Mati Lo Sana!

662 37 0
                                    

FLASHBACK: ON!

"INI MAH LEBIH DARI BAGUS!" Alsa berteriak dengan wajah berbinar. Saat ini ia dan Michaelis sedang berada diatap sebuah gedung tua yang sudah lama ditinggalkan. Menuju ketempat ini benar-benar menguji mental penakut Alsa. Sepanjang menaikki gedung dengan 5 lantai termasuk atapnya, Alsa tak henti merapalkan doa agar tidak ada sosok setan dihadapannya. Hingga, semua perjuangannya membuahkan hasil yang memuaskan. Wajah pucat Alsa berganti dengan wajah berbinar.

"Gimana? Ga nyesel kan, Mit?" tanya Michaelis sambil tertawa kecil. Michaelis masih tak bisa melupakan wajah ketakutan Alsa yang dimatanya sangat lucu. Jika bisa, ia ingin sekali merekam ekspresi tadi.

"Sama sekali enggak!" seru Alsa masih menatap lampu-lampu kota yang terlihat sangat indah dari tempatnya. Belum lagi, langit cerah malam itu. Benar-benar moment sempurna nan romantis layaknya cerita novel kesukaan Alsa.

"Sayang banget ya, lo kesini gak sama pacar. Padahal romantis, ya?" Alsa reflek menoleh dan menatap Michaelis dengan sedikit ngeri. Michaelis memang turunan dukun! Ga diragukan lagi!

"Sekali lagi, gue bukan dukun atau keturunannya Dokter Mitha," Michaelis tertawa dan mengacak rambut Alsa yang sudah berantakan karna beberapa kali diterpa angin malam yang cukup kencang. Alsa mengerutkan dahi dan pikirannya semakin bulat jika Michaelis memanglah dukun. "Terserah lo deh mau anggap gue dukun atau apapun itu," Tuh kan. Alsa merasa sangat benar sekarang.

"Baru lo aja kenalan gue yang profesinya dukun. Fix, lo harus bangga!" Alsa berucap dengan nada serius dan mata berkilat yang membuat Michaelis cengo. Namun tidak lama, Michaelis tertawa terbahak saat menyadari ucapan lucu Alsa.

"Kok lo ketawa? Gue serius, loh!" Alsa melipat tangan di dada dan wajahnya terlihat tak terima sudah ditertawakan saat sedang serius seperti sekarang. Michaelis masih dengan tawa yang tersisa langsung merengkuh tubuh Alsa dan memeluknya erat.

"Yaampun, lo lucu banget pengen gue bawa pulang!" Michaelis berucap gemas dan memeluk Alsa semakin erat hingga perempuan itu merasakan tulangnya remuk.

"Lo mau bunuh gue, hah?" ucap Alsa dengan wajah yang sangat memerah. Entah karna malu, marah, atau kehabisan nafas.

"Enggalah, gue sayang sama lo. Masa iya gue tega bunuh lo, Mit?" ucap Michaelis dengan entengnya. Michaelis tak menyadari saat ini wajah Alsa benar-benar seperti tomat yang baru matang. Hati Alsa juga rasanya berdebar seperti menaikki roller coaster. Astaga, jangan bilang kalau Alsa... "Kok diem aja sih, Mit?" Michaelis melepaskan pelukan mautnya dan reflek ia langsung tertawa kembali melihat wajah merah Alsa.

"Diem lo! Ketawa mulu, ga aus?" Alsa dengannya nyolot berucap dan memalingkan wajahnya. Tapi, bukannya berhenti, tawa Michaelis malah semakin menjadi-jadi. "Mati lo sana!" Alsa baru saja akan berbalik untuk pergi tapi dengan sigap Michaelis menariknya dan dengan sengaja Michaelis mengambil kesempatan itu untuk merunduk sedikit dan... mencium bibir Alsa.

Alsa terpaku dan membiarkan bibir Michaelis menyentuh bibirnya. Perlahan, Michaelis memeluk tubuhnya lembut dan Alsa rasakan bibir Michaelis melumat bibirnya dan mencoba memasukki mulutnya. Ini bukanlah ciuman pertama Alsa tapi jika French kiss... ini yang pertama bagi Alsa!

"engh..." Alsa sedikit melenguh saat Michaelis menggit bibirnya pelan sehingga membuat lidah lelaki itu menerobos masuk kedalam mulutnya. Alsa merasakan tubuhnya gemetar dan wajahnya sangatlah panas. Jika saja Michaelis tidak merengkuhnya, mungkin Alsa akan jatuh berlutut karna kakinya sangat lemas sekarang. Ciuman Michaelis benar-benar mengerikan bagi Alsa yang tak tau harus bagaimana membalasnya.

Kriiingggg~

Michaelis melepaskan pagutannya saat mendengar ponselnya berbunyi. Dengan nafas terengah-engah dan wajah bete Michaelis melihat nama penelpon yang merusak momennya. Anehnya saat mengetahui sang penelpon, Michaelis tiba-tiba menjadi bersemangat dan dengan cepat Michaelis menjauh untuk menerima panggilan itu. Alsa yang penasaran dam-diam mencuri dengar percakapan Michaelis.

We Are (EX) LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang