FLASHBACK: ON!
Lilo meregangkan badannya yang terasa kaku sebelum menggendong ransel besarnya lalu beranjak keluar dari ruangannya. Begitu akan berbelok, Lilo tersentak pelan saat hampir menabrak Haris.
"Uhm, Haris? Kok lo belum balik?" tanya Lilo dengan cengiran lebar. Jantung perempuan itu berdegup agak kencang, apalagi posisi Haris sangat dekat dengannya. Ah, parfum Haris enak banget, gumam Lilo tanpa sadar dengan wajah memerah.
"Karamel, muka lo merah tuh. Demam?" tanya Haris dengan nada khawatir sontak membuat Lilo reflek bergerak mundur dan menggeleng salah tingkah. Mata beriris coklatnya bergerak liar asal tak bertabrakan dengan iris kelam milik Haris didepannya.
"Gue gak apa-apa." Lilo memainkan ujung pakaiannya dan dengan kurang nyaman bergerak untuk segera pergi. Namun sialnya, Lilo yang tengah menggunakan heels yang lumayan tinggi kini hilang keseimbangan dan spontan jatuh memeluk Haris didepannya.
"Ah!" seru Haris kaget lalu reflek mendorong tubuh Lilo cukup kasar hingga perempuan itu jatuh terduduk dilantai. Lilo merasakan pantatnya sedikit perih dan kakinya yang sepertinya terkilir. "M-m-maaf, Karamel. Gue gak sengaja." Haris bergerak mundur dan hal itu membuat Lilo mendongak dan menatap Haris dengan alis berkerut. Semua kemarahan Lilo akibat ulah kurang ajar dari Haris lenyap entah kemana saat melihat wajah pucat Haris yang disertai keringat dingin.
"Lo kenapa? Gak lagi liat hantu, kan?" tanya Lilo sedikit berbisik. Haris hanya diam tak menjawab dan hal itu membuat Lilo semakin ketakutan dbuatnya. "JANGAN BIKIN GUE TAKUT, DONG!" seru Lilo dengan wajah pucat dan bangkit dari posisinya dengan cepat. Bahkan Lilo sepertinya lupa akan rasa sakit dikaki dan pantatnya.
"G-gue duluan!" seru Haris sebelum berlari meninggalkan Lilo sendirian.
"JANGAN TINGGALIN GUE!!!" Lilo menjerit seperti orang kesetanan dengan langkah tertatih. Tapi, akhirnya tetap saja perempuan itu sendirian karna Haris berlari sangat kencang. Kasian Lilo ditinggalkan mulu sama orang, ya?
→↔←
Lilo menggulung handuk diatas kepalanya sembari mendumel tak jelas. Sedari tadi sejak insiden di kafe, Lilo terus mendumel tanpa lelah. Seperti sekarang ini, perempuan yang hanya mengenakan gaun tidur tipis berwarna biru muda itu membalas group chat di ponselnya dengan penuh emosi. Kenapa group chat? Mau bagaimana lagi? Tidak ada yang berniat mengirim PC ke Lilo kecuali para kliennya.
"Dih, capek juga yang chat cuma group chat, OA gak jelas, dan klien doang." Lilo merebahkan tubuhnya yang pegal lalu menatap layar ponselnya dengan pandangan datar. "Ini gak ada cogan yang modus minta addback buat chat sama gue?" Lilo menaruh ponselnya dengan asal lalu tertawa kecil. "Gue kebanyakan baca quotes gak jelas buatan anak labil, ah!"
LINE!
Lilo tersentak begitu mendengar suara ceria tanda LINE masuk. "Aneh, group chat sama OA sudah gue matikan semua notifikasinya." Kerutan alis Lilo yang sok berfikir mulai mengendur dan helaan nafas pelan keluar dari bibirnya. "Palingan juga klien doang. Cih, gak lucu banget gue baper di umur segini." Tanpa banyak mikir lagi, Lilo meraih ponselnya dan membaca isi notifikasi LINE yang masuk itu.
Zahra Avilla: Lo, ada yang mau gue kasih tau ke elo. Penting.
Zahra Avilla: Addback sekalian dan jangan read doang.
"Gue emang pengen ada yang PC dan modus minta addback, tapi gak Zahra juga kali." Lilo nyaris membanting ponselnya begitu tau kalau Zahra yang mengirim LINE kepadanya. Tapi begitu melihat kalimat 'penting', Lilo mengurung niat untuk mengacangi Zahra dan memilih untuk membalas LINE itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are (EX) Lovers
ChickLit[15+] Tak ada yang aneh dari 4 orang perempuan yang sedang berkumpul disudut tempat duduk yang ada disebuah kafe pinggir kota. Tak ada yang benar-benar aneh dari sahabat lama yang sedang reuni untuk bernostalgia bersama. Memang tidak ada yang aneh j...