Please...

515 42 0
                                    

FLASHBACK: ON!

Dita bergelung didalam selimutnya karna kejadian di Coffee shop benar-benar menghantamnya dengan keras. Entah pengakuan dari Revan atau karna mengetahui sisi gelap dari Ares. Memikirkan semua tadi membuat perempuan pecinta serigala itu ingin menangis lagi.

"Ck, lemah banget gue. Masa, gitu aja nangis sampe bengkak gini sih?" omel Dita pelan sambil menyembunyikan wajahnya pada boneka serigala yang sebesar setengah dari tubuhnya. "Bisa gak sih, werewolf culik gue sekarang? Gak sanggup rasanya."

TING... TONG...

Dita menyumpah siapapun yang mengganggu acara galaunya sekarang. "Bodo amat ah!" ucap Dita tanpa ada niatan membukakan pintu untuk si Tamu.

TING... TONG... TING... TONG... TING... TONG...

"Bacot banget! Siapa sih?" Dita bangkit dari kasurnya dengan wajah tertekuk dan berjalan dihentak-hentak. "IYA SABAR!!!" teriak Dita sambil merapikan rambutnya yang berantakkan sebelum membuka pintu muka rumahnya. "Ada per-" ucapan Dita terputus melihat Ares yang ada dihadapannya dengan wajah lelah yang kentara. "Oh, Ares..." gumam Dita sambil menatap Ares dengan tatapan dingin.

"Lo ada waktu, Dit?" tanya Ares dengan suara yang serak dan tercekat. "Please..." Dita melirik Ares yang matanya menyendu dan senyum lirih, "Gue mau ngomong sebentar saja."

"Oke," gumam Dita membuka pintu rumahnya lebih lebar untuk mempersilahkan Ares masuk.

→↔←

"Silahkan," gumam Dita sambil menaruh dua kaleng minuman soda dan sekaleng cookies. Ares berdehem sebentar dan menatap Dita yang sudah duduk diatas karpet sambil meminum minumannya. "Gue harus duduk dikarpet juga?" tanya Ares yang dibalas Dita dengan mengendikkan bahu acuh tak acuh. Tanpa bertanya lagi, Ares bangkit dari sofa dan duduk disebelah Dita diatas karpet. "Gue mau ngasih tau beberapa hal sama lo."

"Apa?"

"Tapi, lo gak boleh marah setelah ini. Janji?" Ares mengulurkan kelingkingnya yang dibalas senyum miring dari Dita sambil mengaitkan jari kelingkingnya di kelingking Ares.

"Gue gak akan marah. Silahkan cerita~" ucap Dita dengan sedikit mengejek. Ares sedikit tersentak namun mampu mengendalikan dirinya kembali. Entah kenapa Ares merasa Dita sedikit berbeda dari sebelumnya. Mata bengkak, ekspresi dingin, dan sikap cueknya membuat Ares sedikit tak nyaman. Apa ini semua karna kejadian di Coffee shop? Pikir Ares.

"Jadi, sebenarnya gue dan Revan tau kalo disana ada lo dan temen lo nguntit kita," ucapan Ares membuat Dita tersedak cookies dan reflek menoleh ke arah Ares. "Jelas sekali itu lo dan jangan mengelak!" perintah Ares mengacungkan telunjuknya didepan wajah Dita yang mengembungkan pipi dengan kesal dan memakan cookiesnya kembali dengan brutal. "Revan itu sepupu gue."

"WHAT?!" jerit Dita hingga rempah cookiesnya berhamburan. Ares menahan tawa sekuat tenaga dan mengangguk menjawab keterkejutan Dita. "PANTES MIRIP WALAUPUN MASIH CAKEP LO SIH, RES."

Ares memalingkan wajah dan menutup mulutnya dengan punggung tangan untuk menyembunyikan tawanya sekaligus rona samar dipipinya karna pujian spontan tadi. Nah, ini baru Dita! Sorak Ares dalam hati sebelum melanjutkan ucapannya. "gue lanjut ya?" gumam Ares melirik Dita yang mengangguk setuju. Ares menghadap Dita kembali dan berdehem sebentar. "Revan masih sayang lo dan gue pun juga sayang lo. Tapi, Revan bilang kalo gue maupun dia tidak akan bisa ngemilikin lo. Itulah kenapa tadi gue ketemu sama dia."

"K-k-kenapa begitu? Kenapa R-Revan bilang gitu?" tanya Dita takut-takut dan tanpa ia sadari tangannya sudah mengepal erat mendengar nama Revan yang terlibat masalah ini.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang