejut. Matanya lurus tidak percaya menatap dokter di depannya.

"A-apa bener yang saya denger ini, dok?" ucap Ken masih tidak percaya.

Dokter itu mengangguk dengan senyum merekah, "Benar Pak dan ini vitaminnya tolong di tebus." ucapnya memberikan resep ke Ken. Ken dengan wajah sumringahnya menerima resep itu. Alangkah bahagianya dia. Dan terjawab sudah kenapa Adrina sangat aneh belakangan ini. Kadang sangat lembut dan manja lalu terkadang emosinya juga tidak stabil serta meledak-ledak.

Ken tersenyum. Senyumnya lebar penuh bahagia, "Terima kasih, dok." ucap Ken tulus.

Dokter wanita paruh baya itu mengangguk, "Sama-sama Pak. Tolong saya sarankan supaya Ibu Adrina tidak terlalu kelelahan dan juga tidak berpikir yang berat-berat karena nanti akan mempengaruhi janinnya." ucapnya dokter itu membuat Ken mengangguk--paham.

"Baik dok, saya permisi dulu." ucapnya.

Setelah mendapat anggukan, Ken langsung keluar dan menuju dimana kamar inap Adrina. Dari luar dia mengamati Adrina. Dari arah pintu dia melihat Adrina yang sedang berada di alam bawah sadarnya. Adrina akhir-akhir ini menurutnya sangat sibuk sehingga tidak jarang dia tidak makan dalam sehari.

Ken tersenyum. Senyumnya penuh kebahagiaan dan kedua matanya memancarkan binar kegembiraan yang luar biasa.

"Terima kasih Tuhan. Terima kasih." ucap Ken bergumam pelan sambil melihat Adrina dari arah luar ruang rawat inap dengan hati senang tak terhingga.

***

Adrina membuka matanya dengan perlahan. Matanya masih terasa berat dan susah terbuka sehingga dia mengerjapkannya dengan perlahan untuk menyesuaikan keadaan sekitarnya yang terlihat remang-remang.

Dia melihat ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya. Dia menoleh ke arah belakang--ternyata Ken tertidur di sebelahnya. Pantas saja dia tidak bisa bergerak nyaman. Dia memposisikan badannya agar menatap Ken dengan sangat hati-hati karena takut mengganggu Ken yang sedang tertidur pulas.

Ken terlihat begitu tampan dan sexy kalau sedang tidur. Astaga.

Adrina ingat bahwa kemarin dia pingsan saat menuju ke rumah sakit. Dia tanpa sadar mengelus pipi Ken dengan sebelah tangannya dan menghembuskan nafas sedih.

Ken pasti sangat lelah mengurusnya. Dalam hati Adrina, dia tidak mau Ken pergi darinya hanya karena dirinya selalu bersikap egois dan tidak mau mengakui bahwa dirinya sangat amat cemburu.

"Ken, jangan marah-marah kaya kemarin lagi ya. Aku takut kalau kamu kaya kemarin." ucap Adrina dengan suara pelan dan serak karena tenggorokannya terasa perih dan kering.

Dia memainkan rambut Ken yang jatuh di kening Ken dengan menyisirnya pelan ke arah belakang agar terlihat jelas wajah Ken yang sedang tertidur pulas di hadapannya.

"Gak akan, sayang." balas Ken sambil mengeratkan pelukannya dengan rasa sayang.

"Astaga! Aduh! Ken belum tidur ternyata." batin Adrina terkejut. Ia sontak menutup kedua matanya. Adrina mengerutkan keningnya dalam-dalam dengan wajah ketakutan. Takut ketauan Ken maksudnya.

Ken membuka matanya dan melihat Adrina yang mengerutkan keningnya dengan wajah takut. Saat ini Ken tau Adrina mengatakan hal apa tadi dan dia juga tau bahwa saat ini jam menunjukan pukul empat pagi.

Sejujurnya Ken tidak tidur. Dia hanya memejamkan matanya saja sebentar. Mana mungkin dia bisa tidur nyenyak sementara Adrina belum sadar?

Ken menyetuh kening Adrina dengan jarinya dan membuat kerutan di kening Adrina beranggsur hilang. Dia tertawa geli dengan suara pelan karena Adrina terlihat takut dengannya. Buktinya saja Adrina mencengkram erat sprai ranjang rumah sakit dengan kuat-kuat.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang