Part [25]

91.2K 4.6K 225
                                    

PART 25

"Maaf gue gak bisa lagi. Gue gak bisa ngelakuin itu." ucap seseorang bertubuh tegap itu.

Wanita di hadapannya memutarkan kedua bola matanya, "Lo kok jadi cemen gini sih? Katanya lo cinta sama cewek itu. Seharusnya lo mau kerjasama, bukannya malah kaya gini!" tuntut wanita di hadapannya.

"Lo sadar dong. Dia udah punya suami. Gue gak berhak lagi campurin urusan mereka. Meksipun gue yang neror rumahnya dia cuman buat gertakan aja tapi tetep gue gak bisa. Apa yang kita lakuin ini salah. Salah besar," ucapnya.

"Cih, ternyata saudara gue cupu." ucapnya berdecih.

Lelaki di hadapannya bangkit, dia sudah gerah akan wanita di hadapannya, "Gue gak mau ikut campur apapun lagi. Gue bakalan ngaku ke Ken kalau gue yang neror rumahnya. Gue gak bisa hidup gak tenang kaya gini!" ucap gusar lelaki itu.

"Lo gila apa?!" ucap wanita di hadapannya berseru bangkit, "Lo mau bilang ke Ken itu sama aja kayak lo bunuh diri. Otak lo dimana sih?!" bentaknya dengan suara keras, "Gue itu cinta sama Ken dan gue bakalan rebut dia dari Adrina. Lo kok gak ngerti-ngerti sih?!" teriaknya.

Lelaki di hadapannya menggeleng pelan. Saudaranya sudah hilang akal sehat hanya karena mencintai seseorang. Bodoh dia karena tergiur mendapatkan Adrina sehingga terjebak dalam permainan ini, "Gue ngerti banget perasaan lo. Lo cinta sama Ken udah dari lama 'kan tapi lo gak berani nyatain perasaan lo itu. Lo harus sadar, dia udah bahagia. Dia udah berumah tangga. Lo gak boleh kayak gini." ucap lelaki itu.

"Lo cinta sama Ken, kan?" tanyanya membuat wanita di hadapannya diam, "Kalau lo cinta sama dia, lo harus relain dia. Karena mencintai tidak harus memiliki dan mencintai itu merelakan orang yang kita cintai untuk orang lain meski kita tersakiti. Itu lebih baik daripada melihat orang yang kita cintai terluka." ucapnya mendobrak keras kesadaran wanita di hadapannya.

"Tapi gue cinta sama Ken! Gue cinta sama dia udah lama! 10 tahun gue cinta sama dia. Gue nunggu dia dengan sabar. Gimana bisa gue liat dia sama Adrina?" ucapnya dengan nada frustasi. Badannya bergetar hebat.

"Iya gue ngertiin perasaan lo. Gue juga cinta sama Adrina dan gue kena karma karena mainin Adrina dulu." ucapnya mengingat kejadian dulu. Ia ingat bagaimana brengseknya dia mempermainkan Adrina. Waktu itu hampir saja Adrina dibagi-bagi oleh teman-temanya.

Sangat bejat memang kelakukannya dulu dan ia sudah menerima ganjarannya. Setidaknya dijauhi Adrina bahkan dibenci Adrina adalah ganjaran terbesarnya karena ia baru sadar bahwa ia sangat mencintai Adrina tetapi sekarang semua sudah terlambat.

Tidak ada harapan lagi untuknya.

"Tapi Dilo, gue cinta sama Ken. Gue gak bisa lupain dia." ucap wanita di hadapannya frustrasi.

Adilo menghela napas dan mendekati saudarinya itu lalu memeluknya. Andin adalah anak dari adik Mamanya. Bagaimana pun Andin sudah dianggap adik kandungnya sendiri meskipun sudah berbuat jahat. Andin adalah saudara yang paling ia sayang dan sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi dihidupnya.

"Lo harus minta maaf sama Ken dan Adrina. Masih banyak cowok di luaran sana Ndin yang bakalan cinta sama lo dengan tulus. Lo gak boleh berbuat kaya waktu ini lagi. Lo harus terima kenyataan kalau Ken, cinta lo itu udah milik orang lain." ucapnya mengelus rambut Andin. Seluruh badan Andin bergetar yang menandakan dia akan menangis.

"Apa harus gue ngerelain dia?" ucap Andin dengan suara bergetar parau. Adilo melepas pelukannya dan mengangguk mantap sambil menatap Andin lekat-lekat. Dia memegang kedua pundak Andi. Terlihat kedua bola mata hijau itu menyiratkan kesedihan luar biasa saat Adilo menatapnya.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang