FLASHACK: ON!
"Dit, gue bakal tunangan 2 minggu lagi dan lo masih gak mau ngasih gue cuti? Tega lo!" Dita memutar bola mata dengan jengah saat Mona mulai berkoar tentang hak cutinya. Oh ayolah, Dita hanya minta bantuan untuk mengirim property anak-anak cover dance yang akan tampil di sebuah Mall nanti sore. "Gue bakal laporin lo ke komnas HAM. Lo udah melakukan pelanggaran kepada gue!"
"Harusnya gue yang laporin lo ke komnas HAM, Mon. Tindak kriminal hidup lo numpuk tau!" Dita tersenyum miring yang dibalas decihan Mona.
"Pokoknya gue minta cuti tunangan! Gue kan mau tampil cantik dan menggoda nanti."
"Bacot banget sih, Mon! Habis ini gue kasih libur sesuka lo deh!" Mona tersenyum lebar mendengar hal itu dan berlari kecil mendahului Dita. "Kalo tuh property rusak gantiin ya!" teriak Dita yang tak dihiraukan oleh Mona membuat Dita mendumel. "Tuh anak bikin malu aja lari-larian di Mall."
Dengan langkah dihentakkan, Dita berjalan menyusul Mona. Kardus besar yang ia bawa sedikit menyulitkan perempuan mungil itu berjalan. Berbanding dengan Mona yang hanya membawa kardus kecil karna perempuan itu kisahnya lagi unjuk rasa atas tidak diberikannya cuti tunangan. Kan, sudah Dita bilang, Mona itu kalo dalam urusan tidak tahu diri ada diperingkat teratas.
"Ugh!" Dita tertabrak sesuatu. Dengan alis berkerut, Dita melihat apa yang ia tabrak dan ternyata adalah Mona. "Apa lagi sih, Mon? Kok berhenti?" tanya Dita dengan gak sabaran karna kardus yang ia bawa begitu berat dan Mona malah menghalangi jalannya.
"Gue liat..." Mona menoleh kebelakang dengan senyum misterius menghadap Dita yang wajahnya sudah dipenuhi keringat. "...Revan."
→↔←
Beruntunglah benda yang Dita dan Mona bawa mampu menyamarkan identitas mereka. Dita yang mengenakan sebuah kupluk dan kacamata besar, sedangkan Mona mengenakan sebuah masker. Semua mereka lakukan untuk memata-matai Revan yang kini sedang memasuki sebuah Coffee Shop.
"Ngapain dia ke Coffee Shop?" tanya Mona yang dibalas lirikkan tajam oleh Dita. "Apa? Kok liatinnya gitu amat, Dit?!"
"Revan mau dangdutan didalam Coffee Shop," ucap Dita yang membuat mata Mona terbelalak syok.
"Lo becanda? Mana mungkin dangdutan didalam Coffee Shop!" seru Mona yang dibalas helaan nafas lelah dari Dita.
"Jelaslah dia mau minum kopi, EMON! Lo nanya ga penting amat sih!" omel Dita sambil mendahului Mona yang menggerutu dengan penekanan nama julukan bersejarahnya saat SMA dulu.
Mereka berdua memasuki Coffee Shop itu dan mengambil tempat duduk dengan jarak satu meja dari Revan dan seseorang disana, agar bisa mendengarkan pembicaraan Revan. Tunggu, seseorang?
Dita memasang telinga dengan tajam saat Revan mulai membuka pembicaraan dengan lawan bicara yang memunggunginya dan Mona.
"Udah lama lo nunggu?"
"Enggak juga, kebetulan gue dari sekitar sini juga."
"Kemarin gue datengin rumah lo kok gak ada, Res?"
"Jelaslah, gue nginep dirumah cewek."
"Anjir, cewek keberapa nih yang lo tidurin?"
"Bangsat lo! Gue gak nidurin dia."
"Loh? Kan, elo maharaja dalam urusan ranjang."
Dita membeku mendengar percakapan itu. Mona kebingungan saat ia melihat Mona mulai menangis dalam diam. "Dit, jangan bilang kalo cowok mirip Revan itu sudah bikin lo baper..."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are (EX) Lovers
ChickLit[15+] Tak ada yang aneh dari 4 orang perempuan yang sedang berkumpul disudut tempat duduk yang ada disebuah kafe pinggir kota. Tak ada yang benar-benar aneh dari sahabat lama yang sedang reuni untuk bernostalgia bersama. Memang tidak ada yang aneh j...