Ting! Tong!
Mendengar suara ketukan pintu itu, Bryan beserta kedua adeknya langsung membereskan meja yang berisi dengan bingkisan aneh itu, lalu menyembunyikannya di kamar Terry.
"Cepetan anjir!" teriak Bryan pada Terry untuk segera turun ke bawah.
Kemudian Kai membuka pintu, lalu menyuruh mereka masuk. Bryan mendadak melongo, kan ia menyuruh Kai untuk memanggil kakek neneknya saja, eh malah grandpa grandma juga ikut.
"Kan udah gua suruh kakek nenek, napa grandpa sama grandma dateng juga?" tanya Bryan dengan suara lirih.
"Sekalian aja bang, biar grandpa grandma tau kelakukan anaknya itu" jawab Kai.
"Ini kita ga disuruh buat duduk?" tanya Shaka.
"Ah iya, silahkan duduk kakek, nenek, grandpa sama grandma juga" ramah Bryan. Sebenarnya ia ingin menggeplak wajah adeknya sekarang.
Mereka semua pun duduk. Bryan memulai pembicaraan yang sangat-sangat tidak jelas, maklumi saja mereka ini sudah akrab seperti dianggap teman sendiri lah ya. Sedikit bercanda juga, untung mereka juga paham akan candaan ketiga curut itu juga.
"Papamu mana?" tanya Keenan, ia sepertinya merindukan menantu kesayangannya itu.
"Ada di kamar" jawab Terry.
"Kai tadi telpon nenek, katanya papamu pingsan?" tanya Shaka dengan nada khawatir. Padahal Zelvin ga pingsan, malah dibilang pingsan.
Zelvin terbangun dari tidurnya, matanya seperti susah untuk dibuka gegara sedari tadi menangis tak jelas. Dirinya tiba-tiba saja merasa lapar, mungkin efek menangis dari tadi.
Zelvin pergi menuju kamar mandi, ia mencuci wajah sesekali mengaca. Huh, syukurlah dirinya masih cakep. Zelvin kemudian keluar dari kamarnya,
"Bajingan, lihat aja nanti. Gue pukulin sampe mampus lo Biangsat!" gerutu Zelvin sambil menuruni tangga.
Mendengar gerutu Zelvin yang sedikit keras itu, semua orang yang berada di ruang tamu itu langsung menatapnya.
"ANAKKU!" teriak melengking Shaka.
Zelvin berhenti, ia seperti mendengar suara maminya? Biasanya mami papinya itu mengabarinya sebelum ke sini. Siapa yang menyuruh mereka datang?
Zelvin menoleh ke arah sumber suara itu. Mereka semua menatap Zelvin dengan tatapan khawatir, emang dia kenapa? Zelvin ga ada cerita tentang masalah Abian itu ke mertuanya maupun orang tuanya. Ia tidak ingin merepotkan mereka.
Shaka menghampiri anaknya yang melamun sambil menatap mereka. "Zevi, kamu kenapa sayang?" Shaka menangkup kedua pipi anaknya (Zevi nama kecilnya Zelvin).
Zelvin langsung memeluk maminya dengan erat. "Hiks... Mami!" Zelvin menangis sesenggukan dalam pelukan Shaka. Pandangan Zelvin mendadak gelap, tubuhnya terasa enteng.
"Kenapa sayang? Coba bilang ke Mam— ZEVI!" teriak Shaka yang menahan tubuh Zelvin agar tidak terjatuh. Mereka semua langsung menghampiri Shaka dan Zelvin.
Jayden mengangkat tubuh anaknya menuju kamar, semoga saja ia bisa siuman dari pingsannya. Wajah Zelvin mendadak pucat.
"Ada apa ini? Jawab jujur ke grandpa, ga mungkin saya nanya ke papa kalian. Mungkin dia bakalan diam, ga bakal bilang apa-apa ke saya" tanya Arion sambil menatap ketiga cucunya itu. Ia sudah berpikir jika ini ada kaitannya dengan anaknya.
"Udah lah, nanyanya nanti dulu. Ini menantuku masih belum siuman!" ujar Keenan yang sedang memijat lengan Zelvin.
"Emang mereka tau?" tanya Jayden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abizel Family (SoobJun)
RomanceKehidupan keluarga Abian dan Zelvin beserta ketiga anaknya yang penuh dengan drama yang tidak jelas, bisa dibilang sepele tapi bagi mereka kecuali Zelvin itu ga sepele. Mau tau kelanjutannya? Yuk bisa yukk baca ceritanya. Ver AU ada di tiktok Socbn...