Part [29]

61.8K 4.7K 131
                                    

PART 29

"Lepasin!" Adrina menginjak kaki Ken lalu ia lari. Ken mengaduh dan beberapa kali memanggil nama Adrina namun Adrina sudah pergi.

Ken mengejarnya dan saat di depan gang dia menemukan Mamanya yang menggeleng pelan.

Ken diam menatapnya, "Ma, Rina di mana?" tanya Ken dengan napas ngos-ngosan.

Plak

Ken terkejut karena Mamanya menampar pipinya. Selama ini Mamanya tidak pernah marah sampai menampar pipinya,"Kenapa gak tanya sama pacar kamu aja, hah?!" ujar Mamanya tinggi. Mereka jadi pusat perhatian.

"Mama kecewa sama kamu, Ken." ujar Mamanya tepat menancap di ulu hati Ken. Dengan menghembuskan napas pelan Ken melihat Mamanya yang tengah masuk ke dalam supermarket dan tak lama ada mobil melewatinya.

Ada Adrina di dalam sana. Adrina yang menatapnya tadi kini menatapnya tajam dan tidak menangis. Kebencian itu terlihat di sorot wajah dan mata Adrina saat mata mereka bertemu.

"Kak Ken, maaf ya. Ini gara-gara Vira. Vira gak tau bakalan jadi kaya gini."

"Kamu pulang aja. Suruh Papa kamu jemput. Saya gak ada urusan lagi sama kamu. Tolong jangan mengganggu hidup saya lagi." ucap Ken. Vira terkejut setengah mati karena Ken menggunakan kata saya di perkataanya.

Vira terdiam. Bukankah dia memang orang asing di kehidupan Ken? Vira sadar betul akan hal itu. Ia melihat Ken masuk ke dalam supermarket dengan wajah frustasi dan selang beberapa menit mobil Ken melintas dengan kecepatan tinggi melewati dirinya.

***

Ken sedang duduk di meja makan dan mengingat hal kemarin yang terjadi. Pagi ini tidak seperti biasanya. Mata Ken memandang nanar makanan di hadapannya. Dia menatapnya dalam diam.

Rasanya pasti enak karena Adrina yang memasaknya, namun sekedar untuk makan saja Ken tidak bisa. Rasanya pasti akan hambar baginya--terlebih tak ada Adrina yang mendampinginya seperti biasa.

Tak lama Ken menoleh ke belakang saat terdengar bunyi derap langkah kaki, "Rin, kita sama-sama ya?" pinta Ken. Adrina terdiam di temat lalu memutar badannya menatap Ken. Seulas senyum Ken tampilkan namun Adrina hanya diam memandangnya. Kemarin Ken sudah menceritakan semuanya--sudah sedetail-detailnya, namun Adrina masih marah.

Jelas saja Adrina masih marah terhadapnya. Ini kesalahan yang sangat fatal dan juga terburuk dalam hidupnya.

Dan Ken tau kenyataan bahwa Adrina membencinya sekarang.

"Makan aja sendiri." ketus Adrina, "Ajak sana pacar kamu." tambahnya lagi. Ken menghela napas panjang karenanya. Adrina berbalik badan dan melanjutkan langkah kakinya. Dia masuk ke dalam kamarnya namun hatinya sebenarnya lebih sakit saat ia berkata demikian terhadap Ken.

Sekarang Ken bangkit dari duduknya. Dilepasnya jas hitam yang ia kenakan dan di buang ke atas kursi yang ia duduki tadi, dengan menyisakan kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Dengan langkah pasti dia berjalan menaiki tangga--hendak mencari Adrina.

Namun ia terhenti tepat di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Kali ini Ken memejamkan matanya saat melihat Adrina menangis lagi. Lagi dan lagi.

Dan itu karena ulahnya. Karena ketidak tegasaannya. Karena terlalu baik terhadap orang. Memang Ken akui berbuat baik terhadap seseorang adalah hal yang terpuji, namun tidak seperti ini maunya. Tidak dengan menyakiti perasaan Adrina.

Untung saja Adrina tidak mengungkit-ngungkit masalah perceraian seperti kemarin saat mereka bertengkar hebat.

Ken membuka pintu yang sedikit terbuka itu dan masuk. Ia mendekat pasti ke Adrina dan direngkuhnya Adrina yang masih menangis di balkon rumah mereka. Adrina menoleh dan segera menghapus air matanya.

KENADRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang