Jangan Mendekat!

825 47 0
                                    

FLASHBACK: ON!

Alsa berjalan dikoridor rumah sakit dengan senyum lebar dan wajah berseri yang membuat beberapa orang yang menyapanya atau sekedar lewat menjadi bingung. Tak biasanya perempuan yang biasa dipanggil Dokter Mitha itu menampakkan aura sebahagia itu, karna aura yang biasa menguar dari Alsa itu adalah aura tenang.

"Bahagia banget lo, Sa? Menang togel?" tegur Kiki yang berdiri tak jauh dari sana saat Alsa melewatinya dengan aura bahagia. Alsa menoleh dan memandang Kiki dengan tatapan 'apa-gak-bisa-umpamaannya-bagusan-dikit?' yang dihadiahi tawa Kiki. "Iya, lo terlihat sebahagia itu soalnya. Jadi, kenapa lo?" tanya Kiki lagi. Alsa hanya menahan senyum dan melanjutkan langkahnya yang sekarang diikuti oleh Kiki disampingnya.

"Jelaslah gue bahagia, akhirnya gue ga perlu was-was lagi karna pasien reinkernasi mantan itu!" Alsa berseru senang dan berjalan dengan sedikit melompat-lompat seperti anak kecil. Kiki tersenyum lembut melihat hal itu, sedikit sedih sebenarnya. Terakhir kali ia melihat tingkah lucu Alsa seperti sekarang adalah saat perempuat itu akan bertemu dengan Sebastian saat SMA dulu. Namun, hal itu berubah drastis saat Alsa tau kalo ia hanya dimainkan cowo brengsek itu. Sejak itu, Kiki tak pernah melihat Alsa sebahagia sekarang. Alsa selalu membatasi diri dan menutup dirinya dari orang lain karna takut disakiti kembali.

"Ki, kok lo melamun sih?" Kiki tersentak dan tersenyum tipis melihat wajah kebingungan Alsa yang beberapa langkah didepannya. Dengan langkah lebar, Kiki menghampiri Alsa.

"Gue cuma heran aja, kalo ga ketemu reinkernasi mantan lo aja bisa sebahagia ini, bagaimana bahagianya lo saat menang togel, Sa?" ucap Kiki berbohong. Alsa hanya memutar bola matanya dan berhenti disebuah pintu. "Jadwal gue hari ini cek keadaan si Angel. Gue duluan, ya?" ucap Alsa yang dibalas anggukan dari Kiki dan sedikit acakan dirambutnya yang dikucir rapi. "Makan siang bareng nanti, ya?" pinta Kiki selanjutnya.

"Sate? Dikondangan yang gue datengin kemaren ga kebagian," usul Alsa yang dibarengi sama curcol. Kiki hanya mengacungkan jempolnya tanda setuju dan berjalan menjauh setelah Alsa memasukki ruangan pasien bernama Angel.

←↔→

"Keadaan Angel sudah semakin membaik. Jadi, ga lama lagi Angel bisa keluar dari rumah sakit," ucap Alsa tersenyum senang sambil mengelus lembut kepala gadis kecil berwajah sayu itu.

"Angel mau disini saja," lirih gadis itu sambil menundukkan kepalanya dalam. Alsa yang mendengar hal itu mengedipkan matanya dua kali lalu duduk ditepi kasur Angel.

"Loh, emang Angel ga bosan disini terus? Kan disini ga menyenangkan kayak diluar," ucap Alsa dengan nada lembut sembari merangkul Angel dengan penuh sayang. Nilai tambahan untuk Alsa, ia sangat menyukai anak kecil dan aura keibuannya yang kental jika disekitar makhuk mungil tersebut.

"Angel mau disini saja sampai Tuhan bawa Angel ke langit. Angel gamau pulang!" Angel menjerit dengan suara lemah dan air mata yang mengucur deras dimatanya. "Bahkan, Angel sekarang gabisa nyembunyiin muka Angel dilutut kalo lagi nangis," gadis kecil itu mendongak dan menatap Alsa yang saat ini membeku. "Apa Bu Dokter masih mau main sama anak ga punya kaki kayak Angel?" tanya Angel dengan isakan yang membuat Alsa merasakan matanya berkaca-kaca.

"Angel, kehilangan kaki bukanlah alasan untuk bersedih. Diluar sana masih bany-" ucapan Alsa terputus saat Angel membuang muka dan berseru dengan nada sedikit membentak. "Bu Dokter bisa mengatakannya karna itu tidak terjadi pada Bu Dokter!"

rasanya ada besi berrton-ton menjatuhi Alsa saat mendengar penuturan gadis kecil itu. Alsa terdiam dan menggigit bibir saat isakan kecil terdengar lagi dari bibir Angel.

Alsa mulai berpikir, apa gunanya dia selama ini? Untuk menyembuhkan seorang gadis kecil saja kenapa ia tak bisa? Apa yang ia sebenarnya lakukan kepada para pasiennya itu sudah benar? Pikiran Alsa berputar kemana-mana dan membuat kepalanya pusing.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang