Butiran Debu Bisa Apa?

407 35 0
                                    

FLASHBACK: ON!

"Ada apa tiba-tiba manggil gue, Karamel?" tanya Haris begitu sudah berada didepan meja kerja Lilo dengan senyum tipis.

"Gue mau tanya beberapa hal sama lo," Lilo kini dalam mode serius dan Haris sepertinya sadar jika perempuan dihadapannya tidak bisa diajak main-main sekarang. Maka dari itu, Haris dengan cepat menurut saat Lilo menunjuk kursi kosong didepan meja kerjanya dengan dagunya. Perintah untuk duduk.

"Jadi, lo sama Hakim itu kenal dekat?" tanya Lilo melipat tangan diatas meja dan menyipitkan matanya sedikit. "Sekarang, Hakim dan Zahra kerja dan tinggal dimana?" sebuah senyum miring merekah begitu Lilo menanyakan pertanyaan terakhir. "Apa hubungan mereka berdua sekarang?"

Haris menatap Lilo sebentar sebelum mengangguk mengerti dan menjawab tiga pertanyaan tadi. "Iya, gue dan Hakim dekat banget malahan. Hakim dan Zahra sekarang kerja disebuah perusahaan yang dinaungi oleh Izaya. Hakim masih tinggal dirumah lamanya dan Zahra pun juga sama. Hubungan mereka berdua? Ya, sekedar rekan kerja dan teman biasa saja, kok."

"Teman saja, ya?" ucap Lilo menatap datar Haris yang mengakhiri penjelasannya dengan senyum lebar. Tanpa disadari kini wajah Lilo memerah dan berkerut dalam. Tangan yang ada diatas meja pun kini tiba-tiba mengepal menahan diri agar tak berteriak sekarang.

"Bagaimana mungkin mereka berdua bisa sedekat itu ternyata? Gue gak pernah nyangka jarak ketemu dengan mereka hanya dibatasi Izaya doang," Lilo menunduk dan menatap tangannya yang diatas meja dengan alis bertaut. Lilo sedang memikirkan sesuatu.

"Karamel?" panggil Haris pelan saat Lilo hampir 5 menit hanya menunduk tanpa memedulikan eksitensinya. Tapi 3 detik setelahnya, Lilo mendongak tiba-tiba dengan wajah sumringah yang membuat Haris hampir terjatuh dari kursi karna kaget. "Astaga, kenapa tiba-tiba begitu?"

"Lo boleh keluar sekarang," ucap Lilo dengan cepat sebelum melepas apron dan bando maidnya yang mengundang kebingungan dimata Haris. "Belum keluar? Lo mau ngintip gue ganti baju?" pertanyaan polos yang keluar dari bibir Lilo membuat Haris salah tingkah dan dengan sedikit tergesa-gesa keluar dari ruangan Lilo.

→↔←

"Lilo, kan? Ada apa nyari gue tiba-tiba? Dan tau darimana tempat kerja gue ada disini?"

Lilo bangkit dari kursi tunggu di lobby begitu orang yang ia tunggu sudah didepannya. Dengan kenekatan yang seadanya Lilo memberanikan diri mencari Zahra dikantor tempat perempuan itu bekerja.

"Gue tau dari sepupu lo, si Haris." Zahra mengedipkan mata beberapa kali sebelum ber'oh'ria. Tapi, sedetik kemudian mata Zahra melotot dan menatap Lilo dengan takjub serta tak percaya.

"Lo kenal Haris? Kok bisa?!" tanya Zahra sedikit berteriak. Sebelum Lilo menjawab, Zahra menarik tangan Lilo menjauh. "Kita ngobrol ditempat lain aja, yuk?"

→↔←

Disinilah sekarang Lilo dan Zahra, duduk diujung kedai kopi seberang kantor tempat Zahra bekerja. Diam-diam Lilo memperhatikan penampilan Zahra yang membuatnya selalu minder dari dulu hingga saat ini. Bagaimana tidak? Zahra memiliki lekuk tubuh indah dan pas, rambut hitam nan lebat begitu badai seperti artis Instagram yang sering Lilo stalk, wajah Zahra pun putih bersih dan bola mata berwarna coklat milik Zahra sangat cantik. Belum lagi saat ini Zahra menggunakan blouse berwarna merah muda yang dipadukan dengan rok span ketat hitam. Lilo berani bersumpah jika Zahra terlihat cantik sekali dan Lilo pun dengan rasa dongkol mengakuinya. Tipikal iri.

"Zah, lo dari dulu cantik terus, ya? Ga bosen?" Lilo tertawa sembari mengaduk-aduk cappuccino yang ia pesan dengan gerakan asal. Setelah menjelaskan jika ia mengenal Haris karna lelaki itu berkunjung dikafenya dan mengajukan diri untuk bekerja sementara dan beberapa respon terkejut dan excited Zahra, mereka berdua langsung terdiam dan itu cukup awkward. Makanya Lilo memperhatikan penampilan Zahra untuk mengusir rasa bosan dan dengan sok asiknya memuji-muji. Padahal dalam hati juga sangkal untuk mengakui.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang